ו Chapter 13 •×

3.7K 455 210
                                    

Yang sabar ya🙃

•×•×•

Seulgi

Beberapa waktu lalu aku terbangun oleh panggilan dari ibuku, beliau menghubungiku di pagi buta. Sedikit was-was ketika hendak mengangkat panggilannya. Aku belum siap jika ibu bertanya tentang Jimin, tapi justru aku di kejutkan oleh pengakuan ibuku. Beliaulah yang memberitahu dimana keberadaanku dan dengan begitu Jimin bisa datang kemari.

Jujur saja, aku sempat berpikir bahwa semua yang Jimin lakukan kemarin adalah malapetaka untukku. Aku sakit hati melihatnya datang bersama wanita lain. Ya, siapa yang sanggup melihat suaminya bertingkah tak mengenal begitu?

Tapi, meskipun pengakuan ibuku kuanggap sebagai hal yang membahagiakan. Tetap saja, aku tidak berpikir bahwa Jimin dengan tulus datang ke Jeju hanya untuk sekedar mencariku. Masih banyak alasan lain mengapa pria itu disini, salah satunya undangan dari Namjoon. Ya, mungkin saja seperti itu.

Tentang semalam, aku memikirkan lagi dimana aku berbicara seorang diri dengan imajinasiku. Ini bukan kali pertama kali aku mengajaknya bicara, bahkan aku terlampau gila karena berbicara sendiri. Kadang aku terlihat bodoh dan menjadi malu sendiri begitu mengingatnya. Sebegitu cintanyakah aku pada Jimin? Sampai-sampai hampir setiap malam pikiranku terus di hantui olehnya.

Aku masih berada di kasur, enggan untuk turun meskipun tubuhku sudah kembali segar dan kepalaku tidak sepusing kemarin. Beberapa pesan kuterima, begitu banyak teman-temanku yang khawatir dengan keadaanku kemarin. Mereka ingin mengunjungiku, namun kukatakan bahwa aku sudah baik-baik saja. Terlebih Jennie, aku tahu wanita itu sangat sibuk dengan resepsi pernikahannya. Jadi aku memakluminya yang tidak bisa menjengukku.

Satu lagi pesan dari Wendy, wanita itu menanyakan keadaanku. Tidak satu pertanyaan, tapi bertubi-tubi yang ia kirimkan untukku. Tentu, semua yang dia tanya adalah tentangku dan Jimin. Aku hanya menjawab tentang keadaanku yang sudah baik-baik saja, aku belum membalas semua pesannya. Kubiarkan karena aku akan menceritakannya ketika aku tiba Seoul nanti.

Kuregangkan otot tubuhku guna merilekskan otot-otot yang sempat kaku. Pandanganku berdalih pada tempat kosong di sampingku. Aku tersenyum kecut, jika mengingat kebodohanku semalam. Tidak mungkin itu adalah Jimin sungguhan, sangkalku.

Tanpa sadar aku membelai bantal yang tak berpenghuni disana, membayangkan saat Jimin tertidur disana. Bahkan aku bisa merasakan pelukan hangatnya pada tubuhku. Pria itu membungkus tubuhku dengan tangannya, menarikku ke dalamnya seolah ingin melindungiku. Tapi itu tidak mungkin, itu pasti hanya mimpi.

Membayangkannya saja sudah membuatku hampir menangis lagi. Belum lagi saat aku mengatakan seluruh isi hatiku yang sebelumnya tidak sempat kusampaikan padanya. Kuharap semua yang kukatakan padanya semalam hanyalah mimpi. Aku belum siap menghadapi reaksi Jimin setelah aku mengatakan bahwa aku ingin menyudahi ini, aku ingin mengakhirinya.

Suara bel membuatku cepat-cepat merapikan rambutku, aku tidak tahu siapa tamu yang datang. Tapi aku segera bergegas agar orang itu tak menungguku lama.

Begitu aku membuka pintu yang ku jumpai pertama adalah seorang pelayan wanita yang membawakanku sarapan pagi. Dahiku berkerut, pasalnya aku tidak memesan sarapan untuk pagi ini. Rencanaku adalah mencari sarapan sendiri di luar, tapi entah siapa yang memesankannya untukku.

"Selamat pagi, Nona." Sapanya.

"Maaf mengganggu pagi anda, saya hanya ingin mengantarkan sarapan untuk anda, Nona." Kata pelayan wanita itu dengan sopan sambil menunjukkan troli yang terdapat makanan disana.

Touch Your Heart ☑Where stories live. Discover now