Sabtu Pagi

5.2K 650 67
                                    

"Assalamualaikuuum... Teh Iiicooooo" Teriakan Bobby di depan pagar rumah nenek Jisoo merusak suasana tenang di pagi hari.

Jisoo yang kebetulan sedang berada di ruang tamu, langsung melompat saat mendengar nama panggilannya di masa lalu.

Hanya Ion yang memanggilnya Teh Iso.

Jisoo langsung tertawa puas saat membuka pintu rumah neneknya, dan langsung melihat sosok Bobby yang sedang memegang sebuah sepeda mini, lengkap dengan keranjang kecil di depan.

"Teh Isoo, ayok maiiin." ajak Bobby belaga seperti anak kecil, walau pada akhirnya gagal karena suara serak basahnya.

Jisoo segera menghampiri Bobby sembari terkekeh.

"Ion dulu pernah janji, buat bonceng Teh Isoo kalo Ion udah gede" jelas Bobby yang masih berusaha berbicara seperti anak kecil.

Ion adalah panggilan Bobby saat kecil. Dengan bonus sebuah fakta yang terungkap, bahwa Ion adalah teman kecil Jisoo.

"Kamu inget?" tanya Jisoo merasa heran sendiri, sedangkan Bobby langsung mengangguk sebagai jawaban.

Jisoo dan Bobby memang lahir ditahun yang sama, tetapi saat mereka kecil. Jisoo selalu lebih dulu bisa melakukan sesuatu. Membawa sepeda misalnya.

"Ayook," ajak Bobby dan disusul oleh Jisoo yang segera duduk diboncengan belakang sepeda tersebut, "pegangan Teeh, Ion mau ngebuuut."

Dan setelah peringatan yang keluar dari mulut Bobby, keduanya berkeliling kampung, melewati kebun tes, beberapa permukiman, dan berakhir di sebuah balai desa yang letaknya berada di kaki gunung.

"BOBIII JANGAN KENCENG-KENCENG" pekik Jisoo saat Bobby membawa seoeda tersebut dengan keceaptan ekstar, membuag Jisoo memakim erat memelik pinggang Bobby.

"TENAANG, PERCAYA SAMA AKU" balas Bobby santai.

"Ngapain ke sini?" tanya Jisoo penasaran karena Bobby meberhentikan sepedanya tepat di parkiran balai desa yang terlihat sepi.

"Main masak-masakan?" tawar Bobby dan disusul oleh gelak tawa Jisoo.

"Aku gak bawa kompor-koporan," jawab Jisoo santai.

Dahulu, keduanya memang sering bermain masak-masakan di daerah balai desa.

Jisoo yang memasak, lengkap dengan mainan masak-masakannya. Dan Bobby yang mencari bahan untuk dimasak.

Ya. Mereka sudah melakuan sebauh simulasi berumah tangga, bahkan sejak basih usia belia.

"Iya sih, harusnya tadi kita bawa Hanbin buat jadi kompor." gumam Bobby santai.

💃

"Mas emang pernah tinggal disini?" tanya Sana sembari menyupi Jisung yang berada di gendongan Jinhwan.

Jinhwan mengangguk, "Dulu pas masih kecil banget," jawab Jinhwan "aku sama Bobby diungsiin ke sini." cerita Jinhwan "Waktu itu ayah lagi ngambil spesialis, bunda lagi ngandung si Hanbin, jadi aku sama Bobby diungsiin ke rumah nenek. Makanya Bobby itu dulu temenan sama Jisoo."

Sana dan Jinhwan sedang berjalan-jalan mencari udara segar di area perkebunan milik Pakde Byungman, sembari mengajak Jisung jalan-jalan dan memberinya sarapan.

"Oh ya, cafe yang Ahra pegang gimana?" tanya Sana "Dia gak keteteran sama kuliahnya kan?"

"Ahra kerjanya bagus tau Mah," cerita Jinhwan "laporan keuangan yang tiap hari dia kirim rapih banget. Padahal Ahra itu anak hukum ya, bukan anak ekonomi."

"Syukur deh," jawab Sana "setidaknya Donghyuk ga ngerengek-ngerengek lagi ke aku buat minta Ahra kerja di cafe kamu."

Jinhwan terkekeh saat mendengar keluhan Sana, "Tadinya dia rengengeknya ke aku." kata Jinhwan "Terus aku minta ke Ahra buat kerja di cafe aku, dia nolak. Katanya pasti ini Donghyuk yang minta."

Sana mengangguk, "Awalnya juga gitu ke aku," saut Sana sembari menyuapi anaknya dengan bubur dan sayuran halus "tapi aku bujuk, dan dia nurut."

"Aku heran, kenapa mereka nurut banget sama kamu?" tanya Jinhwan dan disusul dengan raut wajah Sana yang terlihat bingung.

"Siapa?"

"Jisoo, Hayi, Ahra, Jungkook juga." jawan Jinhwan santai.

"Gak tau aku juga," jawan Sana "tapi mereka bertiga kecuali Jungkook, emang suka curhat tentang adik-adik kamu ke aku. Hayi tuh yang paling sering."

Jinhwan terkekeh, membayangkan sedepresi apa Hayi yang menjadi kekasih dari CEO aku lambe itu.

💃

"Woy, elo napa kaga bales Chat si Jeka?" tanya Mingyu pada Dahyun yang sedang sarapan di meja makan.

Dahyun yang sedang memakan kupat sayur hanya menoleh sebentar.

"Jangan ngambek aja elah," lanjut Mingyu "pusing gue ngeladenin curhatannya."

"Kak Juki curhat apa aja?" tanya Dahyun penasaran, sedangkan Mingyu hanya mengedikan bahu sembari mencomot bakwan goreng di meja makan.

"Gak tau, gak pernah gue ladenin." jawab Mingyu santai, "Udah elah Hyun jangan ngambek aje, Ubin masjid gue jadi kotor sama curhatan Jeka"

"Ubin masjid?" tanya Dahyun tak paham

"Grup gue sama Jeka dekaka" jawab Mingyu santai.

"Biarin aja udah, aku emang sengaja mau mushin Kak Jeka" jawab Dahyun "Besokkan dia ulang tahun."

💃

"Kasih oleh-oleh apa anjir?" tanya Haruto bingung sendiri, "kata gue juga udah kasih si Won baju kotor kita aja" lanjutnya dengan sebal "itu juga oleh-oleh."

Pagi ini Haruto dan Jeongwoo sedang berkeliling di sebuah pasar subuh.

Keduanya sedang mencari oleh-oleh untuk Wonyoung, si Nyai galaknya mereka.

"Gelang couple buat dia sama pacarnya aja apa ya?" usul Jeongwoo "mereka kan baru jadian."

"Nah iya anjir, barang couple buat mereka aja." saut Haruto "Kitakan harus mensuport kisah cinta sahabat kita."

"Sekalian, oleh-oleh merangkap kado, merangkap hadiah dia baru jadian." kata Jeonwoo "Mayan, hemat duit."

Jeongwoo mengangguk setuju, dan setelah itu keduanya berjalan beriringan mencari barang couple di pasar pagi.

Ya. Semoga saja ketemu.

Karena sejauh mata memandang, hanya ada penjual sayur, ikan segar dan beberapa pedagang pasar lainnya.

Mereka emang gak pernah ngotak.

Cari oleh-oleh malah di pasar pagi.

Tbc

Sebuah spoiler untuk:

-Bonchap Heart Sahker
-Dongi Ahra
-Pacar Wonyoung

[2] KIMcheees^^✓Where stories live. Discover now