Bab Lima

8.1K 1.5K 178
                                    


Dalam sepersekian malam, Celine telah mengambil keputusan yang tepat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dalam sepersekian malam, Celine telah mengambil keputusan yang tepat. Ia bangun pagi-pagi sekali, turut menggugah Felicia yang kemarin sore merengek minta dibuatkan cupcake sebagai pengganti kekesalannya karena jatah cupcake di sekolah kemarin direbut oleh si gemuk Otton Brown dalam satu kali telan.

Dengan cara yang sederhana dan mudah dimengerti, Celine mengajari Felicia yang begitu antusias membuat kue kesukaannya di dapur, meramunya sesuai instruksi Celine. Felicia menyeduh cairan kental bakal cupcake dalam wadah yang sudah dibuat semirip mungkin dengan yang di sekolah. Belum tahu bagaimana rasanya, Felicia tahu memang cupcake kantin sekolah adalah yang terbaik, mungkin ia bisa menandinginya dengan bereksperimen sendiri manakala Celine meninggalkannya sebentar untuk mengurus Krill yang menangis karena minta susu formula.

Pukul enam pagi, Felicia senang bukan main melihat cupcake mini cantik buatannya sudah berjajar rapi di atas nampan. Sebelah bibirnya tertarik ke atas senada dengan matanya yang takjub pada hasil karyanya. Ia memasukkan tiga kue dengan taburan chocochip dan satu taburan sprinkle tanpa krim ke dalam wadah Tupperware. Sejurus kemudian, ia pun memasukkannya ke dalam tas sekolah lantas bersiap untuk mandi.

❄❄❄

Rutinitas pagi tampaknya akan berbeda mulai hari ini.

Ferdinand berdiri di tepi kursi utama meja makan. Bukan untuk duduk, bisa dibilang setengah membungkuk. Ia menumpukan kedua tangannya di atas meja. Wajahnya terangkat, memandangi satu per satu tiga perempuan yang sangat ia cintai di rumah ini.

Ia menatap Felicia, yang jelas tidak terlalu peduli dengan wajah serius sang ayah saat menuntut perhatian dari anak keduanya. Abaikan, memang seperti itulah terkadang Felicia.

Matanya beralih pada Monica. Anak sulungnya itu melawan pandangan matanya dengan wajah berbinar, menggigit bibir bawahnya seolah menunggu apa yang akan diutarakan sang ayah. Jemari Monica mengantuk-antukkan ujung sendok ke atas meja, antara tidak sabar ingin menikmati serealnya atau tak sabar ingin mendengar sang ayah bicara.

"Oh ... ayolah, Dad. Cepat katakan apa yang ingin kaukatakan, kau membuatku penasaran. Serealku sebentar lagi lembek," keluhnya.

Ia tersenyum, melirik istrinya yang menyerahkan genggaman tangannya ke atas punggung tangan Ferdinand. Celine menaikkan sebelah alisnya, menyunggingkan bibir sembari mengedikkan bahu.

"Oke," kata Ferdinand. Ia membalas genggaman tangan Celine. "Kabar menyenangkan dimulai pagi ini." Ferdinand tersenyum lagi, saking bahagianya membuat sebuah pengumuman. "Mommy, mulai hari ini bukan lagi seorang caddy girl! Mommy, akan selalu ada bersama kita, dua puluh empat jam penuh! Woo!" Ferdinand membuat tepukan tangan sekali. "Apa kalian senang?"

"Sungguh?" Monica girang. Mengangkat kedua tangannya ke atas lantas bangkit dari kursinya yang berderik untuk menghamburkan pelukan dari punggung belakang Celine. "Kau benar-benar mengundurkan diri?" Celine mengangguk, mengelus lengan Monica yang sudah terkait di depan lehernya dan membawa tubuh mereka bergerak ke kanan dan ke kiri. "Jadi sekarang, aku punya Mommy cantik yang bisa kutunjukkan pada teman-teman sekolahku. Aku senang sekali, Mom! Kau harus menggantikan Dad untuk mengantar jemput kami ke sekolah setiap hari."

Pӧlzl  [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now