17 | 🥀 Telat dan Hukuman ⚘

353 28 52
                                    

Krasak-krusuk mewarnai pagi Nata, mentari yang menampakan sinar, menandakan hari mulai beranjak siang. Akibat begadang semalaman menamatkan novelnya, ia jadi telat bangun. Betapa bodohnya Nata tak mengingat hari esok adalah senin. Padahal di hari sakral itu sangat pantang untuknya telat, mengingat hukuman yang tak main-main.

Alamat dijemur ini mah!

Menyambar handuk secepat kilat, Si cantik meluncur ke kamar mandi, menggosok gigi lalu mencuci muka, Nata menyudahi aksi mandinya.

Bagi Nata, asal kena air itu sudah masuk kategori mandi.

Membuka lemari pakaian tergesa-gesa, segera ia mencari seragam yang tak kunjung ditemukannya. Selalu saja begini, jika tidak diperlukan pasti muncul, jika sangat-sangat dibutuhkan ia menghilang entah kemana.

Heran Nata tuh!

Baju berserakan dimana-mana, celana yang semula tersusun rapi kini berpindah tempat di lantai, yang paling memalukan adalah dalaman dan batok ajaibnya yang menggantung di kursi belajar. Entah sebrutal apa Nata mengacak-acak lemarinya sampai bisa berantakan begini.

Mendapat barang yang dicari, segera Nata mengganti bajunya asal. Meluncur menuju cermin, Nata mengambil bedak tabur memoleskan pada wajahnya, tak perlu banyak, cukup tipis saja. Beralih memoles liptint pada bibirnya, Nata menyunggingkan senyum. Tanpa mandi sekalipun ternyata ia tetap cantik.

Mengendus-endus badannya, Nata mengerutkan hidung. Gila! Bau banget gue.

Segera ia menyemprot banyak-banyak parfum keseluruh tubuhnya, dirasa cukup, segera Nata menyambar tas punggung, kemudian menuruni anak tangga dengan tergopoh-gopoh.

Melihat rumah tampak sepi, hanya tampak Bi Inah yang sedang menyapu lantai, Nata merasakan firasat buruk.

"Bik, Kak Megan mana?"

Menghentikan aksi menyapunya, Bi Inah menjawab. "Non Megan udah berangkat, katanya keburu telat kalau nungguin Non Nata."

Kampret!

Melirik jam tangan, mata Nata terbelalak. Gila! Udah jam tengah lapan?!

Bergegas keluar rumah, Nata tak mengidahkan Bi Inah yang berteriak menyuruhnya sarapan.

Berdecak berkali-kali Nata merasa kesal. Kenapa angkutan umum tak muncul-muncul, lelah sudah Nata menolehkan kepala ke kanan dan kiri berulang-ulang.

"Angkot mana lagi?! Gak tau apa, kalo gue lagi buru-buru. Bener-bener deh!"

Melirik sekali lagi jam tangan silver yang dipakainya, Nata berucap. "Gak ada pilihan lain."

Mengerahkan seluruh tenaga, sebisa mungkin Nata mempercepat larinya. Di temani terik matahari yang tak tahu kondisi, pelipis Nata mulai dibanjiri keringat. Bukan itu saja, baju bagian belakangnya pun tampak bersimbah peluh yang tak berhenti mengucur. Yang paling menjijikan adalah bagian ketiaknya, ewh! Basahnya tak tanggung-tanggung.

Nggak lagi deh, Nata telat-telat begini.

Tak bisa membayangkan bagaimana baunya Nata yang tak mandi kini malah dipenuhi keringat.

"Huh! Akhirnya, nyampek juga."

Menghirup rakus oksigen guna menstabilkan napasnya, Nata menyandarkan punggung pada gerbang sekolah yang terkunci rapat.

Sudah capek lari, ehh, sampai sini malah tak bisa masuk. Kalau tahu begini, Nata mending bolos saja tadi.

"Ck! Gimana caranya gue masuk? Udah capek-capek masa harus balik ke rumah lagi, rugi dong."

Because I Love You (Completed)Where stories live. Discover now