ו Chapter 07 •×

3K 441 117
                                    

•×•×•

Seulgi

Waktu itu telah tiba di bulan desember, siapa yang tidak menyukai salju dan natal? semua orang pasti menyambutnya gembira. Natal kadang membawa kebahagiaan, tapi tidak bagiku. Desember, salju dan natal adalah sebuah mimpi buruk yang ingin ku hindari.

Aku tidak membencinya, hanya saja aku takut dengan suatu kejadian yang masih menjadi trauma dalam hidupku.

Aku bahkan masih tidak yakin jika Tuhan masih memberikanku kehidupan sampai detik ini, sementara orang lain harus pergi dan menyisakan sebuah rasa sakit untukku.

Kalian tentu masih mengingat tentang bunga matahari yang Jimin tanam untuk adiknya, Sooyoung. Bunga matahari itu sudah tumbuh tinggi dengan warna kelopak bunga kuning yang bermekaran. Hari itu Jimin mengajak Sooyoung untuk pergi ke bukit dan menunjukkan bunga matahari yang rajin ia rawat. Disana aku juga ikut hadir sebagai orang yang telah membantu Jimin.

Sooyoung sangat senang saat itu, dia menyambut semua bunga itu dengan girang. Aku dan Jimin hanya tersenyum, kadang Sooyoung mengoceh karena protes tidak kami ajak untuk menanammya bersama.

Semenjak hari itu, kami selalu datang ke rumah pohon untuk sekedar menyiram bunga matahari. Tak jarang mereka mengajakku untuk berangkat dan pulang sekolah bersama. Sooyoung sering kali melontarkan leluconnya disaat kami tengah berkumpul dan membuat kami semua tertawa. Tapi tetap saja jiwa misterius Jimin masih melekat pada anak itu. Meskipun begitu, aku hanya bersyukur karena ia masih bersikap baik padaku.

Dan sampai waktu natal tiba, biasanya di waktu ini mereka gunakan untuk berkumpul dengan keluarga atau berkunjung ke tempat tetangga, sanak saudara.

Sedangkan aku yang tinggal berdua dengan Ibuku hanya merayakan natal dengan sangat sederhana. Beliau menyiapkan hidangan untukku dan juga pohon natal yang kami hias bersama. Awalnya aku hanya berniat menghabiskan malam natalku berdua dengan Ibuku. Tapi, aku teringat akan Sooyoung yang mengajakku untuk pergi ke rumah neneknya dan kebetulan ada pesta besar di sana. Tempatnya agak jauh dari rumah kami, namun masih bisa berjalan kaki untuk tiba disana.

"Dimana Jimin?" Tanyaku heran karena tak biasanya kakak Sooyoung membiarkan adiknya keluar sendirian.

"Jimin Oppa sedang pergi bersama Ibu, mengambil kue kering di tempat bibi Shin. Dia bilang harus membantu Ibu, karena ada beberapa toples yang harus mereka bawa." Jelas Sooyoung sambil mengeratkan mantelnya karena udara sore sudah semakin dingin, di tambah dengan turunnya salju yang masih tipis.

"Kalau begitu kita tunggu saja disini, bukankah siang tadi kakakmu bilang untuk menunggunya dulu?" Ucapku sambil menarik tangannya untuk masuk, namun gadis itu malah menolak.

"Kita pergi sekarang saja Eonni, aku yakin Jimin Oppa dan Ibu akan langsung pergi ke tempat nenek." Katanya sedikit memaksa.

"Lalu Ayahmu?" Tanyaku memastikan.

"Ayah bilang akan menyusul nanti setelah mengerjakan laporannya. Ayolah Eonni, aku sudah tidak sabar dengan hadiah dari nenek." Rengeknya sambil menarik-narik tanganku.

"Kau yakin tidak apa-apa? Benar, tidak ingin menunggu kakakmu.Nanti kalau dia marah padaku bagaimana?" Kataku tidak enak jika nanti Jimin kecewa padaku.

"Tenang saja, Jimin Oppa tidak akan marah. Jika dia marah pada Eonni, bilang saja padaku."

Dan pada akhirnya aku mengiyakan ajakan Sooyoung setelah gadis itu bersikeras memaksaku. Kami pergi setelah aku pamit pada Ibuku. Sebenarnya Ibuku juga akan pergi kesana, hanya saja beliau menyuruhku untuk pergi lebih dulu karena ada beberapa teman kantornya yang akan mampir sebentar lagi.

Touch Your Heart ☑Where stories live. Discover now