Bab Enam

6.6K 1.4K 149
                                    

Tiga ekor anak sapi berkeliaran di jalanan menuju properti keluarga Pӧlzl

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tiga ekor anak sapi berkeliaran di jalanan menuju properti keluarga Pӧlzl. Menghalangi jalur. Siapa pun yang berkendara kencang di sepanjang jalan ini, mungkin tidak akan sempat mengatur telapak kaki untuk menginjak pedal rem. Lima anak sapi itu ugal-ugalan, lompat ke sana kemari seolah menganggap diri mereka adalah kangguru remaja. Si anjing penjaga yang menggonggongi ternak itu terlihat kewalahan. Sang pengembala memegang ranting pohon yang panjangnya melebihi ukuran tubuhnya sendiri, memecut sapi-sapi yang bertingkah semaunya.

Celine mengerem mobilnya mendadak ketika seekor anak sapi lepas dari pengawasan si pengembala. Hewan itu hampir naik ke atas kap depan mobil jika saja anjing berjenis gold retriever itu tidak menggonggong. Celine meremas setirnya kuat-kuat sepadan dengan wajah kakunya yang mengucurkan keringat dingin ketika anjing itu menoleh ke arahnya.

Anjing itu menggonggong berkali-kali, menyeringai pada Celine dengan tatapan seolah ingin menerkam. Air liurnya menetes menumpahi pelataran tanah. Giginya yang menguning berderet di antara moncong besarnya. Celine cemas di balik setir mobil, bulir keringat dingin mulai timbul di antara pelipisnya ketika mata mereka saling bertemu. Dadanya naik turun disebabkan napas yang tak kunjung stabil.

Ia memutuskan untuk menginjak pedal gas secepat yang ia bisa. Anjing itu masih menyeringai di pandangannya. Sayangnya, seseorang berteriak sejurus kemudian saat kakinya benar-benar membawa kendaraanya seperti hendak melompat. Lelaki pengembala itu mundur dengan tangan menamengi tubuhnya sendiri, berteriak marah pada kecerobohan Celine.

Anjing itu berubah menjadi manusia. Anjing itu tidak pernah ada di sana.

Celine mengusap wajahnya kasar.

❄❄❄

Rambut berwarna burgundi ikal Monica memantul-mantul saat mengerumuni para siswa yang berdesakan di koridor hendak menuju kantin. Ia baru selesai bicara pada Felicia bahwa kali ini ia tidak bisa menemaninya duduk bersama Theodore. Akhirnya, Monica merasakan tikaman rasa syukur karena mendapat dorongan untuk tidak membatalkan janji.

Isaac sudah berdiri tenang di dalam lab biologi sebagaimana yang telah dijanjikan. Meski sebelumnya, Monica sudah berusaha keras menjadi tidak terlihat di antara manusia yang berjibaku di koridor.

"Gunakan waktu sebaik mungkin, Isaac," katanya begitu masuk dan menyandarkan punggung di balik pintu yang baru saja ditutupnya pelan.

Ruangan itu tampak sangat berdebu. Beberapa peralatan seperti boneka peraga anatomi hewan dan manusia terlalu rusak untuk disimpan. Seharusnya pihak yayasan mencanangkan hari pembersihan sekolah mingguan jika tidak ingin barang-barang rongsok itu bernyawa suatu hari nanti.

Selaras dengan wajah bangganya, Isaac yang tadinya mengisi waktu bermain dengan gunting bedah yang ia gesek-gesekkan ke atas meja mendadak bosan. Ia menghampiri gadisnya, lebih tepatnya, mantan gadisnya.

"Kau menemuiku hanya karena ingin mendengarkan kesaksianku? Bukan untuk melepas rindu?"

Monica melepaskan sandarannya dan berdiri tegak pada prasa menantang. "Aku tidak punya banyak waktu untuk hal yang tidak penting."

Pӧlzl  [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now