ו Chapter 11 •×

3.7K 479 160
                                    

•×•×•

Taehyung

Aku bertemu dengan Jimin lagi setelah putus kontak dengannya sejak aku masih kuliah. Kami memang berteman, namun bukan menjadi sahabat yang dekat. Meski begitu, dulu aku sedikit mengandalkannya.

Jimin, sebenarnya adalah sosok pria yang pendiam. Tak banyak bicara, namun sedikit aneh. Dia juga tipikal lelaki yang sulit melupakan cinta pertamanya. Aku mengetahuinya karena kami berada satu lingkungan sekolah.

Sebagai orang yang satu tahun lebih tua darinya, membuatku menjadi pelampiasan lahan curhatnya. Tak jarang, Jimin mengigau atau bahkan tanpa sadar menceritakan bagaimana kisah cintanya bersama dengan Chaeyoung yang harus putus di tengah jalan.

Sejujurnya aku sama sekali tak mengerti mengapa ia menceritakan sebuah kisah yang kalau bisa dibilang itu adalah sebuah kesalahan darinya sendiri.

Aku memang jarang bergaul dengan teman-teman lainnya. Mungkin tak jauh berbeda dari Jimin yang memiliki sifat pendiam. Namun tetap saja aku dan dia sangat berbeda, aku berani mengatakan hal ini karena kurasa aku lebih baik darinya.

Pertama kali mengenalnya, saat aku dan dia sama-sama berada di ruang klinik sekolah. Aku yang kelelahan karena sedikit tegang saat menghadapi ujian. Sedangkan Jimin, pria itu terluka saat bermain basket di lapangan.

Awalnya, aku berniat tak peduli padanya. Namun dengan tidak sopan dia memintaku untuk membantunya mengobati luka itu. Aku yang masih duduk di ranjang, hanya membenarkan letak kacamataku yang sedikit menurun sambil menaikkan salah satu alisku.

"Hey, kau yang disana. Bisakah kau membantu mencarikan obat luka untukku?" Perintahnya sambil melihatku dan wajah memohonnya benar-benar terlihat menyebalkan saat itu.

'Are you kidding me?' Gerutuku dalam hati. Merutukinya yang seperti tak tahu bahwa aku adalah kakak kelasnya.

"Bisakah kau cepat? ini sakit sekali." Katanya sambil menunjukkan lututnya yang berdarah.

"Manja sekali." Balasku dengan kesal, namun aku tetap menurutinya. Karena kulihat dia benar-benar tak tahu obat apa yang bisa ia gunakan disini. Dan aku cukup beruntung, karena Ibuku seorang dokter. Jadi aku mengerti dan bisa membedakan beberapa jenis obat.

"Kau gunakan sendiri, kurasa tanganmu bisa melakukannya." Kataku sambil menyodorkan beberapa kasa dan obat cairan antiseptik padanya.

Kuperhatikan Jimin hanya menatapnya beberapa detik, sampai akhirnya dia mengambilnya. "Terima kasih." Ku dengar dia mengucapkan itu padaku walau pelan.

"Hey, kau mau kemana?" Cegahnya saat aku mengambil sebuah buku pelajaran yang beberapa waktu lalu mengisi waktu istirahatku.

"Mencari tempat yang tenang." Jawabku sambil dengan menunjukkan buku itu padanya, berharap dia sadar mengapa aku harus pergi.

"Kau senior? jadi kau kakak kelasku?" Dan benar saja Jimin langsung menyadarinya, walau aku sedikit kesal karena mengetahui diriku yang tak se-populer dirinya. Bahkan dia saja tak tahu jika aku adalah seniornya.

"Seperti yang kau lihat." Jawabku sambil mengendikkan bahuku lalu pergi begitu saja, karena saat itu aku harus kembali ke kelas untuk mengambil tasku lalu pulang.

Touch Your Heart ☑Where stories live. Discover now