Menggelikan.
Ingin kucekik saja gadis gila itu. Apa dia memang gila?
Namanya kang seulgi, cantik, pintar, manis, menggemaskan. Tapi dia gila.
Kenapa dia gila? karena dia selalu mengejar dan menggangguku.
Hari ini aku bermain basket bersama teman temanku, tiba tiba hujan turun begitu deras. Karena ini sudah akhir pelajaran, kami memutuskan untuk tetap bermain basket. Tak peduli tubuh kami yang sudah basah seperti baru saja diguyur air.
Kami fokus pada bola yang terpental dan diumpan kepada yang lain, namun fokus kami, tidak, fokus ku buyar.
Seulgi sedang berlari membawa payung dan ia arahkan payung itu diatas kepalaku. Dia tersenyum manis dan membiarkan dirinya terkena hujan. Semua temanku bersiul dan bergerak menjauh, menyisakan aku dan seulgi ditengah lapangan.
Beberapa siswa yang belum pulang bahkan bertepuk tangan menyoraki kami.Kutatap monolid seulgi dengan tegas. "Apa yang kau lakukan?." tanyaku.
"Tentu saja melindungimu dari hujan, Jim. Kau akan sakit jika terkena hujan. Aku tidak mau kau sa---."
krak. Payung itu kuhempas hingga terlempar jauh. Wajah seulgi berubah masam.
"Aku tidak butuh perhatianmu. Seul, kau itu hanya membuang waktu jika terus begini. Bisa bisa kau gila jika memaksakan fantasimu soal aku. Sudah kukatakan beribu kali, aku sama sekali TI-DAK TER-TA-RIK PA-DA-MU. paham?."
"Ta-tapi jim aku han---..."
Sengaja aku cepat melangkah walaupun aku tau seulgi masih belum menyelesaikan bicaranya. Tentu jangan lupakan dirinya yang masih terguyur hujan ditengah lapangan tanpa siapapun yang menyuruhnya untuk pergi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Hari ini, kelasku bebas dari pelajaran karena semua guru sedang rapat. Teman teman kelasku berhamburan menyenangkan diri mereka masing masing,entah kekantin,ke rooftop,atau menggosip. Sudah biasa, dan aku? Aku lebih suka berada didalam kelas sambil memainkan ponselku.
"Jimin, kau tidak kekantin?."
Gadis itu lagi.....
"Tidak."
"Aku membawa sushi,kubuatkan khusus untukmu. Makanlah."
Seulgi menyodorkan kotak makan bergambar beruang itu padaku. Tak kulihat ataupun kulirik. Justru aku semakin memfokuskan pandanganku pada layar tipis ponselku.
"Jim, kau harus makan." katanya.
Tetap saja tak kuhiraukan. Bukankah satu satunya cara membuat orang menyerah mendekat hanya itu? aku bersikap seolah tak ada siapapun dikelas.
"Jim makanlah, aku membuatnya susah payah.."
Tak ada jawaban.
Entah dapat keberanian darimana, seulgi menarik lenganku hingga wajahku bertemu dengan wajahnya. Sedikit aku merasa iba, gadis itu menahan tangis rupanya.
"J-jim...makanan ini tidak beracun, aku membuatnya tadi pagi, sampai aku hampir telat masuk kelas, dan tanganku sempat teriris saat aku memotong salmon. Kenapa kau tidak menco---"
BRAK.
Kutendang meja ku hingga bergerak maju. Seulgi langsung terkesiap dan tertunduk.
"BRENGSEK! KENAPA KAU TERUS MENGGANGGUKU?! DAN SOAL MAKANAN, AKU BISA MEMBELI MAKANANKU SENDIRI, AKU TIDAK PEDULI JIKA JARIMU TERIRIS. KENAPA TIDAK KAU POTONG SEKALIAN HAH!." amarahku meledak, sungguh aku sangat kesal padanya. Apa karena dia cantik dia bisa seenaknya menyuruh seseorang untuk menyukainya?
