42 | 🥀 Putus! ⚘

328 21 18
                                    

Holla-Holla🖐
Pada kangen kan ama gue?
Ya iyalah pasti kangen, kan? Tanpa kalian jawab pun aku udah tau hehe😂

Maap yups minggu-minggu ini Nata jarang Update😣. Lagi sibuk soalnya.

Ceilah sibuk, gaya banget sih gue😂 Tapi beneran deng! Nata emang lagi banyak tugas banget yang buat makalah inilah itulah. Huft, ampek bikin pusing tujuh keliling.

Ehh! Kok malah jadi curhat sih.
Okelah langsung aja gausah kebanyakan bacot karena nunggu itu berat apalagi kelamaan😭

Happy reading guys❤

****

"Satu insiden kecil lo bales pakek cara kayak gini? Lo keterlaluan Bim!"

"Iya gue emang keterlaluan, gue brengsek, gue gak sebaik yang lo pikir. Lo udah tau semua, kan? Jadi, lo boleh benci gue." Bima menyeringai kecil diakhir kalimatnya.

Berulang kali Nata menggelengkan kepala tak habis pikir dengan Bima. Otak lelaki itu benar-benar busuk, Nata bahkan tidak pernah berpikir Bima akan melakukan semua ini. Disaat dirinya patah hati, hancur, lelaki itu masih sempat-sempatnya melayangkan senyum licik seolah menang melihat dirinya menderita.

Prok!

Prok!

Prok!

Nata bertepuk tangan dengan senyuman lebar namun bukan menampilkan sebuah kebahagiaan, tapi rasa bangga pada rencana licik Bima yang berhasil menghacurkan dirinya. "Bagus Bim! Sumpah, keren banget akting lo. Gue aja sampek gak sadar kalau lo seret masuk kepermainan ini. Good job, King of Drama."

Nata menatap lurus netra hitam legam Bima dengan sorot berkaca-kaca. "Kapan-kapan ajarin gue, ya? Siapa tau gue bisa jadi kayak lo yang menjiwai peran sampek keliatan natural gitu. Beruntungnya gue bisa jadi Queen of Drama." Bima diam. Lelaki itu menampilkan wajah datar menatap penuh manik cokelat Nata.

Sementara Bayu, Angga, dan Aldi, mereka bertiga tidak mampu berkata apapun. Seolah menjadi patung hidup, mereka bertiga hanya menjadi penonton pertengkaran Bima dan Nata. Ketiganya menatap Nata iba, mereka tahu gadis itu sebenarnya rapuh namun kini bertingkah sok tegar di depan Bima.

"Satu lagi, gue mengundurkan diri dari permainan lo, gue berhenti. Saat ini udah lebih dari cukup buat gue ngerasain sakitnya patah hati. Lo pasti seneng, kan? Makasih banyak lo udah mau ngajak gue ikut andil dalam permainan ini. Yah, mungkin ini bisa jadi pengalaman dan pelajaran berharga buat gue." Air mata Nata kembali lolos, segera tangan kecil gadis itu mengusapnya kasar.

Dengan sorot nanar menjelaskan kesedihan yang amat dalam, Nata kembali berucap. "Kita putus!" Lalu berbalik, kemudian melangkah keluar kelas.

"Lo boleh jauhin gue! Lo boleh benci gue!"

Langkah Nata terhenti tepat di ambang pintu kala mendengar suara lantang Bima. "Gue gak benci dan gue gak akan bisa benci. Gue cuman kecewa sama diri gue sendiri yang dengan gampangnya percaya sama elo, dan dengan mudahnya gue cinta sama elo," jawabnya lirih tanpa menoleh.

Kemudian Nata meninggalkan kelas Bima dengan langkah lebar terlihat seperti berlari kecil. Dia membekap mulutnya sendiri menahan suara isakan dengan bahu bergetar. Untuk kesekian kali air mata Nata luruh menemani gadis itu dengan kemalangan nasibnya. Untung koridor yang di lewati Nata sepi, dia tidak perlu susah-susah membelah kerumunan menuju kelasnya.

Sementara Bima kini dilanda dilema dan kebimbangan. Rahang lelaki itu mengeras diikuti kedua tangannya mengepal kuat. Namun sorot mata lelaki itu berbanding terbalik dengan ekspresi tubuhnya, justru netra hitam legamnya nampak redup melukiskan kesedihan dan penyesalan.

Because I Love You (Completed)Where stories live. Discover now