Bab Dua Puluh Empat

4K 1.1K 357
                                    

Penemuan alat bukti yang tertanam di bawah pohon akasia memang berdampak besar pada pemecahan kasus

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Penemuan alat bukti yang tertanam di bawah pohon akasia memang berdampak besar pada pemecahan kasus. Isaac pernah mengatakan soal bangkai anjing itu sebelumnya pada Monica. Memberi celah petunjuk. Namun, hal semacam itu dianggap tidak masuk akal bagi Monica. Ia tidak pernah menganggap serius omongan Isaac yang semula hanya berbuntut dalih. Sebuah upaya untuk mendapatkan kembali hati Monica.

Nyatanya, malam setelah hari melelahkan berkat teror bangkai tikus dan penggalian bangkai anjing menghebohkan, Isaac menginap lagi di rumah itu. Tentu, ada alasan signifikan yang membuat ia tampak dibutuhkan. Setelah teror menjijikkan itu, keluarga Pölzl bisa saja mendapat serangan baru yang lebih menakutkan.

Jauh berbeda dengan Monica yang dengan gampangnya menyetujui usul Isaac, Celine justru bertambah gusar. Berada di posisi serba salah di mata siapa pun, Celine mengalami fase kesulitan memilih keputusan. Ketiadaan sosok pria di rumah itu mungkin menjadi titik lemah. Warga desa yang masih berpikiran kolot bisa dengan gampangannya terpengaruh hasutan orang-orang di sekitar mereka.

Sekutu Iblis! Celine ingin membenamkan kepala ke dalam bak mandi saja setiap kali mengingat kata-kata itu. Jangankan mengikut, membayangkan untuk menjadi salah satu dari pengikut sekte gelap saja Celine tidak pernah. Entah kesimpulan apa yang membuat orang-orang awam beranggapan demikian. Berkat hal itu, Celine terpaksa mengkonsumsi obat anti depresan kembali agar kecemasannya berkurang.

Malam datang sedemikian cepat bersamaan dengan merambahnya konflik yang sungkan berakhir. Di dalam kamar, Monica merasa aman dengan menyandarkan kepalanya di dada Isaac. Mereka duduk dengan pose sedikit melorot di atas tempat tidur kecil Monica. Tangan kanannya merangkul pinggang Isaac, merasakan tingkat kenyamanan tertinggi setiap kali berada di dalam pelukan cowok itu. Hanya saling menghangatkan, bukan pada tindakan seksual yang tak mungkin dilakukan Monica dalam situasi yang tidak tepat.

"Mommu masih tidak menyukaiku," ujar Isaac di sela-sela belaian manis bahu Monica.

"Ia hanya butuh waktu. Semua hal yang terjadi belakangan ini jelas membuat Mom harus super waspada pada siapa pun. Terlebih kau sebagai orang yang datang kembali."

"Mungkin aku harus sedikit bersabar. Yang terpenting bagiku adalah persetujuan ayahku. Aku sudah membicarakan tentang hubungan kita dan dia justru ingin mengundangmu makan malam akhir pekan nanti. Bagaimana menurutmu?"

"Seorang Drouf Müllermenyetujui hubungan kita? Kau tidak mengancam bunuh diri,'kan?" canda Monica.

Isaac meringis tawa kecil dan kembali membelai bahu Monica yang menempel erat dengan lengannya. "Mungkin aku akan mengatakan itu jika ayahku mati-matian menolak."

"Alasan klise," balas Monica. Ia menghela napas di saat pikirannya kembali pada sesuatu yang tertimbun di dalam tanah. "Menurutmu, apa tujuan Felicia dan Dad sebenarnya menyembunyikan petunjuk itu? Mengapa mereka tidak membuat misteri ini menjadi lebih mudah?"

"Monic." Isaac memekik sederhana. "Apa mungkin ayahmu dan Felicia bertengkar karena tidak lagi bisa bekerja sama dan membuat Felicia bertindak di luar batas?"

Pӧlzl  [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now