ו Chapter 21 •×

3.4K 403 168
                                    

•×•×•

Taehyung

Beberapa waktu lalu aku menemui Yerin, aku nekat menemui wanita itu karena aku perlu sedikit menasehatinya. Dan seperti yang Hoseok bilang, aku harus menyiapkan mentalku karena wanita itu bersikeras mengusirku walaupun aku seorang dokter di rumah sakit itu. Tapi setidaknya, aku mampu menyampaikan apa yang ingin aku katakan padanya.

Aku menghampiri ruangan Yerin dengan keraguan, dengan sengaja aku mengetuk pintu kamar inapnya dan orang pertama yang menyapaku adalah seorang wanita paruh baya yang setia menemani wanita itu.

Yerin menatap tidak suka atas kehadiranku, jelas sekali matanya menajam begitu aku mulai menyapa dan basa-basi menanyakan keadaannya. Benar katak Hoseok, wanita ini sangat berbeda di bandingkan saat dulu. Aku sempat berpikir jika seandainya Yerin bisa mengubah sikapnya, mungkin dia akan terlihat manis sesuai dengan wajahnya. Tapi percuma saja jika memiliki wajah cantik, namun tidak dengan hatinya.

"Kau sudah meminum obatmu?" Aku bertanya tentang obat penawar itu, aku tahu pasti kondisinya belum pulih seperti sebelumnya.

"Apa pedulimu? Jika kau kemari hanya untuk menanyakan itu, lebih baik tidak perlu kemari karena dokter sebelumnya lebih baik dalam menanganiku." Cibirnya.

Aku menghela nafasku, lalu tersenyum begitu wanita paruh baya di sampingnya memandangku dengan tidak enak atas perlakuan tidak sopan dari Yerin barusan.

"Sepertinya kau sudah jauh lebih baik ya? Lalu kenapa tidak langsung pulang saja? Bukankah kau terlihat lebih sehat sekarang?" Kulihat wajahnya berubah masam, kurasa dia akan mengamuk sebentar lagi.

"Kau ini dokter macam apa? Memangnya kau tidak lihat cairan infusku masih belum habis?!" Protesnya sambil menunjukkan tangannya. Lihat, dia baru saja mengamuk.

"Aku bisa melepasnya jika kau mau, dan kau bisa pulang sekarang." Dengan santainya aku bicara begitu. Bahkan aku berani menjamin bahwa sekarang wanita itu jauh lebih sehat dari yang terlihat.

"YA! Bisakah kau pergi saja?!" Mungkin jika seorang Bibi di sampingnya tidak menahannya, kupastikan Yerin sudah turun dan mengusirku keluar.

"Ahjumma, bisakah kau keluar sebentar? Ada suatu hal yang ingin aku sampaikan padanya." Pintaku dengan sopan.

Bibi yang kusebut itu perlahan mengangguk, meskipun Yerin bersikeras agar wanita itu tetap berada di sampingnya. Tapi bibi itu lebih menurut padaku lalu pergi keluar setelahnya. Dan sekarang, hanya kami berdua disini.

"Pergi kau Taehyung! Jangan mendekat!" Usirnya ketika aku mengambil alih kursi kosong di samping kasurnya. Tapi aku sama sekali tidak peduli seberapa keras ia mengusirku.

"Huh, daripada mengusirku. Bukankah lebih baik kau mendengarkanku?" Kulihat dia memalingkan wajahnya, enggan melihatku.

"Hei, wanita keras kepala?" Panggilku, membuatnya sedikit melirik ke arahku tapi setelah itu dia memalingkan wajahnya lagi.

"Kau tahu aku dan Jimin berteman, bukan?" Aku mulai memancingnya. Dan bisa kulihat dia meresponku dengan mencengkram selimutnya.

"Baiklah, aku tidak akan basa-basi untuk menceritakan bagaimana kisah pertemanan kami. Jadi, aku akan mengatakan ini walaupun sepertinya kau tidak ingin mendengarkanku bicara." Dan dia masih sama, tetap kukuh dengan perilaku sombongnya.

"Kau tahu tidak? Persahabatan seseorang bisa hancur hanya karena wanita? Dan kurasa aku sedang mengalami hal itu." Lirihku.

"Jimin itu memang pria yang baik, ku akui jika aku sedikit kagum padanya. Wanita mana yang tidak jatuh hati, ketika seorang pria sepertinya datang diwaktu yang tepat. Disaat kau membutuhkannya, Jimin selalu ada, bukan?"

Touch Your Heart ☑Where stories live. Discover now