24 | 🥀 Gudang Sekolah ⚘

293 23 20
                                    

Jadi pacar gue, mau?

Jadi pacar gue, mau?

Jadi pacar gue, mau?

"Arghhh! Gue kenapa sih?!"

Nata menjambak rambutnya frustasi sepanjang melangkah menuju gudang sekolah. Ucapan Bima terus terngiang-ngiang di kepalanya membuat Nata kesal sendiri dengan otaknya. Hey, ayolah--- itu hanya trik Bima untuk membuat Nata jatuh cinta, dan sepertinya ucapan Si tampan benar-benar berpengaruh kali ini.

Pintu gudang sekolah terpampang gagah di depan mata Nata membuat dia menghentikan aksi menjambak dan memukul kepalanya yang terus memikirkan Bima. Membuka pintu gudang perlahan, Nata melongokkan kepalanya mengintip ke dalam gudang untuk memastikan keadaan. Gudang tampak sepi dan senyap membuat bulu kuduk Nata tiba-tiba meremang. Mencoba memantapkan hati, Nata mulai melangkah perlahan memasuki gudang.

"Assalamualaikum, maaf ye Mbak, Mas, Tante, Om, Kakek, Nenek, semuanya deh kalo kedatangan gue ganggu kalian. Nata yang cantik bin imut cuman mau bersihin nih gudang kok," ucap Nata sok berani sambil terus tolah toleh ke kanan dan kiri.

Suasana di dalam gudang sangat mencekam, didukung dengan pencahayaan yang minim akibat jendela yang tertutup rapat dan ditambah lagi dengan banyaknya sarang laba-laba, membuat kesan horor makin terasa. Nata melirik ke kanan dan kiri dengan perasaan campur aduk. Nata terus mengusap tengkuknya yang sedari tadi terus meremang.

"Kok gue merinding gini ya?" Nata beralih mengusap tangannya yang tak kalah merinding. Bulu-bulu tipis pada tangan Nata berdiri tegak membuat suhu tubuh Nata menurun seketika. Tolong dipahami, Nata itu penakut dan kini malah disuguhkan suasana seperti ini. Rasanya Nata ingin pingsan saja.

Masih diposisi berdiri tak jauh dari pintu, Nata mencengkram kuat-kuat tas punggungnya dengan pandangan menelisik ujung demi ujung gudang dengan hati ketar-ketir.

Braaaakkkk!!!!

"Huuuaaaaaa."

Nata memekik kaget, dia berteriak sekencang kencangnya. Nata menutup mata dengan kedua tangannya, dia tak berani melihat apa yang terjatuh tadi. Sungguh, Nata serasa ingin mati saja kalau begini. Badan Nata mulai bergetar, keringat dingin mulai membasahi pelipisnya.

"Huuuaaaaa, please jangan makan gue. Daging gue tuh pait, sumpah deh! Kagak boong gue! Makan aja si Pak Jay Tan--- setan, dia yang nyuruh gue buat bersih-bersih." Nata berteriak lagi disertai bulir-bulir bening yang mulai membasahi pipi.

Kaki Nata terasa lemas, dia tak mampu lagi menopang tubuhnya sendiri. Nata merosot, dia terduduk dengan bahu gemetar dan tangan yang masih menutup kedua matanya. Nata tak berani berkata apapun lagi, lidahnya terasa kelu, bibirnya seakan terkunci, tenggorokannya pun rasanya tercekat. Nata hanya mampu duduk sambil terisak, itupun dia harus merasakan nyeri pada tenggorokannya akibat suara isakan yang tak seberapa.

Kurang lebih sepuluh menit Nata diam dengan posisinya yang mengenaskan. Namun selama itu juga tak ada jawaban apapun dari ucapan Nata tadi, sekedar suara benda terjatuh atau suara mistis pun tak terdengar sama sekali. Hanya ada keheningan, dan semilir angin saja yang Nata rasakan.

Memberanikan diri membuka mata, Nata berusaha meyakinkan hatinya bahwa tidak ada apa-apa. "Ini udah aman, kan?"

Menyapu pandangan ke sekelilingnya, Nata berusaha mencari sumber suara benda terjatuh tadi. Mata Nata sukses melotot dengan mulut terbuka lebar begitu mendapati beberapa buku tergeletak di lantai yang Nata yakini terjatuh dari lemari di bagian pojok ruangan. "Ternyata elo yang jatoh! Gara-gara elo gue hampir jantungan tau gak?! Mana gue pakek nangis segala lagi, kan sayang air mata gue."

Because I Love You (Completed)Where stories live. Discover now