Bab Dua Puluh Satu

4.4K 1.1K 134
                                    

Derap langkah kaki seseorang memantul di sepanjang koridor rumah sakit

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Derap langkah kaki seseorang memantul di sepanjang koridor rumah sakit. Isaac Müller mempercepat langkahnya begitu melihat Monica baru saja keluar dari pintu kamar pasien.

Dalam temaram cahaya berpendar, Monica melihat Isaac datang padanya dengan langkah kecil. Senyumnya mengembang, kedua lengannya merentang untuk menangkap pelukan Isaac dengan kelegaan luar biasa.

"Isaac? Bagaimana kau tahu aku ada di sini?" tanya Monica.

Isaac menyentuh wajah Monica dan menceritakan alasan. "Aku datang ke rumahmu dan bertemu dengan Demitri. Ia menceritakan semuanya dan jelas itu membuatku terkejut. Kemudian, mereka yang ada di kantor polisi memberi tahu bahwa ibumu pingsan dan sedang dirawat di rumah sakit kepolisian. Monica, apa yang terjadi? Bagaimana bisa Felice―" Ada keraguan saat ia meneruskan pertanyaan.

"Aku sendiri tidak mengerti bagaimana Felicia bisa menjadi tersangka atas kematian Dad. Ini semua di luar logika. Ditambah lagi Mom sakit dan sekarang aku juga harus memikirkan bagaimana nasib Krill."

"Krill baik-baik saja, aku melihat istri Demitri memperlakukannya dengan sangat baik. Lalu, bagaimana keadaan Celine?"

"Ia baru saja siuman. Dokter bilang Mom kelelahan dan stres. Aku sudah memintanya untuk satu malam saja istirahat di rumah sakit tapi Mom menolak. Ia memikirkan Krill."

"Boleh aku menjenguknya?" pinta Isaac.

"Tentu, kebetulan sekali aku harus pergi ke apotek untuk membeli obat. Kau bisa membantuku menjaganya sebentar jika tidak keberatan."

"Tidak, tentu saja tidak. Pergilah, setidaknya aku bisa mengobrol sedikit dengan ibumu. Kau tahu? Pendekatan." Isaac membuat senyum menggoda pada Monica sebelum gadis itu berlalu pergi.

Isaac terlihat canggung saat tangannya memutar knop pintu. Wajahnya melongok ke dalam lantas tersenyum lebar sekali saat melihat Celine berusaha bangun untuk duduk. Seperti apa yang Isaac perkirakan, wajahnya diselimuti rasa kikuk tatkala Celine melihat kedatangannya dengan roman datar. Tidak ada senyum balasan, tidak ada sapaan ramah. Warna dominan putih ruangan itu seakan memendar dan menciptakan resonansi abstrak.

Namun, Isaac berusaha tenang. Ia mendekat, lalu menyapa Celine dengan senyuman.

Lima belas menit kemudian, Monica kembali dengan membawa sekantong kecil obat untuk Celine. Senyumnya mengembang ketika melihat Isaac dan Celine terlihat lebih dekat. Tentu saja ini bukan pertama kali mereka mengobrol mengingat dulu, Isaac adalah kekasihnya yang sering main ke rumah mereka. Monica sempat berpikir mungkin mereka akan kembali canggung atau ibunya akan bertanya hal yang macam-macam dan berbuntut pada topik pembicaraan kikuk. Namun, nyatanya Celine justru tidak menunjukkan sikap itu kecuali bicara secukupnya lantaran tak bertenaga.

***

Malam itu juga, Isaac membantu Monica untuk membawa ibunya pulang. Ia menjadi pengemudi di dalam mobil Celine sementara mobil jeep yang membawanya ke rumah sakit ia tinggalkan. Tentu setelah meminta supir ayahnya untuk menjemput mobil itu.

Pӧlzl  [Sudah Terbit]Onde histórias criam vida. Descubra agora