33. Kupu-kupu tanpa sayap

44.7K 7.9K 2.7K
                                    

Dion berlari memasuki rumahnya, mencari-cari asal suara nyaring teriakan putrinya. Ia menjelajahi nyaris setiap sudut kamar di rumah besar itu. Namun ia tak menemukan apa-apa.

"Sherly!" panggilnya. Tak ada siapa-siapa. Napasnya berhembus terburu, ia berlari ke belakang rumah. Di sana banyak kerumunan orang-orang. Dia menatap tak percaya putrinya tergeletak tak berdaya, berada di tengah-tengah kerumunan dengan tubuh bersimbah darah.

"A-aku g-ga ing-in hi-dup la-gi, Pa." Sherly menatap tepat retina matanya sebelum akhirnya mata gadis itu tertutup dengan tangan terkulai lemas.

"Sherly!" teriak Dion terbangun dari tidurnya. Napasnya berhembus tak teratur dengan dada kembang kempis. Pria itu bangkit lalu mengambil segelas air yang terletak di nakas. Setelah meneguk segelas minuman, ia mengusap wajah kasar.

Lagi-lagi ia memimpikan hal yang nyaris serupa. Sherly dan darah. Sudah berbulan-bulan, mimpi itu seperti menghantuinya. Tiba-tiba terlintas bagaimana tatapan putrinya, terlihat begitu kesakitan. Sebenarnya apa yang anak itu rasakan?

Tidak, tatapan Sherly memang sudah berubah dari dulu. Tatapan hangat dan ceria berubah menjadi tatapan sayu, penuh luka, dan kosong seperti tak ada kehidupan lewat sorot mata anak itu dan Dion sama sekali tak tahu penyebabnya.

Dion menghembuskan napas kasar, tak terasa dirinya dan sang putri sekarang begitu jauh hingga dirinya tak tahu apa yang dialami anak itu. Dari pada memikirkan mimpi yang hanya menjadi bunga tidurnya, Dion lebih baik bersiap-siap untuk menjenguk putra sulungnya di rumah sakit.

*

Sherly memegang erat tangan Samuel kemudian menatap sebuah foto di tangannya. Foto mereka bertiga.

Samuel, Sherly yang tubuhnya paling kecil berada di tengah kemudian ada Saga yang sekarang entah dimana keberadaannya.

Jika foto itu di balik, ada sebuah 3 huruf dengan masing-masing nama mereka.

Sherly menteskan air mata kemudian meletakkan foto itu di bawah bantal sang Kakak yang terlihat damai dalam tidur panjangnya.

  "Kupu-kupu gak akan terlihat indah tanpa sebelah sayapnya, Kak. Jadi, aku mohon bangunlah," lirih gadis itu terisak.

Ia bergerak kemudian mencium kening sang Kakak lama. "Aku sayang banget sama Kak Sam."

Sementara di tempat lain,  Elina menatap kosong foto Kenzo dan Sherly yang tersenyum bahagia di instagram milik Kenzo. Hatinya berdenyut sakit saat melihat caption yang Kenzo berikan. Mine.

Gadis itu menghapus kasar air matanya kemudian tatapannya berubah tajam. "Kita lihat seperti apa gue bisa mempertahankan posisi gue berada di atas lo, Sherly. Lo tercipta untuk terus di berada bawah kaki Elina, selamanya."

Elina menggelengkan kepala kemudian memukul-mukul kepalanya sembari menatap ponsel yang beberapa jam lalu ia beli. Tak lama setelah itu, ia menghapus air matanya kasar kemudian menyalin teks yang sudah ia ketik beberapa menit yang lalu di WPS office, miliknya. 

Gadis itu kemudian mengambil pisau di sebelahnya dan menangis sangat keras ketika ia sendiri menyayat nadi di pergelangan tangan dengan pisaunya. Setelah darah keluar begitu banyak, ia mempotretnya kemudian mengepost-nya di instagram dengan caption dari teks yang ia salin di WPS office.

TITIK TERENDAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang