↬20

950 130 28
                                    

.
.
.
+x+
.
.
.
.

"Kau itu bagaimana?! Kenapa kau memberi tahukan hal itu pada Kamal?! Kau lihat bagaimana akhirnya, Hyung?!"

"Maaf, aku minta maaf"

Jimin semakin menundukan kepalanya, ia menangis, menyesal, sungguh Jimin sangat menyesal tentang hal itu. Seharusnya ia tau Kamal tidak sekuat itu untuk menerima kabar tentang Soobin yang membuatnya semakin terluka. Seharusnya Jimin mengetahui itu, seharusnya ia tidak gegabah dalam mengambil keputusan meski ia memiliki niat baik di balik hal itu.

Beomgyu menghela nafas panjang, membiarkan Jimin menangis di pelukannya yang kala itu sedang duduk di kursi tunggu sambil menggumamkan kata maaf berkali-kali.

"Apa yang kalian sembunyikan? Kenapa ini terjadi pada Kamal?"

Keduanya melupakan Kookie yang masih berdiri di sana. Wajahnya hampir di basahi air mata, Beomgyu melepas pelukannya pada Jimin kemudian menuntun Kookie untuk duduk di samping Jimin.

"Maaf hyung kalau selama ini kami berbohong, itu semua karena Kamal yang menginginkannya..."

Beomgyu dan Jimin menceritakan semua yang di alami oleh Kamal.  Mulai dari mereka yang menemukan Kamal di pinggir jalan dengan keadaan memprihatinkan sampai pada apa yang terjadi pada beberapa menit lalu.

"Kamal hamil?" Kookie bertanya tak percaya dan anggukan Jimin seketika membuay lututnya lemas.

Tangisan Kookie semakin pecah, amarahnya meluncak dengan kedua tangannya yang mengepal kuat. Ia harus memberi Soobin pelajaran, Kookie hendak berdiri untuk menghampiri Soobin di kantornya. Namun, Beomgyu mencekal pergelangan tangannya membuat tubuhnya berbalik lagi.

"mau kemana hyung?"

"Aku mau menghajar Soobin brengsek itu-!"

Beomgyu menggeleng, " Tidak, banyak media yang mengelilingi Soobin soal pernikahan itu"

"Lalu apa? Kau takut aku merusak reputasinya karena ia sudah menghamili sahabatku dan pergi tanpa rasa tanggung Jawab atasnya?!"

Kookie benar-benar marah.

"Tidak, jika kau kesana, aku justru kau yang menjadi korban. Kau tahu, pernikahan itu adalah rancangan Hoseok. Sekarang aku mengerti kenapa dia meninggalkanmu, karena semua ini ada hubungannya dengan Hoseok. Maka sekarang kita pikirkan dengan kepala dingin, kita cari cara baik untuk menyelesaikan masalah ini"

Kookie tertunduk lesu, pada detik berikutnya pintu UGD terbuka, memperlihatkan sosok dokter yang nampaknya masih ada ketegangan di raut wajahnya.

"Bagaimana keadaanya?"

"Dia hamil?"

Ketiganya mengangguk bersama.

"Ini langka, kedua kalinya aku menangani namja yang sedang hamil. Keadaanya cukup lemah, begitupun dengan janin yang ada di dalam kandungannya. Untung saja mereka di bawa tepat waktu karena jika tidak, kita bisa saja kehilangan keduanya. Mana ayahnya?"

Bungkam. Semuanya bungkam mendengar pertanyaan sang dokter sampai kemudian namja berjas itu mengangguk paham.

"ia depresi dan juga terlalu banyak pikiran hal itu yang membuat emosinya tak terkontrol sampai berpikiran untuk membunuh dirinya sendiri. Jika ia sudah sadar, bicaralah hal-hal baik dengannya. Berikan semangat motivasi dan jangan bicarakan hal yang bisa membuatnya down"

Wish 2 || SookaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang