37 | 🥀 Sweet? ⚘

243 17 30
                                    

Motor ninja merah Bima memasuki halaman rumah Nata, setelah lelaki itu berhenti melajukan motornya, Nata langsung turun dari boncengan Bima. "Nih!" Mengulurkan helm pada Sang pemiliknya, Nata menampilkan senyum tipis. Yah, siapa tahu Bima jadi manis lagi dan tidak kasar seperti tadi di sekolah.

Menerima uluran Nata, Bima berucap. "Besok gue jemput." Nata langsung mencebik.

"Alah bullshit doang!" Nata memandang sebal Bima sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada.

Sudahlah, Nata bosan mendengar kalimat itu dari mulut Bima. Kemarin saja ingkar janji, sekarang sok memberi harapan lagi. Nata tak mau dibohongi, letih menunggu hal yang tak pasti. Lebih baik Nata jalan kaki, daripada menunggu Bima yang tak mungkin menjemput dirinya. Berpanas-panasan menaiki angkutan umum atau ojek malah lebih syahdu, ketimbang menaiki Si ninja merah yang tak kalah membuat lelah.

Mata Bima menyipit, menatap Nata tak terima. "Bulshit apa'an? Gue selalu nepatin janji." Sekali lagi Nata berdecih. Menepati janji katanya? Kapan? Bahkan Nata tak ingat.

"Lah kemaren bilangnya mau jemput, tapi pada kenyataannya gue tetep naik angkot, kan? Mending gue pacaran sama sopirnya aja sekalian." Nata membuang muka dengan perasaan sebal. Bima menyunggingkan senyum menantang.

"Yaudah, sana! Pacaran aja noh sama sopir angkot!" Bima menunjuk sopir angkutan umum dengan dagunya yang kebetulan lewat di depan rumah Nata. Dia pikir Bima akan takut dengan gertakan gadis itu? Tentu saja Bima akan meladeni.

Telinga Nata memerah seolah mengepulkan asap kemarahan. Menoleh menatap Bima, Nata menaikkan dagunya tinggi-tinggi dengan raut ketus. "Oke, fiks! Kita put--- hmptt." Tangan Bima langsung membungkam mulut Nata, sebelum gadis itu menyelesaikan ucapannya.

Pukulan demi pukulan melayang pada lengan Bima, namun lelaki itu seolah tak merasakan sakit sedikit-pun. Pukulan Nata bukanlah apa-apa untuk Bima, mendapat bogeman bertubi-tubi dari Daren saja Bima masih bisa melawan dan menang, apalagi hanya menghadapi tenaga lemah gadis itu. Ayolah, Bima sudah kebal dengan hal-hal remeh seperti ini.

Menyusuri manik cokelat Nata, Bima menatap gadis itu penuh penegasan seakan menolak bantahan. "Jangan pernah bilang putus, kalo bukan gue yang nyuruh ataupun minta. Gue gak bakal terima dan gue gak rela!" Tanpa pikir panjang Nata mengangguk, lalu Bima melepas bekapannya membuat Nata langsung menghirup rakus oksigen.

Bima sungguh pacar durhaka, dia sama sekali tak memikirkan Nata yang kehabisan napas dan berada di ambang kematian. Tidak--- Nata tidak lebay, tapi ini memang kenyataan. Kini Bima malah menyunggingkan senyum puas, membuat gadis itu berdecak malas. Terlihat jelas raut bahagia Bima, lelaki itu sampai melipat kedua tangan di depan dada tampak bangga.

"Huh! Rasanya gue mau mati!" Mengipaskan tangannya di depan wajah, Nata merasa kepanasan. "Kalo gue beneran mati, elo adalah orang pertama yang gue cari! Gue gentayangin ampek lo musnah dari nih dunia!" Tambah Nata sambil menunjuk Bima tepat di wajah lelaki itu.

Srek!

Tangan Nata tiba-tiba ditarik Bima dengan kasarnya. Gadis itu mendadak pias, Nata dilingkupi perasaan was-was. Apalagi ekspresi Bima terlihat menyeramkan dengan netra hitam legamnya yang menatap tajam dirinya, ditambah senyum tipis licik lelaki itu yang membuat Nata semakin bergidik. Aduh! Ini dia mau ngapain nih? Jangan sampek Bima patahin tangan gue, batinnya ketakutan.

Cup!

Nata mengerjab beberapa kali, gadis itu tampak linglung. Benda apa yang menyentuh tangannya barusan? Apa benar bibir Bima? Lelaki itu mengubah raut wajahnya menjadi lembut dan tenang, Bima mencoba memberi pengertian pada Sang kekasih. Dia tak ingin menggunakan kekerasan, kali ini Bima mencoba lebih baik memperlakukan Nata.

Because I Love You (Completed)Where stories live. Discover now