50 | 🥀 Asal Nuduh ⚘

274 20 10
                                    

Warning!

Vote sebelum baca, dilanjut coment setelah baca 👇

****

Suara berisik ketukan sepatu beradu dengan lantai membuat ketiga gadis di meja nomor dua dari belakang mengalihkan pandangan menatap lurus ke depan. Ketiganya kompak memicingkan mata, menatap penuh selidik Si sumber kegaduhan yang tampak lesu dengan wajah ditekuk.

Rasa penasaran ketiganya semakin membuncah kala Nata mendudukan pantatnya kasar tanpa menoleh sedikitpun. Gadis itu bertopang dagu dengan bibir maju beberapa senti dan alis menukik tajam, tak lupa deru napasnya yang terdengar memburu nampak marah dan kesal.

"Lo gak diapa-apain kan, sama Bima?" Pertanyaan dengan nada sedikit meninggi tanda sangat khawatir meluncur dari bibir Megan. Dia cemas? Tentu saja. Bagaimana pun Bima adalah laki-laki normal yang bisa berbuat macam-macam pada adiknya, Nata.

Ketika dia kembali ke kelas setelah bertengkar dengan Bayu tadi, Megan diberitahu Ina dan Dara bahwa Nata habis menyiram Bima dengan es teh, kemudian adiknya itu langsung ditarik kasar oleh Bima. Megan yakin kalau Nata pasti cek-cok lagi dengan Bima, mungkin saja akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan mengingat Bima dan Nata sama-sama keras kepalanya.

"Ya enggak lah Kak! Gak usah mikir aneh-aneh deh!" Tanpa mengalihkan pandangannya, Nata menyahut ketus masih terbawa emosi.

"Gimana gue gak mikir aneh-aneh coba? Lo dateng-dateng udah masang tampang kesel kayak gini. Lo gak negur gue sama sekali lagi, kan gue ya curiga!" Balas Megan ikut meninggikan nada suaranya, kesal dengan jawaban Nata.

Membuang napasnya perlahan, Nata coba menetralisir emosinya. Kemudian dia memutar badan ke samping, berhadapan langsung dengan Megan. Mungkin berbagi kekesalan dengan kakak juga kedua sahabatnya akan membuat hatinya lebih lega, begitu pikir Nata.

"Gini ya Kak, gimana gue gak kesel kalo tiba-tiba ada orang yang ngejuge gue sembarangan, dan bilang kalo gue salah padahal orang itu sendiri yang bikin kesalahan. Kesel kan, Dar? Na?" Tangan Nata bergerak ke atas dan bawah bergantian, ikut menjelaskan dengan amarah kembali menggebu-gebu.

Ina dan Dara kompak mengangguk, kala manik cokelat Nata beralih atensi menunggu respon mereka berdua. "Terus-terus, gimana?" Ina dengan segala kekepoannya tak sabar menunggu kelanjutan cerita Nata. Gadis itu bahkan sampai menyelipkan kedua sisi rambutnya ke belakang telinga, saking tak mau salah menangkap penjelasan Nata.

"Siapa sih, orangnya? Lemes amat itu mulut!" Sewot Dara, ikut kesal mendengar ucapan Nata. Sementara Megan, gadis itu tak merespon memilih menyimak mencari jawaban.

"Bima Dar, Bima! Dia bilang, kalo gue tuh sama kayak dia. Bima nuduh gue pacaran sama Daren selama gue jadian sama dia. Kesel kan?! Seakan-akan tuh di sini gue yang salah, gue yang ngeduain dia. Padahal mah apa?! Gue yang diduain, njir! Udah gitu dia malah gak mau dengerin penjelasan gue lagi!" Dada Nata naik turun tak beraturan, bahkan gadis itu ngos-ngosan kala menyemburkan keluh kesahnya yang seakan tanpa jeda saking geramnya.

Kasihan dengan Nata, Megan langsung memegang sebelah bahu gadis itu kemudian mengusapnya lembut. Dia tahu betul apa yang saat ini adiknya rasakan, ketika dituduh bersalah atas apa yang sama sekali tidak dia lakukan. Dirinya saja merasa tak berguna dan hancur hanya karena dianggap orang baru yang artinya tidak penting, bagaimana Nata yang disalahkan juga tidak diberi kesempatan menjelaskan?

"Dan asal lo tau Nat! Mulai 30 menit yang lalu, gue sama Ina fiks! Kesel sama Namira dan gak bakal lagi ngajak-ngajak dia gabung sama kita!" Seru Dara dengan badan condong ke depan serta mata menyipit, tanda dia sangat serius dengan apa yang diucapkannya. Ina mengangguk setuju, begitu pula dengan Megan.

Because I Love You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang