10. Pedang

49.8K 10.8K 1.1K
                                    

Kanu bersedekap dada, menatap Kenzo dengan mimik wajah dibuat sedramatis mungkin.

"Kita kenal pas satu tempat posyandu dulu tapi kenapa lo malah lebih percaya curhat masalah lo sama Shera yang lo kenal cuman semalam," kata Kanu dengan tangis dibuat-buat.

"Mana chatnya lebay pula," sambung Dante.

Kenzo lebih memilih mengabaikan. Padahal, dua laki-laki yang menyandang sebagai temannya itu yang memberinya Saran tentang Shera. Saat ia benar-benar melakukannya, ponsel yang baru ia beli dibajak. Kanu pelakunya dan tentu membaca semua chat dirinya dengan Shera.

"Kalau lo berdua gak mau bantuin gue cari flashdisk gue mending pergi," kesal Kenzo. Kepalanya pusing terus mendengar kedua temannya merengek sepanjang perjalanan menuju gudang.

Kanu dan Dante saling tatap lalu sama-sama memalingkan wajah kemudian benar-benar pergi meninggalkan Kenzo yang melotot, tak percaya atas tingkah kekanakan kedua temannya itu.

"Dasar lebay," gerutu Kenzo sembari mendobrak kasar pintu gudang yang sebenarnya memang tak pernah dikunci.

Kemarin, Bu Tina guru Kimia memintanya mengantarkan kerdus entah berisi apa ke gudang. Kenzo pikir flashdisk-nya yang hilang jatuh di sana.

Sementara di dalam ruangan, melihat ada yang masuk, Zemira, Sekar dan Dania sontak panik lain hal dengan Sherly yang tak berhenti mengucap syukur sembari mengigit tangan Sekar yang berada di depan bibirnya membuat gadis itu memekik kesakitan.

Teriakan Sekar itu yang membuat langkah Kenzo semakin cepat memasuki gudang. Zemira menatap Sherly tajam. "Awas lo!"

Kemudian menarik kedua temannya pergi dengan langkah lebar keluar. Jaraknya sekitar enam langkah dari pintu, mereka berpapasan dengan Kenzo yang menatap datar.

"Hallo Kak K," sapa Dania dengan tangan melambai dan mata mengedip manja. Kenzo mengabaikan sementara Zemira menggerutu akan tingkah Dania sembari menyeret kasar Sekar dan Dania keluar gudang.

Kenzo menatap bingung ketiga punggung gadis itu yang perlahan lenyap di balik pintu. Apa yang mereka lakukan di gudang?

"M-makasi."

Laki-laki itu terkejut saat mendengar suara lirih berasal dari belakangnya. Dengan gerakan cepat Kenzo menoleh ke asal suara dan tak bisa menahan keterkejutan mendapati Sherly berlinang air mata terduduk di kursi dengan tubuh terikat.

"Te-rima kasih," ulang Sherly dengan suara serak. Ia menunduk sejenak lalu kembali memberanikan diri menatap Kenzo.

"Terima kasih," isaknya terus mengulang kalimat yang sama menjadikan Kenzo berjalan cepat mendekati gadis itu dan tanpa bertanya pun basa basi ia membuka ikatan tali dari kain panjang lusuh yang mengikat tubuh Sherly.

Kenzo bahkan melupakan tujuannya datang ke gudang itu. Sementara Sherly, setelah ikatannya terlepas ia diam kaku di depan Kenzo sembari terus menatap sepatunya.

Kemudian terkejut saat sebuah sapu tangan terulur menyentuh bawah bibirnya. Ia menatap takut ke arah Kenzo yang fokus membersihkan air keruh itu di sekitar bibirnya.

Saat sadar, Sherly segera memundurkan langkah sembari menatap was-was.

Kenzo dibuat menghela napas. "Gue bukan cowok mesum."

Laki-laki itu melempar sapu tangannya ke segala arah lalu berjalan keluar. "Ikut gue"

*

Sepanjang perjalanan di lorong,  mereka terus menjadi pusat perhatian. Sherly tak berhenti merutuki dirinya sendiri kenapa harus mengikuti langkah anak laki-laki di depannya ini. Keputusan itu ia ambil karena rasa takut terbesarnya pada Zemira. Ia butuh pelindung saat ini dan bodohnya berharap Kenzo mau melindunginya.

TITIK TERENDAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang