22 | 🥀 Kotak Bekal Merah Jambu Bima ⚘

272 27 22
                                    

Seorang perempuan cantik tampak sedang mengintip dari balik pintu rooftop. Melongokkan kepala, mata Nata menelisik ujung demi ujung mencari Si tampan yang tak kunjung ditemukannya.

Mengedarkan pandangan lagi, senyum Nata tersungging tatkala maniknya menangkap sosok Bima. Tampak rebahan di sofa rooftop, Bima benar-benar menikmati waktu tidurnya.

Memasuki rooftop, Nata memilih berdiri tepat di samping tubuh Bima. Menyusuri ketampanan ciptaan ilahi di hadapannya, Nata berdecak kagum. Sadar akan otaknya yang mulai tak terkontrol, buru-buru Nata menepis pemikiran positif tentang Bima.

Ingat tujuan awal mu, Nata! Ingat!

"Ehem," deham Si cantik membuat tidur Si tampan terusik.

Membuka mata perlahan, Bima mendapati wajah Nata membuat dirinya terheran-heran. Bangkit dari posisi tidurnya, Si tampan bertanya. "Mau apa?"

"Kangen, ya?" Tambah Bima membuat Nata berdecak.

Rasa tak enak yang menyelimuti diri Nata, membuat Si cantik bingung menjelaskan maksud kedatangannya. Dengan sisa-sisa kesabaran yang Bima miliki, Si tampan menunggu Nata buka suara.

Menunjuk kotak bekal di ujung sofa yang diduduki Bima, akhirnya Nata berani menjawab. "Itu, bekalnya."

"Udah gue buang," kata Bima dengan santainya.

Menganga, hanya itu yang mampu Nata lakukan. "Lah-lah, kok dibuang? Mubazir ih!"

Bima ini benar-benar, main asal mencampakkan makanan begitu saja, hilang kemana kewarasan Si tampan ini. Banyak orang di luar sana mati-matian menahan lapar, diantara mereka ada juga makan makanan tak layak konsumsi. Sebagai generasi muda, seharusnya Bima bisa lebih bijak dalam bersikap.

"Memangnya kenapa? Orang yang dikasih aja gak mau."

Membuang napas kasar, Nata mulai lelah menghadapi Bima. "Huh! Siapa juga yang gak mau?"

Menampilkan senyum sinis, Bima menyahut dengan sorot mata kecewa. "Jelas elo! Kalo tadi lo mau, pasti bekal gue bakal lo bawa, bagusnya malah lo makan langsung di depan mata gue."

Nata menunduk, ia merasa sangat bersalah. Tak ada niat sedikitpun Si cantik membuat Bima kecewa, tapi apa mau dikata kalau lupa adalah sifat alamiah manusia. "Ya, maaf."

Menaikkan sebelas alis, Bima bertanya. "Buat?"

Menghirup panjang oksigen lalu membuangnya perlahan, Nata mengumpulkan puing-puing kesabaran menanggapi tingkah sok bodoh Bima. Mengernyitkan dahinya, Si tampan tampak sedang berpikir, kira-kira Nata minta maaf untuk kesalahan yang mana? Menurut Bima, dosa Si cantik terlalu banyak pada dirinya.

"Maaf buat makanannya, tadi gue beneran lupa. Lagian lo keburu bikin gue kesel, jadi gak kebawa deh tuh bekel," jawab Nata dengan dagu menunjuk bekal di samping Bima.

Mengulurkan kotak bekal merah jambu, Si tampan berkata. "Nih!"

"Lah, katanya dibuang?" Bingung Nata dengan mata memandangi kotak bekal yang diterimanya.

"Percaya amat," jawab Bima santai seolah tak merasa berdosa.

Mulai saat ini sepertinya Nata harus ekstra hati-hati dengan Bima. Hal kecil begini saja sudah berani bohong, bagaimana dengan sesuatu yang besar, Nata tak bisa membayangkan.

Mencebikkan bibir, Nata mendengus. "Huh! Dasar, bullshit!"

Cukup lelah sedari tadi berdiri, Nata inisiatif mengambil duduk tepat di samping Bima. Dalam kasus ini Si cantik menyimpulkan bahwa Bima adalah lelaki tak peka, tak berperasaan.

Because I Love You (Completed)Where stories live. Discover now