36. Penyesalan terbesar

42.9K 6.7K 986
                                    

Kenzo berlari ke rumah Sekar. Setelah menelpon Sherly, Sekar mengatakan kalau Ibunya berada di rumah gadis itu. Tubuh Kenzo gemetar, berharap menemukan wanita yang melahirkannya itu kemudian langsung membawanya ke rumah sakit.

Kekhawatiran akan suara Ibunya yang seperti menahan kesakitan dan ketakutan membuat Kenzo buta akan segalanya.

Tak memperdulikan ia beberapa kali menerima pukulan dari penjaga rumah Sekar, ia melawan dua orang berbadan besar itu sendiri meskipun kepayahann dan mendapat luka sana sini, Kenzo tetap menerobos masuk ke gerbang. Tangisan ibunya yang terngiang satu-satunya yang ada di pikirannya.

Langkahnya lunglai, darah mengalir di sudut bibir, lebam di sudut mata. Ia tak merasakan semuanya. Hanya ibunya, ia bahkan rela mengorbankan gadis yang dicintainya untuk wanita itu meskipun Ibunya telah meninggalkannya dan sang ayah dengan pria lain.

Dan seketika langkahnya terhenti di ambang pintu utama rumah Sekar yang terbuka, menatap tak percaya ke arah wanita yang tempo lalu menelponnya dengan suara tangisan dan teriakan kesakitan malah sekarang tengah tertawa bahagia sembari memegang secangkir kopi bersama pria yang dulu membawanya pergi dari rumahnya. Terlihat sangat baik-baik saja.

"Ma-ma." Tubuh Kenzo merosot  kedua lutut sebagai tumpuan di lantai. Bayangan senyum manis Sherly menghantam batinnya kuat.

"Aku berharap esok hari akan lebih baik dari hari ini. Tetep semangat Kak."

"Kakak gak sendiri."

"Semangat! Kak K punya kami yang akan buat Kakak bahagia. Jangan ngerasa sendiri dan kekurangan, ya, Kak."

Dia telah mengkhianati gadis yang selama ini tersenyum, menemaninya saat ia terluka, dan menjadi alasan kenapa ia tertawa juga kembali percaya pada sebuah hubungan.

"Kenzo, Mama bisa jelasin semuanya!" panik wanita itu sembari berjalan cepat menghampiri Kenzo yang bangkit dari duduknya.

Kenzo menatap wanita yang menjadi Ibunya itu penuh amarah. "Kenapa? Kenapa wanita seburuk dirimu harus menjadi ibuku!"

Maria menggeleng, air mata turun membasahi pipinya. Ia berupaya memegang kedua tangan Kenzo tetapi laki-laki itu lebih dulu menepisnya kasar.

Kenzo mendorong tubuh Maria yang langsung menangis, sementara ia pergi dari tempat itu sembari berlari. Berdoa pada Tuhan supaya Sekar tidak melukai gadisnya.

Berulang kali Kenzo menghubungi ponsel Sherly tetapi tak ada jawaban apapun selain bunyi operator yang terdengar menimpali. Ia membuka aplikasi pesan dan dibuat luar biasa terkejut mendapati pesan dari Sherly.

"Aku belum ngomong apapun tapi Kakak udah maatiin sambungan telponnya. Aku ingin berterima kasih, makasih banyak Kak. Kakak selalu dateng saat aku butuh pertolongan. Kakak selalu jadi penyemangat buat aku. A-aku, saat semua orang mengasingkanku, Kakak dateng dan menawarkan diri untuk menjadi teman. Terima kasih udah mau menjadi obat dari semua lukaku. Terima kasih udah mau jadi teman pecundang sepertiku."

Kenzo membeku. Rasa sesal kian menghujamnya hingga dadanya terasa sesak mengingat perlakuannya pada Sherly. Laki-laki itu menghapus kasar air matanya. "Maaf, Sherly."

Kemudian, Kenzo terkejut saat panggilan masuk dari Kanu. Dia mengangkatnya tergesa. "Saga ada sama lo?"

"Lo kenapa gak masuk sekolah tadi? Cewek lo dibully habis-habisan. Gue sama Dante berusaha nolongin tapi yang bully banyak gilak, sumpah kasian banget gue liatnya.  Sherly hancur banget, tadi Saga pulang ke rumah mau nyariin adiknya."

Kenzo berlari menaiki motornya, melaju kencang membelah jalanan. Tak membutuhkan waktu banyak, ia sampai di tempat dimana ia menyuruh Sherly menemuinya. Kenzo memasuki gedung kosong itu seorang diri.

TITIK TERENDAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang