Bab Tiga Belas

5.1K 1.1K 266
                                    

Ferdinand berjalan pulang ke rumah dengan langkah lesu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ferdinand berjalan pulang ke rumah dengan langkah lesu. Ia meletakkan senapannya di atas bahu kiri. Wajahnya tertunduk seperti orang yang menanggung begitu banyak beban.

Ferdinand kehiilangan kalimat pengelak ketika Steve berbalik menyerangnya dengan dugaan itu. Ia beralasan kalau Felicia sedang sakit dan tidak bisa dijumpai malam ini. Dan pasti, cepat atau lambat polisi itu akan kembali lagi mendatanginya.

Sampai kapan ia harus menanggung semua beban ini? Keluarganya tidak bersalah, tidak ada satu pun dari anggota keluarga Pӧlzl yang patut dijadikan tersangka. Mereka semua punya alibi, Ferdinand dan Felicia hanya berbuat baik dengan menguburkan bangkai anjing itu sebelum Paulus dibunuh. Siapa yang menyangka akan seperti ini akhirnya?

Kakinya menendang kerikil yang menghalangi jalan. Pikirannya berkelana mengingat peristiwa beberapa hari lalu. Malam itu, Monica sedang belajar di dalam kamar, tidak keluar satu langkah pun dari muka pintu. Celine sedang menidurkan Krill di kamarnya, sudah terlelap ketika Ferdinand kembali. Sedangkan dirinya dan Felicia, mereka juga sudah berada di dalam kamar masing-masing setelah membuat kesepakatan. Namun, kesalahan besar tidak menemukan pasangan penjepit rambut Felicia dan entah bagaimana caranya benda sialan itu bisa ada di tangan Paulus. Ia merutuki diri sendiri.

Pembunuhan Paulus Knél sudah berlalu hampir dua minggu. Entah pihak polisi yang terlalu bodoh atau memang tidak ada orang lain yang bisa dicurigai selain keluarganya. Upaya melindungi anggota keluarganya ibarat pohon yang hampir tumbang terkena terpaan angin. Ia harus mencari jalan keluar. Mengenai imbas yang terlanjur berkelindan dengan rahasia itu, Ferdinand berupaya defensif. Namun, sulit.

Sebanyak apa pun alibi yang mereka buat, sekeras apa pun Ferdinand menentang tuduhan itu, tak ayal apa yang ia sampaikan bermuara dari keluarganya sendiri, rumahnya sendiri, propertinya sendiri. Tidak ada saksi lain kecuali langit malam dan badai salju yang menerjang. Tidak ada makhluk hidup lain yang dapat bicara menguatkan teritorika mereka. Bilamana Paulus hidup kembali pun, jika Ferdinand tidak bicara soal bangkai anjing itu, kasus akan tetap menggantung. Mental diperas habis-habisan. Keluarganya akan melebur pada periode amsal yang tidak terbayangkan.

Senapan ia gantung kembali di belakang pintu, sejurus kemudian, ia sudah berada di dalam rumah untuk mengambil keputusan. Di depan meja nakas yang menyediakan telepon rumah berwarna tembaga. Ferdinand menarik napas, merasakan desakan parau untuk menekan nomor telepon seseorang.

Kediaman Mandy Heoglir.

❄❄❄

Kepala Mandy tertekan akibat insomnia yang sudah satu minggu ini menyerang. Sudut atas kamarnya dihinggapi laba-laba yang mulai membuat sarang, Mandy malas bergerak bahkan untuk sekadar menyingkirkan serangga itu sebelum dinding sudut kamarnya dipenuhi jaring laba-laba. Mandy membetulkan posisi tidurnya, mengesah untuk kesekian kali sebab dihantui rasa penasaran.

Sepulangnya ia dari pub, Mandy diganggu oleh telepon yang bukan hanya membuat ia kesulitan melanjutkan tidur, tapi suara pria yang menyembul itu—yang tidak mengucapkan sepatah kata pun selain menyapa 'halo' dan menyebut namanya—Mandy merasa dilecehkan saat telepon mendadak mati. Sambungan terputus, dan ia terpaksa menerka.

Pӧlzl  [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now