[2] breakfast like a king

1.2K 189 28
                                    

Wendy mendengar suara ketukan di pintu.

"Masuklah," Ia bersuara.

Wanita bersurai cokelat itu mendengar suara pintu terbuka dan selang beberapa detik saja, terdengar pintu menutup. Suara langkah kaki yang samar-samar menjadi lebih jelas, dan Wendy disambut dengan pemandangan seorang wanita dengan rambut dikucir yang dengan cepat bergerak menuju tirai kamar dan menyingkapnya.

Wendy tak bisa menahan diri untuk mendesis saat wajahnya terpapar langsung dengan sinar matahari.

"Ayo bangun," Wanita tersebut memerintah dengan nada datar.

Wendy memutar bola matanya. "Kau tahu aku bisa memecatmu dengan mudah, kan?"

Wanita itu mendecak. "Silahkan saja pecat aku," katanya. "Siapa yang akan mengurusmu di kemudian hari?"

Wendy memberikan senyum jahilnya kepada wanita tersebut dan lantas menariknya untuk ikut jatuh ke atas tempat tidur. "Seulgi," Wendy mengeluarkan suara termanis yang bisa ia suarakan. "Aku malas untuk melakukan apa-apa hari ini. Tidak bisakah aku mendapatkan hari untuk beristirahat?"

Wanita itu-Seulgi, menghela napas sambil menepuk pelan dahi Wendy. "Kau baru saja melakukan liburan selama hampir dua bulan. Tanpa jadwal apapun. Apa yang kau harapkan?" Ia segera bangkit dari tempat tidur dan menarik tangan Wendy. "Ayolah, apakah kau ingin Ayahmu melepasmu dari daftar pewaris takhta kerajaan? Aku tak ingin diperintah oleh Jaehyun. Tak bisa kupikirkan akan menjadi seperti apa dia jika suduh duduk di singgasana."

"Entahlah," Wendy perlahan-lahan mendudukkan dirinya dan segera untuk bersiap menjatuhkan kakinya untuk menapak lantai. "Raja yang punya banyak selir mungkin?"

Seulgi berdecak dan segera berjalan menuju pintu yang terletak jauh di barat laut ruangan. "Ya, benar. Dan mungkin saja kau salah satunya." Ia segera masuk menuju ruangan tersebut dan berbicara sesuatu yang Wendy tak bisa cerna dengan jelas.

Wendy perlahan-lahan berdiri dari tempat tidur. Kakinya terasa seakan-akan seperti ditusuk oleh ribuan jarum. Berjinjit sedikit demi sedikit ia berjalan menuju pintu barat laut tersebut dan mendapati Seulgi sedang menjulurkan tangannya ke sebuah pancuran-untuk memeriksa temperatur air. Seulgi sebagai salah satu dayang kerajaan harus memastikan sang calon regina untuk selalu terlihat tanpa cacat sedikit pun.

"Sempurna," bisik Seulgi saat ia berhasil menemukan temperatur air yang cocok untuk Wendy. Ia beralih ke Wendy yang duduk di tepi bak mandi sambil menatap nanar ke arah air yang mengalir menuju lubang pembuangan. "Cepat lepas gaunmu."

Dengan sedikit paksaan, Seulgi mengangkat Wendy untuk berdiri dan mengangkat gaun tidurnya. Kini sutra tersebut tak lagi melekat pada kulit Wendy-ia benar-benar telanjang, tanpa sehelai kain pun untuk menutupi kulit polosnya. Wendy berjalan pelan menuju kaca rias untuk melihat bayangannya selagi Seulgi sibuk melipat gaun malamnya untuk diletak ke dalam keranjang cucian. Dengan jari telunjuk, ia telusuri tiap bagian wajahnya, kemudian turun arah lehernya, menuju pundak, turun ke dada-

"Hei," Seulgi membuyarkan ekspedisi jarinya. "Sedang apa kau? Cepat mandi. Ayahmu akan memenggalku jika tak berada di jarak pandangnya pada saat makan siang."

Wendy menghela napas dan segera beranjak menuju pancuran air sambil menggumamkan sesuatu seperti 'Jika aku ratu, penggalan bukan lagi hukuman untukmu, melainkan pengulitan', namun Seulgi tak mau ambil pusing dan segera keluar dari kamar mandi, membiarkan sang tuan putri menikmati waktu mandinya sebelum ia harus menghadap caesar nanti.

Seulgi menyiapkan sebuah gaun selutut berwarna biru muda untuk Wendy, begitu juga dengan sebuah jepit rambut magnolia untuk disematkan ke kepala sang putri. Tak butuh waktu yang lama bagi Wendy untuk selesai membasuh tubuhnya-mengingat urgensi dan keinginan untuk tidak mengundang amarah sang ayah-Wendy menyegerakan aktivitas kebersihannya dan mengeringkan tubuh lebih cepat.

of Lace and Velvet || {btsvelvet/bangtanvelvet; Wendy x rap line}Where stories live. Discover now