ו Chapter 32 •×

3.8K 389 100
                                    

•×•×•

Jimin

Aku mencintaimu.

Aku mengatakan itu padanya, rasanya seolah begitu lepas karena aku memang tulus padanya. Tidak ada lagi perasaan kaku maupun keraguan yang menjadi penengah di antara kami. Naif sudah sepenuhnya hilang dari diriku, terganti oleh sebuah keikhlasan yang kian membuatku reda. Aku kalah dalam pesonanya, hingga membuatku jatuh cinta sampai melarutkan rasa benci yang seluruhnya telah runtuh.

Aku bahagia.

Namun masih tidak percaya jika aku berdiri di sisinya. Memandanginya yang tengah tersenyum, senyum itu membuat diriku menghangat. Senyum tulusnya yang awalnya selalu ku hiraukan. Kepedulianku yang sirna kala itu, membuatku merugi tak terbantahkan. Aku telah rugi karena menyia-nyiakan wanita baik sepertinya.

Begitu banyak yang ku cari. Begitu banyak yang ingin kujadikan sebagai sebuah pelarian. Sampai-sampai kebutaan itu membuatku semakin bodoh karena jelas malaikat itu berada di dekatku. Sabarnya membuatku berpikir dua kali bahwa aku begitu jahat kala itu. Terdiam oleh segala amarah yang pernah aku hempaskan pada dirinya. Hingga menyakiti dan melunturkan senyum manisnya yang mengembang. Menjatuhkan ratusan atau bahkan ribuan tetesan airmata akibat perbuatanku.

Maafkan aku.

Aku tahu, hanya dengan maaf saja tidak akan pernah cukup. Aku tahu sedalam apa luka di hatinya. Aku tahu sejauh apa aku mengecewakannya. Karena itulah, dengan cara apapun, izinkan aku untuk terus membahagiakannya. Aku memohon agar hidup kami seimbang. Aku mohon untuk tidak ada lagi rasa bersalah yang selalu menyudutkannya.

Aku ingin dia bahagia, agar dapat menebus segala dosa-dosaku yang telah lalu. Aku bersyukur karena setidaknya aku mampu bertahan. Mengejarnya yang hampir saja melupakanku.

Aku bersyukur, sangat bersyukur.

Tuhan masih mau memberikanku kesempatan itu.

Aku menangis di hadapannya tanpa sadar, namun senyum di bibirku terus mengembang dengan perlahan. Dan Seulgi masih terus mengawasiku, begitu heran karena aku tiba-tiba menangis. Wanita itu terlihat begitu khawatir, sampai-sampai harus mengelus pundakku yang bergetar.

"J-Jimin, mengapa kau menangis?"

Ku rengkuh tubuhnya setelah sekilas kulihat wajahnya menjadi mirip saat dirinya masih kecil dulu. Aku teringat kembali pada Sooyoung, adikku yang malang.

Mungkin Seulgi terlihat bingung dalam dekapanku, namun aku tidak mau melepaskannya barang sedikitpun. Tidak ingin ia menjadi merasa bersalah setelah melihatku menangis seperti ini. Terlihat begitu kekanakan bagiku, namun tak bisa ku pungkiri jika saat ini akhirnya tiba juga.

Sudah sejak lama, sejak Seulgi tak lagi mengunjungi tempat ini. Tempat bermain kami bertiga yang menjadi sumber rahasia dan sampai membuat para orangtua kebingungan mencari keberadaan kami.

"Maaf."

Aku terdiam, tangisanku berhenti dan selepas kemudian aku melonggarkan rengkuhanku. Kudapati Seulgi yang kini menatapku lirih dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Oh, apa yang sudah aku lakukan. Apakah aku kembali memancingnya untuk menangis?

"Tidak, jangan menangis. Maafkan aku, aku tidak bermaksud membuatmu-.."

"Aku tidak apa-apa. Aku tidak menyalahkanmu, aku menangis karena memang ingin menangis saja. Aku.... Aku merindukan Sooyoung." Ucapnya dengan kedua bahu bergetar karena telah berhasil meloloskan cairan bening itu di wajahnya.

Touch Your Heart ☑Where stories live. Discover now