Bab Lima Belas

4.6K 1.2K 159
                                    

Situasi ini hampir, bahkan sama dengan peristiwa dua minggu yang lalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Situasi ini hampir, bahkan sama dengan peristiwa dua minggu yang lalu. Di mana properti di atas tanah keluarga Pölzl menjadi tempat berkerumunan polisi, wartawan dan orang-orang yang tidak bisa menipiskan sedikit saja hasrat mereka untuk mencari tahu. Garis polisi kembali membentang. Kali ini dalam pola persegi panjang yang dua kali lebih luas. Bentuknya serupa pagar yang menyekat halaman depan pintu masuk gudang penyimpanan puluhan barel anggur dan area sekitarnya.

Matahari masih bersembunyi di penghujung Timur pukul 06.30 pagi. Perlu waktu satu jam lagi bagi bumi tersirami cahaya di musim dingin. Salju meninggalkan jejak orang-orang yang berkerumun di luar batas TKP.

Sebelumnya, beberapa menit setelah ditemukan mayat ayahnya sendiri yang tergantung pada seutas tali, Monica lari secepat yang ia bisa untuk menghubungi polisi, meninggalkan Celine dan Felicia yang masih menangis dengan posisi saling berdekapan. Akan tetapi tidak, dia tidak menghubungi kantor polisi federal kecuali nomor telepon yang tertera di secarik kertas yang terselip sedikit di bawah telepon. Dengan dada yang naik turun tak tersamarkan, dan tangan yang tidak bisa barang sebentar saja berhenti gemetar, Monica menekan nomor itu. Entah dengan alasan apa nomor itu dianggurkan, tapi memang benar, hanya orang itu yang saat itu bisa membantunya.

Mandy Heoglir.

Setelah mendapat telepon mengejutkan itu, Mandy tidak lagi memedulikan suaminya yang masih tertidur pulas. Putranya, Theodore, merengek pada Mandy agar bersedia mengajaknya ikut. Sedikit banyaknya, mungkin Theodore bisa membantu menenangkan sahabatnya yang sudah pasti entah bagaimana kacaunya perasaan gadis itu saat ini. Mandy pun setuju dan meminta Theodore bergegas.

Gemuruh mesin mobil teredam begitu Mandy menghentikannya dan terparkir sejajar dengan mobil polisi lain yang sudah berkumpul. Sedikit kesal sebab sebagai orang yang memberi tahu para polisi itu untuk datang, justru ia sendiri yang terlambat. Suara pintu ditutup serempak begitu Mandy dan Theodore keluar bersamaan. Dengan mantel hangat dan syal yang membalut lehernya, Mandy berlari susah payah melewati kerumunan orang-orang yang berdesis membicarakan segala macam prasangka.

Theodore mengekor di belakangnya ketika Mandy sudah berada di ambang garis polisi. Beberapa personil polisi tampak berjaga untuk mempertahankan status quo agar segitiga TKP tetap steril. Dari kejauhan, Steve menyambut Mandy dengan gelengan kepala.

"Tampaknya akan menjadi headline news kota," ujar Steve pada Mandy.

Wajah Mandy sedikit mundur ke belakang ketika melihat bagian tulang pipi Steve lebam. "Apa kau bertengkar dengan istrimu tadi malam?" tanyanya sedikit bercanda. Mencairkan suasana kiranya perlu sedikit diutarakan di sela pekerjaan.

Steve tersenyum malu, mengelus pipinya seperti lampu aladin yang diusap. "Wanita zaman sekarang, kau tidak akan pernah tahu senjata apa yang mereka gunakan untuk melawan. Setidaknya aku beruntung spatula itu tidak menggores pipiku."

"Sudah kubilang jangan terlalu keras pada istrimu." Mandy menanggapi. Ia jalan membungkuk melewati garis polisi yang melewati kepalanya. "Foto dokumentasi sudah diambil?" tanya Mandy cepat pada Steve yang sedang memegang buku catatan kesayangannya.

Pӧlzl  [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now