[1] chamber of flowers

2.2K 219 99
                                    

Indah.

Berbagai macam lekukan dan bentuk yang terukir di langit-langit kamar, membuat Wendy terpaku. Mulutnya terbuka sedikit, memberikan jarak agar napas ringan meluncur keluar di antara rongga yang diciptakan oleh bibirnya.

Signore Giadacci.

Seorang pemahat yang sayangnya tak begitu dikenal, namun gemulai ukiran yang ia lahirkan bagaikan melodi Brahms untuk penglihatannya. Kini seorang Wendy, melihat mahakarya agung Signore Giadacci tiap ia membuka kelopak mata pertama kali saat matahari terbit; dan ini bahkan hanya ukiran langit dari salah satu rumahnya. Bukan juga rumah utamanya, ataupun rumah politiknya, ataupun rumah musim panas, dan berbagai macam jenis rumah yang dulu sang ibu kerap jelaskan padanya.

Hanya salah satu dari sekian banyak tanah yang telah dijadikan pijakan rumah untuk keluarganya, namun pemandangan yang ia lihat pertama kali bukan main sungguh tak ternilai. Ia kembali melihat ukiran langit tersebut—mencoba untuk mengenali bentuk-bentuknya. Sebuah bunga yang ia tak bisa kenali jenis apa itu, yang mana dari tiap kelopaknya mencuat ranting panjang dan berliku, mencapai garis dari segi empat yang membingkainya—seakan-akan bunga tersebut bersemayam dalam bingkai emas dan disusun rapi sejajar memenuhi langit-langit berwarna krem, seperti es krim moka yang ia dan Seulgi selalu beli setiap mereka selesai diam-diam menghabiskan waktu di pusat perbelanjaan.

Wendy bergumam pada hatinya bahwa tidak apa-apa untuk kembali terlelap lebih lama lagi. Saat ia mulai menutup matanya, wanita dengan paras cantik itu mendengar suara seseorang yang ia harap hanya ada dalam pikirannya, namun tidak.

"Sebentar lagi akan senja, apakah kau tahu itu?"

Wendy menghela napas dan tersenyum kecut. Ia tahu bahwa 'senja' yang dimaksud hanyalah bualan belaka. Hari sama sekali belum menua dan pemilik suara hanya menyindirnya yang terlalu lama berdiam di tempat tidur. Dengan sedikit paksaan, ia mendudukkan dirinya; berharap menemukan seorang laki-laki dengan kulit putih sedang duduk manis di salah satu sofa yang terletak dari ruangan terpisah namun masih berada dalam area kamar tidurnya, tapi hanya kesunyian yang ia dapat.

"Kau melihat ke arah yang salah,"

Suara itu kembali terdengar dan Wendy memutar bola matanya. Dengan malas ia menoreh ke arah tenggara tempat tidurnya dan mendapati seorang laki-laki tanpa mengenakan sehelai kain untuk menutupi dadanya yang bidang dan sebuah celana yang mana ikatannya ia ikat dengan longgar—menyandarkan bahunya pada sisi dinding yang juga merangkap menjadi pintu rahasia. Wendy mendecak dan kembali berbaring. Dengan sebuah seringai segera lelaki itu bergerak menuju tempat tidur, sembari menyingkap selimut dan ikut berbaring di sebelah Wendy.

"Kau tahu," Wendy mengeluarkan suaranya parau saat ia merasakan sebuah tangan menyelip dari bawah tubuhnya dan tangan satu lagi menimpa tubuhnya—melingkari tubuh dan memerangkap Wendy seakan-akan ia adalah daging dalam roti isi. Laki-laki tersebut menutup mata dan mendekatkan hidung dan bibirnya ke bahu Wendy yang kini polos akibat lengannya yang tanpa sengaja tersingkap. "...kau sangat lancang tiba-tiba masuk ke kamarku. Sekarang aku sedang tidak mengenakan apa-apa di bawah gaun tidurku."

"Aku tahu," kata laki-laki itu dengan suara teredam. Wendy merasakan getaran halus disekujur tubuhnya saat bibir laki-laki itu bergerak ketika ia berbicara, seakan-akan menyapu kulit bahunya yang tak tertutup. "Aku bisa merasakannya."

Kamar itu menjadi diam mencekik untuk beberapa saat sebelum akhirnya sang lelaki mengisyaratkan Wendy untuk memutar tubuhnya agar menghadap laki-laki tersebut. Tak lama setelah Wendy mengubah posisinya, ia ditarik untuk lebih dekat lagi hingga kepalanya menghantam pelan dada laki-laki tersebut. Mereka diam dalam posisi tersebut dan sang laki-laki mengusap tengkuk Wendy dengan pola memutar menggunakan jempolnya. Wendy menutup mata, membiarkan ketenangan ini melarutkan pikirannya. Ia membalas budi laki-laki itu dengan mengelus pelan punggung polosnya yang terpampang angin.

of Lace and Velvet || {btsvelvet/bangtanvelvet; Wendy x rap line}Where stories live. Discover now