Bab Dua Belas

5.5K 1.2K 143
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Mulai Bab ini sampai 3 bab ke depan, akan diberlakukan plot twist. Teka-teki yang sesungguhnya baru akan dimulai

HAPPY READING!!


Hari ini Mandy sudah bekerja selama lebih dari sepuluh jam terhitung hingga sekarang. Steve Glover pamit padanya karena tidak bisa menemani Mandy kali ini, ada urusan mendadak yang harus diselesaikan bersama istrinya. Tentu, keluarga jelas nomor satu. Ia tidak mungkin menghalangi Steve, dan mau tidak mau ia pun berakhir di pub tempat dulu Paulus Knél bekerja.

Bersama rekannya Daniel Greek, di sebuah meja yang hanya menyediakan dua orang, Mandy sudah membidik sasarannya yang sedari tadi sudah diincar. Kesempatan yang sangat baik ketika gadis yang duduk di sudut pub itu menyendiri.

Anna Dun—calon istri Paulus Knél—yang sudah tidak terlihat raut wajah kehilangan itu tertawa pada pria lain yang menyapanya dari meja seberang lalu meneguk birnya yang baru saja diisi ulang,

Pub menyediakan musik yang tidak terlalu kencang, pengunjung kali ini tidak sebanyak malam biasanya. Bisa jadi akhir bulan Januari menjadi penghambat faktor ekonomi, beberapa orang jelas kehabisan banyak dana setelah melewati tahun baru.

"Biar aku yang mendatanginya." Mandy mengajukan diri kemudian berjalan ke arah Anna.

Pakaian kasual yang Mandy kenakan tidak membuatnya terlalu mencolok. Ia sudah mengganti pakaian resminya dengan blus rendah dan celana jin abu-abu. Tubuhnya dihangatkan dengan jaket cokelat berbahan kulit. Bahkan dari jarak dekat, kemungkinan Anna akan sulit mengenali Mandy dengan penampilan yang seperti anak muda itu.

Mandy tersenyum saat pandangan mereka saling bertemu lantas duduk di depan Anna tanpa harus menunggu tawaran. "Butuh teman?" tanyanya.

Anna belum terlalu mabuk, tapi matanya sampai harus menyipit untuk mengenali siapa wanita yang sesukanya datang dan mengganggu privasi.

"Mandy Heoglir," sapanya. "Aku sedang tidak butuh teman, aku sedang butuh keadilan. Hanya itu. Jadi jika kau tidak membawakan itu untukku, sebaiknya kau mencari narasumber lain."

"Keadilan akan datang bila semua orang yang memegang kartu melepaskannya." Mandy menaikkan dagu, mengeksploitasi kesempatan untuk mendapatkan haknya.

"Kartu?" Anna tertawa. Ia memainkan bibir gelasnya menggunakan telunjuk bercat kuku merah. "Aku tidak punya kartu. Tapi aku punya ini." Anna menaikkan jari kirinya, menunjukkan pada Mandy bahwa ia masih mengenakan cincin pertunangannya. "Satu-satunya yang Paulus tinggalkan untukku. Dan sekarang, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan pada cincin ini."

Mandy terdiam sejenak. Berusaha bersikap tegas.

"Kau bilang, satu hari sebelum kejadian itu, kau dan Paulus bertengkar hebat. Aku hanya ingin mendengar lebih jelas apa alasan yang membuat kalian bertengkar."

Pӧlzl  [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now