32 | 🥀 Fakta Nanda ⚘

275 17 19
                                    

Di ruang tamu kediaman Bima, Nata duduk dengan gelisah. Bagaimana tidak? Kini dirinya bagaikan seorang penonton yang disuguhi drama kedekatan Bima dan Nanda yang duduk bersebelahan di sofa seberang. Di sebelah kiri Nata, duduk Nadia dengan wajah girangnya yang tak henti mengumbar senyum. Sementara Sandra yang telah berganti pakaian menjadi lebih formal mengambil duduk di sebelah kanan Nata.

Nanda menggeser tubuhnya semakin mendekat kearah Bima, membuat Nata diseberang sana mengepalkan tangannya kuat-kuat di bawah meja. Nata cemburu--- sangat cemburu. Namun Bima malah terlihat santai dan nyaman ditempel oleh Nanda membuat hawa panas semakin memenuhi seluruh tubuh Nata. Diam-diam Nata mengangkat satu tangannya, lalu mengipas-ngipaskan pada wajah yang serasa terbakar.

"Udah pulang lo ternyata! Gue udah nungguin dari tadi lho." Nanda memanyunkan bibirnya membuat Bima langsung mencubit pelan bibir gadis itu.

"Halah bullshit! Orang udah pulang daritadi. Nih! Gue juga udah ganti baju." Bima mengangkat kerah bajunya seolah menunjukan pada Nanda.

"Ihh, serius! Iya kan, Tan?" Nanda beralih menatap Sandra yang langsung diangguki wanita itu. Faktanya memang Nanda sudah menunggu Bima sejak tigapuluh menit yang lalu di kamar Nadia.

Memutar bola matanya jengah, Nata merasa tak dianggap di ruangan ini. Seolah-olah waktu ini, jam ini, detik ini, rumah ini hanya milik Bima dan Nanda saling menebar kedekatan. Nata jengah, sungguh. Jauh-jauh cuman dikacangin? Tau gini mending gue pulang daritadi, gerutunya sambil menatap kesal Bima dan Nanda bergantian.

Tak sanggup melihat drama lebih lanjut, Nata sengaja berdeham cukup keras untuk menarik perhatian kedua manusia tak punya hati itu. "Ehm,"

Sontak Nanda yang sedang bergelayut manja pada lengan Bima menolehkan kepala menatap depan kearah Nata. Sementara Bima tampak menggaruk tengkuknya kikuk, merasa tak enak pada Sang kekasih yang tampak memberenggut di seberang sana. Nadia pun juga menoleh menatap Sang calon kakak ipar dengan sudut mata tertarik keatas menahan senyum, dalam otak Nadia sudah tergambar jelas bahwa pacar Kakaknya itu sedang cemburu.

Sandra yang tampak sibuk dengan smarthphone, tiba-tiba berdiri dari duduknya sambil menenteng tas merah delima terlihat tampak terburu-buru. "Kalian lanjutin aja ngobrolnya, Tante mau ke butik dulu, udah ditunggu pelanggan. Maaf ya Nata, Tante Sandra nggak bisa nemenin kamu ngobrol lebih lama." Sandra mengelus sayang kepala Nata yang ditanggapi senyum kikuk Sang empunya.

"Hah! Aaa--- iya Tan, nggak-papa kok, Nata ngerti." Sebagai anak yang baik, Nata langsung mengulurkan tangannya menyalimi Sandra--- Mama Bima.

Nadia, Bima, dan juga Nanda ikut menyalimi Sandra. Setelah itu langsung Sandra bergegas keluar rumah dengan langkah tergesa. Pundi-pundi uang sudah menunggu Sandra untuk segera dibawa ke dalam pelukan, jadi mana mungkin Sandra akan menyia-nyiakan kesempatan emas begitu saja. Ingat! Perempuan itu realistis, bukan matre.

"Hay!" Nanda melambaikan satu tangannya menyapa Nata dibalas senyum terpaksa Sang empunya. "Kayaknya kita pernah ketemu deh! Tapi dimana, ya?" Lanjut Nanda sambil mencoba mengingat-ingat.

"Waktu di taman, mungkin?" Pahami baik-baik, Nata hanya berbasa basi menanggapi pertanyaan Nanda. Dalam lubuh hati Nata yang paling dalam, sesungguhnya Nata tak sudi menjawab pertanyaan Nanda jika saja bukan karena ada Bima dan Nadia disana.

Nanda menyentikkan jarinya girang seolah habis menang undian. "Oh iya-iya! Inget gue."

Sekali lagi Nata menampilan senyum terpaksa sambil mencibir dalam hati. Iyalah inget! Orang baru beberapa hari yang lalu.

"Btw, nama lo siapa?" Rasa kepo Nanda kini mulai menunjukkan tanduknya. Ayolah, semua yang berhubungan dengan Bima dirinya harus tahu. Nanda sangat menyayangi Bima, dia harus tahu siapa perempuan di hadapannya ini.

Because I Love You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang