[21] the lair of scorpion

608 103 40
                                    

⚠ tindak kekerasan, dimohonkan kebijaksanaan pembaca.

_

Jaehyun hanya pernah dipukul setidaknya tiga kali seumur hidup. Dua dari tiga poin telah dipegang oleh Ayah, sedangkan satu poin yang masih tersisa merupakan sebuah pukulan yang ia dapatkan saat sedang berlatih tinju di militer saat berumur 16 tahun. Kini orang yang ia sedang hadapi telah bersiap dengan kuda-kuda tinju, berniat untuk mengisi poin nomor empat.

Sang pangeran kenal betul dengan pria yang melihatnya dengan muka garang sekarang ini—rahangnya mengeras sehingga memperlihatkan urat-urat yang bermunculan menjalar di leher, keningnya berkerut dan tangan Jaehyun gatal sekali untuk menarik poni panjang pria itu ke atas yang menempel akibat keringat, agar sang pangeran dapat dengan mudah menghitung berapa banyak lapisan yang dihasilkan oleh kerutan kulit di dahi pria tersebut.

Mereka seangkatan di militer. Jeon Jungkook namanya.

Baiklah—akan Jaehyun ingat orang ini.

Tangan Jaehyun terikat dan ia hanya ditutupi oleh sehelai selimut yang bahkan menutupi tubuhnya tak sempurna. Jaehyun memfokuskan pendengarannya ketika ia dapat mendengar suara sol sepatu menapak di lantai—menghasilkan suara-suara menegangkan yang dapat membuat orang lain bergidik ngeri bertanya-tanya mengenai apa yang akan terjadi pada mereka.

Namun Jaehyun bukanlah orang lain.

Ini adalah kesekian kalinya kepalan Jungkook telah melayang ke pelipis Jaehyun sehingga membuat kulit sang pangeran membiru dan lecet akibat jari jemari Jungkook yang dengan sengaja ia sematkan cincin agar ujung tajam besi tersebut dapat membuat sobekan kecil pada kulit sang pangeran.

Suara tapakan kaki itu kini berhenti di depan Jaehyun, membuat matanya menengadah melihat sosok Kapten Kim Namjoon yang sedang menatapnya tidak suka.

Jaehyun mencibir. "Kau punya nyali ternyata,"

Namjoon memasukkan dua tangan ke dalam saku celana, memilih untuk tak merespon. Tubuh semampai pria itu kemudian berbalik dan mengangguk sekilas pada Jungkook—mengisyaratkan bahwa Jungkook boleh kembali menghabisi sang pangeran. Namjoon berjalan menuju pojok ruangan pengap dan tertutup tersebut, menarik sebuah kursi kosong dan mendesah ketika pantatnya berhasil duduk setelah hampir satu jam lamanya ia berdiri, selagi Jaehyun terus mengerang tiap kepalan Jungkook berhasil melucuti harga diri pangeran muda tersebut.

*****

"Yang Mulia," Wendy perlahan membuka matanya ketika samar-samar mendengar suara Seulgi membangunkan sang putri. Ia mengangkat kepalanya perlahan, memeriksa ke samping tempat tidur dan melihat bahwa Jaehyun sudah tak ada lagi. Dengan sigap Wendy menahan selimut agar tidak jatuh akibat bahan yang licin bergesekan dengan kulit polosnya.

"Kau ingin makan di meja makan atau di kasur saja?" Seulgi kembali bersuara sambil sibuk memilah-milah pakaian dalam lemari. "Hari ini Koki memasak ikan salmon. Kedengarannya cukup lezat."

"Kepalaku pusing," Wendy mendesah. Seulgi menghentikan aktivitasnya dan segera membantu Wendy yang mulai beranjak turun dari tempat tidur, berjalan menuju kamar mandi.

Seulgi kemudian menghidupkan keran air dan mengisi sebuah bak mandi emas dengan air tersebut. Saat hendak memasukkan segenggam sabun busa ke dalam bak mandi, Wendy menghentikannya.

"Aku hanya ingin berendam dengan air hangat saja. Tak perlu kau repot-repot mengisi bak ini dengan sabun," Wendy berkata sambil memasukkan satu kaki ke dalam bak mandi, meringis ketika panas air tersebut berhasil mengejutkan sang putri.

Setelah selesai menenggelamkan setengah tubuh ke dalam air dan mulai terbiasa dengan temperatur panasnya, Wendy bernapas lega bagaimana panas air tersebut berhasil memberikan sebuah sengatan yang seakan-akan memijat tiap jengkal urat, otot dan sendinya yang benar-benar kesakitan. Sudah lama rasanya ia tidak melakukan hubungan intim dengan pria manapun, dan seketika tubuhnya dihentak habis-habisan oleh Jaehyun. Kini tubuh itu protes pada sang empunya.

of Lace and Velvet || {btsvelvet/bangtanvelvet; Wendy x rap line}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang