Bab Dua

12.4K 2.1K 293
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Sepanjang kegiatan belajar, Felicia sengaja menjadi siswa pendiam di kelas. Mereka memang tidak mengolok secara langsung, tetapi berbisik di belakangnya dengan pandangan memicing yang sesekali tertangka. Meskipun ia tidak begitu peduli, tetap saja sikap itu lebih dari sekadar membundal di hatinya.

Pikiran tenung yang sempat ia ibaratkan untuk mengendalikan dirinya sendiri, ternyata―tidak salah―sedikit banyaknya membuat ia jadi manusia yang tahu siapa yang pantas dijadikan teman.

Ia memiliki seorang sahabat yang bisa diandalkan. Namanya Theodore Heoglier, satu-satunya anak laki-laki yang tak pernah percaya dengan gosip. Theodore lebih senang menelusuri apa pun secara langsung untuk menemukan kebenaran dibanding mendengar dan menyetujui anggapan orang lain tentang sesuatu.

Saat Juvilan―guru Fisika―sedang menuliskan materi singkat di papan tulis, Felicia dikejutkan dengan gumpalan kertas yang tiba-tiba mengenai lengannya. Ia melihat ke bawah, mengambil bola kertas itu kemudian menoleh ke kanan. Ia tentu tahu siapa pelakunya.

Theodore tersenyum penuh semangat ketika Felicia melihat ke arahnya.

"Jangan merasa sendiri, aku masih tetap mempercayaimu. Your Mate!"

Seulas senyum malu tercetak di wajah Felicia ketika ia selesai membaca tulisan di atas kertas kusut. Ia menunduk, tapi matanya tak bisa bersembunyi untuk sekadar memandangi Theodore yang duduk di kursi seberang kanannya.

❄❄❄

Di Jerman, jenjang pendidikan setelah SD (wajib empat tahun) diklasifikasikan menjadi tiga bagian. Ujian kelulusan SD dilakukan di kelas empat dan hasilnya akan menjadi penentuan jenis sekolah anak berikutnya. Apakah mereka akan ditempatkan di Hauptschule, Realschule atau Gymnasium.

Hauptschule, adalah pendidikan yang mempelajari berbagai hal untuk dipraktekan dalam pekerjaan. Para siswa yang berada di jenjang ini hanya sampai kelas 9 dan dipersiapkan khusus untuk menghadapi dunia pekerjaan. Monica dan Felicia terlahir bukan menjadi pekerja kantoran atau pabrik orang lain, mereka lebih senang mempelajari reaksi kimia untuk mengembangkan pabrik pengolahan anggur milik keluarga. Bagi mereka, sang ayah lebih dari sekadar guru terbaik.

Akademik dari hasil abitur yang dilalui Monica mengarahkan dirinya untuk masuk ke gymnasium. Ia melangsungkan pendidikannya sampai kelas 12, dan di tingkat itulah Monica berada sekarang.

Di Albert Gorthem School―sekolah milik pemerintah Negara bagian yang menyediakan tiga jenjang pendidikan tersebut―Monica dan Felicia berada di gedung yang sama. Itu sebabnya mereka tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hampir satu gedung sekolah mengetahui hubungan mereka. Kakak beradik penyendiri dari desa petani anggur. Walau sebenarnya, mereka cukup dikenal karena produksi anggur dari pabrik ayahnya adalah yang terbaik di provinsinya.

Sayangnya, kedua kakak beradik itu bukan tipe remaja yang mengandalkan nama keluarga untuk mendongkrak ketenaran. Justru mereka berusaha bersikap biasa sebagaimana anak petani lain yang lebih suka berbaur dengan alam terbuka.

Pӧlzl  [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now