27. Simbiosis mutualisme

51.6K 9.3K 2.5K
                                    

Inilah akhirnya. Laki-laki itu hanya bisa menatap dengan hampa sang Ibu yang menyeret kopernya sembari dirangkul hangat oleh pria paruh baya menuju mobil yang terparkir apik di pekarangan rumah besar itu.

Semua yang terjadi selama ini hanyalah tipuan belaka, bukan ayahnya yang mendua melainkan kebalikannya. Tentang wanita yang menjadi alasan pertengkaran selama ini hanyalah bualan semata, tidak ada wanita lain di hati ayahnya. Wanita yang melahirkannya begitu tega menuduh sang Ayah hanya karena ingin terlepas dan bebas bersama pria selingkuhannya.

"Maafkan Papa, Kenzo. Papa udah berusaha buat mempertahankan pernikahan ini demi kamu tapi akhirnya Papa gagal. Mama kamu gak bahagia," lirih sang Ayah sembari menitikkan air mata.

Kenzo menahan mati-matian air matanya supaya tak jatuh apalagi saat manik matanya bersibrorok dengan mata sang Ibu yang menatap dirinya penuh sesal sebelum akhirnya memilih memasuki mobil selingkuhannya dan pergi meninggalkannya berdua bersama sang Ayah. Untuk selamanya.

Kenzo merasakan Ayahnya memegang kedua bahunya sembari memkasa dirinya menatap mata pria itu.

"Ijinkan Papa buat jadi Ayah sekaligus Ibu yang baik untukmu, Nak. Berikan Papa kesempatan buat kamu bahagia. Kita mulai semuanya dari awal dan jangan pernah lagi menoleh ke belakang. Hanya kamu satu-satunya harta berharga yang Papa punya," kata sang Ayah membuat Kenzo memaksakan sebuah senyum terukir di bibirnya.

Meksi hatinya luar biasa dilanda perih mengingat ia tak akan lagi melihat sang Ibu di rumahnya, Kenzo akan berusaha memulai hidup baru dan menyembuhkan luka di hatinya dimana sekarang ia harus berusaha terbiasa hidup tanpa sang Ibu. Laki-laki itu bergerak memeluk tubuh sang Ayah erat. "Makasih, Pa."

Dibalas usapan penuh Sayang oleh Ayahnya sebelum akhirnya pria paruh baya itu memilih masuk ke dalam rumah, menyelesaiakan urusan perceraiannya.

Kenzo sendiri memilih menghubungi Shera karena hanya gadis itu satu-satunya yang ia butuhkan sekarang. Laki-laki itu memilih masuk ke dalam rumah kemudian mengambil jaketnya dan berlalu hendak menemui Sherly.

Di Taman ditemani semilir angin berhembus kencang menerbangkan rambutnya. Kenzo mengajaknya duduk di bangku panjang di sana.

Hening. Sherly mengerutkan kening karena laki-laki di sampingnya tiba-tiba terdiam. Ia melirik kenzo kemudian memberanikan diri menggenggam tangan kanan laki-laki itu membuatnya tersentak.

Kenzo melirik Sherly yang tersenyum tipis dengan wajah pucatnya. "Kakak enggak sendiri."

Terdiam. Kenzo menatap tak percaya, Sherly mengetahui perihal lukanya?

"Keluarin aja, Kak." Sherly menatap dalam mata laki-laki itu. "Jangan dipendam. Mata Kak K gak bisa bohong."

Kenzo menunduk sembari membalas genggaman tangan Sherly. "Orang tua gue resmi bercerai. Sakit sih tapi gue, gue berusaha nerima keputusan mereka."

"Mungkin ini jalan terbaik dari Tuhan, Kak." Sherly kembali teringat Kakaknya membuat perih di hatinya. "Kita harus sama-sama kuat karena semua rasa sakit ini pasti akan berlalu. Bahagia akan datang pada waktunya."

Angin menerbangkan rambut panjangnya, Kenzo menatap dari samping kemudian menyunggingkan senyum. "Gue kuat selama ada lo di samping gue."

Kenzo menatap gadis itu dalam membuat Sherly kian tersenyum lebar. "Senyum dong."

Gadis itu mengeluarkan ponsel lalu membuka aplikasi kamera.

TITIK TERENDAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang