Chaeyeon menghempaskan tubuhnya di sofa rumahnya. Hari sudah petang, dan Chaeyeon baru pulang karena menyelesaikan revisian artikel untuk majalah edisi bulan ini.
Tiba-tiba ponsel Chaeyeon berdering, Chaeyeon spontan mengangkat telfonnya kala melihat nama Hangyul tetera di sana.
"Halooo?"
"Hey. Udah pulang?"
"Udah. Nih aku barusan nyampe."
"Mama ada gak?"
"Nggak ada, Mama nginep di rumah nenek. Chaeryeong juga masih koas, katanya dia nginep di rumah temennya. Gatau deh jadi apa nggak." jawab Chaeyeon.
Tidak bercanda, Hangyul benar-benar menghampiri Chaeyeon ke rumahnya waktu itu. Chaeyeon langsung memeluk Hangyul kala melihatnya di ambang pintu rumahnya.
"Heiiii. Kenapa?" tanya Hangyul.
"Kangen. Aku mau nangis gak ketemu kamu." jawab Chaeyeon sambil melepas pelukannya.
Hangyul masuk ke rumah Chaeyeon dan duduk di sofa.
"Mau minum apa?" tanya Chaeyeon.
"Nggak mau apa-apa." jawab Hangyul. "Cuma mau kamu."
Hangyul langsung menarik Chaeyeon sehingga Chaeyeon duduk di pangkuannya.
"Gombal." balas Chaeyeon.
"Biarin."
Tanpa izin, Hangyul langsung mencium bibir Chaeyeon. Chaeyeon yang tentu saja sudah terbiasa dengan hal itu menerimanya. Ciuman mereka semakin mendalam, sampai-sampai Chaeyeon sekarang berada di bawah Hangyul.
"Udah ya? Aku belum mandi. Bau." balas Chaeyeon.
"Terus kenapa?" balas Hangyul. Lalu ia kembali melumat bibir Chaeyeon.
"I want to do this all day." bisik Hangyul di telinga Chaeyeon. "Let's get married."
Chaeyeon mematung mendengarnya. Seketika ia mengingat ucapan Hangyul waktu itu, sebelum dia pergi ke Amerika. Jadi... Hangyul tidak bercanda?
Chaeyeon mendorong pelan tubuh Hangyul untuk menjauh, lalu merubah posisi tubuhnya menjadi duduk.
"Kenapa? Kamu nggak mau?" tanya Hangyul.
"Bukannya gak mau, Gyul. Tapi ini terlalu cepat buat aku." jawab Chaeyeon.
Hangyul terdiam, baiklah. Ternyata yang Jihoon, Yohan dan Yena bilang tadi ada benarnya juga. Mereka terlalu muda untuk menikah.
Keadaan menjadi sangat canggung sekarang karena mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.
Tiba-tiba pintu rumah terbuka, dan ternyata yang buka adalah Chaeryeong.
"Eh ada Kak Hangyul." sapa Chaeryeong.
"Hai adek ipar." balas Hangyul.
"Kok lo berdua acak-acakan banget sih, abis ngapain hayooooo?" tanya Chaeryeong.
"Apaan dah lo." balas Chaeyeon. "Gak jadi koas?" tanya Chaeyeon, mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Kagaaak anjiiing. Salah baca jadwal gue Kak." jawab Chaeryeong.
Hangyul berdiri dari duduknya. "Aku pamit ya."
"Loh buru-buru banget. Lagi pada berantem yak?" tanya Chaeryeong. "Canda-canda hehehe. Tunggu dulu lah Kak, gue lagi mau masak padahal."
"Lain kali aja ya, Chaer. Besok gue kerja, mau istirahat." balas Hangyul.
Hangyul mengusap pelan puncak kepala Chaeyeon. "Pulang dulu ya, Yang."
Chaeyeon mengangguk. "Hati-hati."
Chaeyeon hendak berdiri dari duduknya untuk mengantar Hangyul sampai ke pagar. Tapi ia dicegah oleh Hangyul.
"Gak papa, gak usah dianter. Kamu istirahat gih." balas Hangyul.
Hangyul beralih kepada Chaeryeong. "Pamit ya Chaer."
"Iya Kak, hati-hati di jalan." pesan Chaeryeong.
Hangyul meninggalkan rumah mereka, menyisakan kedua kakak beradik itu di ruang tamu. Chaeyeon mengusap wajahnya dan rambutnya pelan.
"Berantem kan lu berdua?" tanya Chaeryeong.
"Gak." jawab Chaeyeon singkat.
"Boong banget lu Kak. Kenapa sih?" tanya Chaeryeong lagi.
"Hangyul ngajak nikah." jawab Chaeyeon.
"ANJING KAK??????????? TERUS????????"
Sementara itu, Hangyul di dalam mobil sedang menyenderkan kepalanya di sandaran kepala sambil memenjamkan matanya. Ia menghela nafasnya berat.
Kecewa? tentu saja Hangyul kecewa dengan balasan Chaeyeon.
Hangyul bekerja keras selama ini agar mereka bisa menikah dan hidup layak setelah menikah. Tapi.... kenapa jadi seperti ini? Kenapa jawaban Chaeyeon seperti itu?
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
