41 | 🥀 Kecewa ⚘

283 17 17
                                    

Sinar pagi menelusup ke dalam kamar Nata membuat Sang empunya menggeliat, kemudian mengucek matanya perlahan sebelum kelopak itu benar-benar terbuka. Dia mengerjab beberapa kali menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk ke dalam pupilnya.

Setelah nyawanya terkumpul penuh, Nata bangkit dari posisi tidurnya kemudian menggerakan badan ke kanan dan kiri hingga menimbulkan bunyi cukup nyaring. Dia menyandarkan punggung pada badan ranjang sambil sesekali memijit bahu hingga lengannya yang terasa kaku dan kebas. Entah apa saja yang dilakukannya kemarin malam hingga tubuhnya mendadak remuk.

"Hoam." Angin kenikmatan Nata menguar begitu saja. Dia langsung menutup mulut dengan satu tangan tak membiarkan para nyamuk hinggap di dalam rongga mulutnya.

Meluruskan pandangan ke depan, mata Nata sukses mendelik melihat pantulan dirinya pada cermin lemari baju. "Ancur banget sih gue! Buluk, lecek, kumel, udah sama banget kayak orang gila," rutuknya pada diri sendiri sambil mengusap lembut seluruh wajahnya.

Beralih mengepalkan sebelah tangan lalu mengangkatnya tinggi-tinggi, Nata berucap sungguh-sungguh. "Lo gak boleh gini Nat, semangat! Kalo lo sedih-sedih terus malah bikin Si brengsek seneng karena rencananya berhasil. Nata kuat! Nata gak cengeng!" Dia menutup kalimatnya dengan senyuman lebar seolah menghapus semua kesedihannya lewat pantulan kaca.

Mengedarkan matanya menyusuri penjuru kamar, mata Nata kembali membelalak dengan mulut menganga lebar. Dia geleng-geleng kepala sambil berkedip beberapa kali memastikan apa yang dilihatnya memang nyata bukan halusinasi. "Astaga! Ini kamar gue apain sih semalem sampek ancur gini?" Nata menepuk keningnya pelan.

"Kalo sampek si Megan tau bisa diintrogasi semaleman nih gue. Apalagi Bi Inah, doi bakalan nanya dari akar sampek Daun. Huh! Nat-Nat! Lo bego banget sih!" Berkali-kali Nata mendaratkan tepukan ringan pada sisi kepalanya.

Ingin segera membereskan kekacauan yang dibuatnya, Nata beranjak dari ranjang berniat mengambil sapu di belakang pintu. "Aws, sakit banget kaki gue!" Erangnya kesakitan padahal baru dua langkah dia menginjak lantai.

Tertatih-tatih Nata kembali duduk ditepian ranjang. Berdesis kesal, dia kemudian mengangkat kaki kanan-nya mengecek bagian telapak yang terasa perih. "Pantes sakit! Orang pada robek gini telapak gue."

Melirik kearah jam dinding, waktu menunjukan pukul enam lewat lima menit. Ini artinya Bi Inah sudah stay beres-beres di bawah. "Biiikkkk!!! Biikkk Inaaahhhh!!!!" Teriaknya sekencang mungkin.

Mendengar suara Sang majikan memanggilnya berlebihan, tergopoh-gopoh Bi Inah menaiki anak tangga menuju kamar Nata hingga melempar asal sapu yang dipegangnya. Rasa cemas melingkupi hati Bi Inah, dia sangat khawatir nona-nya kenapa-napa.

Membuka pintu kamar Nata terburu-buru, Bi Inah langsung membeku dengan mulut menganga lebar serta mata membelalak. "Ya Allah Enooonnnn! Kamarnya kenapa berantakan beginiiii?! Enon apain kamarnyaaaa!!!!" Nata langsung menutup rapat-rapat kedua telinga dengan tangannya akibat pekikan membahana Bi Inah.

"Bik, marahnya entaran aja deh, ya? Entar Nata jelasin semuanya. Tapi sekarang Nata minta tolong Bik, obatin kaki Nata dulu, ya?" Nata menautan kedua tangannya dengan mata membulat sempurna memasang wajah menyedihkan.

Menuruti perintah Sang majikan, Bi Inah melangkah menuju nakas samping ranjang Nata mengambil obat merah dan kapas. Setelah itu Bi Inah mengambil duduk di sebelah Nata kemudian mengangkat kaki gadis itu menumpukan pada pahanya. "Allahu Akbar enooonnnn! Kakinya kenapa bisa beginnniiii!!!!"

Sekali lagi tangan Nata terangkat menutup kedua telinganya yang kini mulai berdenyut sakit akibat  teriakan Bi Inah. "Kecilin dikit napa Bik volumenya, gak kasian sama kuping Nata apa?"

Because I Love You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang