31 | 🥀 Ketemu Camer ⚘

257 17 19
                                    

Di meja pojok kantin, seorang lelaki tampan tampak duduk sendirian dengan bola mata yang terus bergulir menyusuri penjuru kantin seperti sedang mencari seseorang. Tepat sekali--- lelaki itu adalah Bima Angkasa Putra. Masih menelisik penjuru kantin, fokus Bima langsung tertuju pada empat orang gadis yang berada tepat di pintu masuk kantin tampak kebingungan mencari tempat duduk.

Berdiri dari duduknya, langsung Bima melangkah menuju salah satu dari keempat gadis itu yang kini berstatus sebagai kekasihnya--- Nata tentunya. "Ehmm." Bima berdeham saat tepat berdiri di sebelah Nata untuk mengambil alih perhatian gadis itu.

Benar sekali! Nata langsung menoleh. Cukup ampuh ternyata jurus Bima.

"Apa?" Sewot Nata dengan sorot ketusnya. Bima mengernyit, ada apa dengan gadis itu? Kali ini dia datang baik-baik tanpa mencari perkara, tetapi kenapa masih ketus saja?

"Gak boleh galak-galak kalo sama pacar." Bima menyentil gemas kening Nata untuk menyadarkan gadis itu bahwa yang ada di hadapannya kini adalah Sang pacar, bukan lagi musuh adu mulut.

Nata memutar bola matanya malas, selalu begini kalau berhadapan dengan Bima. Mau tidak mau dirinya selalu kalah, menyebalkan. "Ish! Iya-iya Mas pacar paksaan."

Sekali lagi Bima menyentil kening Nata tak terima dengan ucapan gadis itu, meskipun dalam hatinya dia membenarkan ucapan Nata. Merasa ada yang aneh dengan penampilan gadisnya, Bima menelisik seragam Nata dengan seksama seolah tak mau ada celah yang tertinggal. Alis Bima menukik tajam, rahangnya sedikit mengeras, matanya menyipit tatkala mendapati jaket bomber berwarna hijau army membungkus seragam Nata yang tampak kotor seperti habis diolesi lumpur.

Hati Bima memanas, entah kenapa rasa kesal tiba-tiba menjalar di penjuru otaknya. "Ini lo pakek jaketnya siapa? Trus kenapa baju lo kotor gini?" Bima menatap Nata dengan sorot menyelidik, terlihat jelas kilatan emosi di netra hitam legam itu.

Nata berdecak lalu menyahut dengan ketus. "Makanya kalo punya pacar tuh diperhatiin!"

Rasa panas semakin menjalar di seluruh tubuh Bima, tanda kemarahan yang semakin berkobar. Kenapa Nata tak paham dengan perasaan Bima? Apa susahnya menjawab pertanyaan semudah itu? Apa gadis itu tak tahu kalau Bima sedang dilanda api cemburu? Gadis itu benar-benar tak peka. Nata pun tak kalah sebalnya dengan lelaki yang tepat dua hari ini menjadi kekasih terpaksanya. Kenapa kini sok perhatian? Tadi pagi kemana saja ketika Nata butuh bantuan? Biasanya jika hubungan masih baru, Sang kekasih akan menjemput pasangannya seperti Bayu pada Megan--- Kakaknya.

Tiga gadis yang berdiri di samping Nata yang sedari tadi menyimak obrolan Bima dan Nata, kini tampak saling melempar tatapan bingung.

"Lah! Nata pacaran sama Bima?" Ina menatap Megan dengan raut penasaran bercampur tak percaya. Dara yang berada tepat di samping Ina juga menunggu jawaban Megan, selaku Kakak Nata.

"Gue juga kagak tau!" Jawab Megan seadanya. Jujur dia memang tidak tahu sama sekali persoalan Bima dan Nata. Adiknya saja tidak bercerita, bagaimana Megan paham, kan?

Dara menatap Megan dengan sorot menyelidik, tidak mungkin Megan tidak tahu persoalan ini. "Gimana sih! Lo masak gak tau? Diakan adek lo."

"Ya walaupun gitu, kan gak semua tentang Nata gue tahu." Megan menjawab dengan sedikit berbisik lalu beralih menyimak perdebatan Bima dan Nata kembali. Dara dan Ina pun mengikuti apa yang dilakukan Megan, mereka bertiga benar-benar penasaran dengan pasangan baru yang tak pernah terlihat akur itu.

"Mulai besok gue jemput!" Putus Bima seenaknya membuat Nata langsung melotot.

"Lah! Ngapain jemput-jemput segala? Enggak ya! Gak usah!" Percuma, protesan Nata sama sekali tak digubris Bima. Lelaki itu kini malah memasang tampang garang dengan rahang yang masih mengeras. Percuma gue nolak Si pemaksa dan pengatur. Semua yang keluar dari mulut dia seakan jadi perintah buat gue. Nata membatin.

Because I Love You (Completed)Where stories live. Discover now