↬ 19

832 127 23
                                    

.
.
.
.
+x+
.
.
.
.

Soobin masuk ke ruangan Beomgyu, keadaannya bisa di bilang sangat baik. Rapi dan juga tak terlihat sedih ataupun merasa sesal atas apa yang telah ia lakukan pada Kamal. Beomgyu mengepalkan kedua tangannya, ia bahkan mati-matian menahan rasa untuk tidak memukul Soobin saat itu juga.Bagaimanapun Beomgyu harus tau lebih dulu, apa alasan Soobin memperlakukan Kamal seperti sampah murahan.

"Carikan aku sekretaris baru,"

Beomgyu mendesis sinis. " lagipula, kenapa kau memecat Kamal?"

"Jangan tanyakan hal yang bukan urusanmu"

"Bukan urusanku apanya?! Kau lupa siapa yang menghadirkan Kamal di kehidupanmu dan berhasil menjadikannya sekretarismu bahkan naik pangkat menjadi kekasihmu?! Itu aku-! Maka aku yang harus bertanggung jawab atas alasan mengapa Jimin dan Yoongi menemukan Kamal hancur sendirian di pinggir jalan seperti semalam-!"

Soobin menoleh menatap Beomgyu yang berdiri dengan amarah memuncak, manik sipitnya sedikit membulat terkejut tapi dengan cepat ia merubah kembali ekspresinya.

"Syukurlah jika mereka menemukannya, aku kira dia di culik"

Beomgyu tertawa sarkras. " ada apa dengamu Soobin? Kenapa kau tiba-tiba memecatnya? Dan bahkan mengakhiri hubungan dengannya?"

"Aku sudah tak mencintainya"

"Kau bisa memutuskan hubungan dengan baik-baik, tanpa merendahkan dan memperlakukan seperti ia pantas untuk di buang-!"

Soobin berdecak. " kenapa kau repot sekali dengan hal itu? Aku yang menjalani hubungan dengannya, bukan kau-!! Jadi aku bebas memutuskan hubungan seperti apa"

"Kau tau? Aku ingin sekali memukul wajah sok polosmu itu kalau saja aku tak berjanji pada Kamal untuk tidak melakukannya. Jika kau sejak dulu hidup di penuhi dengan luka, kenapa kau harus melibatkan Kamal kepada hal itu?"

Soobin menatap Beomgyu dengan tajam.

"Apa maksudmu?"

" Kamal memperkenalkanmu kepada sebuah kebahagiaan, dia mencoreng kegalapan di hidupmu dan membuatnya menjadi berwarna. Tetapi, kenapa kau malah mengenalkan Kamal pada sebuah luka yang selama ini selalu kau rasakan? Kau mencoreng tinta hitam di hidupnya. Dan kau tau apa perbedaanya?"

Beomgyu menghela nafas panjang sebelum melanjutkan. " Kamal tak sekuat dirimu"

.
.
.
.
.

"Makanlah yang banyak, hm?"

Jimin menaruh semangkuk nasi penuh beserta lauknya yang terhidang banyak di atas meja. Kamal tersenyum lebar, meraih sendok kemudian memakan makanan itu. Ia menikmatinya, mengoyang-goyangkan tubuh kecilnya ke kanan dan kiri. Hal itu mampu membuat Jimin terkekeh kecil, tetapi meluruh saat Kamal berhenti melahap makanan di dalam mulutnya.

"Ada apa? Makananya tidak enak?"

Kamal menggeleng, ia menatap Jimin dan kemudian air matanya kembali mengalir.

"Kamal~ kenapa kau menangis lagi, hum?"

Kamal tertawa kecil, ia kembali mengunyah makananya dan menyuap makanan lain.  Tidak berusaha untuk menghilangkan jejak air matanya, kamal membiarkan dirinya terus menangis tanpa suara namun percayalah, hatinya masih terasa sakit yang tak kunjung reda.

Jimin mengalihkan pandangannya, kedua matanya sudah berkaca-kaca. Berikutnya ia melangkah menuju kamarnya, meninggalkan Kamal di meja makan dengan isak tangisnya yang memecah keheningan.

Ini sudah hari ke-14, tetapi ia masih bersikap seperti itu dan Jimin tak tega melihatnya. Jimin bahkan tak tau alasan Kamal selalu menangis seperti itu, jika itu karena Soobin, itu tidak mungkin. Jimin tau betul sikap Kamal, namja manis itu tidak akan terlalu di dalam satu masalah apa lagi itu hanya karena laki-laki. Maka Jimin menyimpulkan, ada hal lain yang Kamal sembunyikan darinya.

Wish 2 || SookaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang