[25] solomon's omen

593 94 47
                                    

⚠ tindak kekerasan, dimohonkan kebijaksanaan pembaca.

_

"Kurasa aku sudah memperingatimu," Jongin berkata pada Namjoon yang kini bergelantungan beberapa sentimeter di udara dengan tangan terikat ke atas, serta tubuh bagian atas yang tak ditutupi sehelai kain penuh dengan cipratan darah. Kepala dan rambutnya basah dengan keringat dan ia sedikit kesulitan bernapas, tapi sempat-sempatnya menyeringai ke arah Jongin.

"Dan kurasa aku hanya mencoba menjalankan tugasku,"

Jongin mendesah. "Aku tak suka melakukan ini," Jongin berkata sambil berkacak pinggang. "Sungguh."

"Lalu mengapa?" Namjoon terbatuk. Ia menoleh ke arah Jungkook di sebelahnya dalam posisi yang sama dengan Namjoon-bergelantungan dengan kemeja yang telah dilucuti, serta darah yang mengalir akibat sobekan yang hampir terlihat di sekujur tubuh. Yang membedakan Namjoon dengan Jungkook sekarang adalah bagaimana pengawal yang lebih muda darinya itu kini tak sadarkan diri-dengan kepala yang menunduk diantara dua tangan yang terikat ke atas dan poni basahnya mengucurkan keringat.

"Seperti yang kau katakan barusan," Jongin menatapnya kasihan. "Aku hanya menjalankan tugas."

"Tugas yang kau sendiri tahu akan mendatangkanmu dosa?" Namjoon tertawa pasrah.

"Namjoon," Jongin berkata dengan lemah. "Aku bekerja dengan iblis. Dosa bukanlah hal asing bagiku."

"Apa kau tak menghormati pendaulatmu lagi?" Namjoon menatap Jongin.

"Jangan bawa-bawa 'singgasana' ke sini," Jongin memejamkan matanya kesal. "Kau tak bekerja dengan Jaehyun, maka kau tak tahu apa yang ia rasakan."

"Dan kau tahu?"

"Cukup tahu bagaimana lingkungan tak pernah memihak padanya. Ia menjadi seperti ini bukan karena dirinya sendiri, Namjoon."

"Ia dikekang karena melakukan hal yang salah," balas Namjoon.

"Lalu apa hanya Jaehyun yang patut disalahkan di sini? Bukankah majikanmu itu juga terlibat?"

"Jangan bawa-bawa nama tuan putri-"

"Tapi ia juga salah, kan?" Jongin menatap meminta penjelasan. "Ia juga salah!"

"Walaupun tuan putri salah, kesalahannya tak bisa disamakan dengan sang pangeran. Pria itu iblis dan aku takkan membiarkannya menyeret tuan putri ke neraka."

"Kau berlagak seperti malaikat penjaga sekarang?" Jongin tertawa tak percaya, namun tersirat keputus asaan dari nada tawanya.

"Tidak," Namjoon menjawab datar. "Tapi aku takkan membiarkan orang selicik Jaehyun menjerumuskan tuan putri lebih dalam lagi. Walaupun ia memiliki bagian dari kesalahannya, setidaknya belum begitu dalam ia berada dalam jurang."

"Aku tak ingin berdebat denganmu. Sungguh," Jongin memijat pelipisnya. "Mencari keberadaan Jaehyun seharian ini sudah membuatku pusing."

Namjoon tak habis pikir. "Kau pikir aku ingin berdebat? Kau pikir aku ingin berada di sini? Melihat anak buahku kau siksa hingga tak sadarkan diri."

"Aku tak punya pilihan lain selain menunjukkan kesetiaanku pada Pangeran Jaehyun dengan cara ini," Jongin kemudian beralih pada Dongho yang sedari tadi berada di ruangan yang sama namun keberadaannya dilupakan oleh Namjoon ketika ia undur diri dari agenda mencambuk Jungkook dengan rantai panas. "Lecut dia."

Jongin kemudian mundur beberapa langkah dan membiarkan Dongho berjalan ke depannya. Pria berbadan kekar itu menguatkan rantai yang masih terasa panas tadi pada genggamannya-mencoba untuk kuat walaupun tangan sang pengawal tersebut terasa terbakar. Ia kemudian mengacungkan tangan setinggi dada, bersiap untuk memberikan sebuat lecutan pada punggung Namjoon.

of Lace and Velvet || {btsvelvet/bangtanvelvet; Wendy x rap line}Where stories live. Discover now