ו Chapter 08 •×

3.2K 469 146
                                    

•×•×•

Seulgi

Hubungan Jimin dan Chaeyoung sudah berjalan cukup lama. Aku merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dan merasa ini lebih baik dibandingkan melihat Jimin yang murung setiap saat. Aku bersyukur karena Chaeyoung mampu membuatnya tersenyum dan tertawa. Meskipun bukan di tujukan untukku, tapi aku ikut bahagia melihat Jimin yang perlahan melupakan kesedihannya. Kurasa melihat jalinan cinta Jimin dan Chaeyoung adalah sebuah keharusan yang membuatku memihak pada mereka.

Mereka layak untuk mendapatkannya. Chaeyoung adalah teman baikku dan Jimin adalah sosok yang dulu pernah ku kagumi, walau rasa kagum itu perlahan semakin bertambah seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia. Dan disetiap waktu kadang aku selalu memikirkannya, hingga aku tak menyadari jika diriku sudah jatuh pada sebuah hal yang dinamakan cinta. Bahkan aku tidak menyadari jika rasa sayang dan cinta itu sudah kurasakan hampir 4 tahun lamanya. Aku tahu saat itu kami masih terlalu muda dan masih duduk di bangku sekolah, tapi aku bukanlah orang bodoh yang tidak bisa memahami perasaanku sendiri. Ini adalah diriku, dan aku tahu itu.

Lalu bagaimana dengan Chaeyoung dan Jimin? bukankah mereka sudah ditakdirkan untuk saling mencintai satu sama lain?

Aku hanya tersenyum samar setiap kali memikirkan dan melihat kedekatan mereka. Aku berusaha menahan rasa cemburu yang setiap waktu datang menyerangku. Kadang aku memilih untuk pergi ketimbang harus melihat kebersamaan mereka.

Kadang aku menyendiri, membawa kotak bekal makanku sendiri dan memakannya di bawah pohon yang rindang. Berkat kegiatan ini, aku menjadi tahu tentang tempat yang nyaman untuk aku singgahi. Jarang sekali ada murid yang datang ke taman ini, maksudku tidak banyak. Dan itu membuatku sedikit terhibur karena melihat bermacam jenis bunga yang dirawat oleh pihak sekolah.

Aku memang tidak sendiri disana, setiap aku datang pasti ada sosok anak laki-laki dengan kacamata tebalnya yang sedang sibuk belajar sambil memakan bekal makanannya. Aku tidak tahu nama pria itu tapi aku tahu jika dia adalah kakak kelasku, dia jarang sekali berbaur dengan murid di sekitaran taman ini termasuk denganku. Namun aku tidak mempermasalahkan hal itu, selama dia tak mengganggu tak masalah. Bahkan pria itu memberikan contoh yang baik menurutku.

Setiap pulang sekolah, aku selalu pulang lebih awal. Menghindari Chaeyoung yang selalu menawarkanku untuk pulang bersamanya. Aku sadar, tatapan tak suka dari Jimin membuatku terus menolak ajakannya itu. Aku hanya tidak ingin Jimin menjadi terbebani dan semakin membenci diriku saat itu. Dan aku berharap Chaeyoung tidak marah padaku.

Tapi ternyata, aku kira Chaeyoung akan paham mengapa aku tidak lagi bersamanya seperti biasa. Dia mulai curiga padaku, kadang dia selalu ingin menanyakan hal itu padaku. Namun aku selalu menghindarinya.

Hingga suatu hari, kulihat Chaeyoung menangis sendirian di kursi taman. Awalnya aku tidak ingin menghampirinya karena pasti Jimin akan datang untuk menenangkannya. Tapi tak kulihat sedikitpun sosok Jimin yang kuharap akan datang. Pria itu tidak ada, dan aku tidak tahu dimana Jimin. Memang, belakangan ini jarang sekali kulihat Chaeyoung pergi bersama Jimin. Dan aku tidak tahu apa yang terjadi di antara mereka.

Sampai pada akhirnya, aku memutuskan untuk mendekati Chaeyoung, gadis itu menatapku dengan tatapan sendunya. Dia berdiri dan menghambur ke dalam pelukanku. Chaeyoung memelukku sambil menangis. Saat itu yang ku lakukan hanyalah balas memeluknya sampai gadis itu tenang, aku tidak berani bertanya apa yang terjadi. Aku hanya menunggunya sampai dia nyaman untuk menceritakan semuanya padaku.

Touch Your Heart ☑Where stories live. Discover now