Chapter 32

37.5K 1.1K 23
                                    

Lilian menjatuhkan tubuhnya di sofa, ia sangat lelah membujuk anak semata wayangnya untuk pulang dan membersihkan diri. Anak nya itu benar-benar tidak ingin meninggalkan alexa, padahal banyak pekerjaan yang harus gio selesaikan. Tetapi tentu usahanya tidak sia-sia karna gio berhasil menuruti perkataannya ketika ia bilang bahwa alexa akan sedih jika melihat kau tidak bekerja.
tak lama kemudian carla keluar dari kamar mandi sambil menatap ke arah alexa yang masih setia memejamkan matanya.

Lilian merasa heran, pasalnya carla terlihat seperti begitu khawatir dengan alexa. Ia tentu mengetahui itu lewat sorot matanya, meskipun carla bukan saudara kandungnya tetapi ia jelas paham sosok carla.

Carla kecil adalah anak yang manis, baik dan sangat cantik. Namun, ketika ia berusia 6 tahun ibunya meninggal bersama adik yang ada di dalam kandungan ibunya. Pada saat itu lilian dan carla bertemu karna ayah mereka bersahabat sehingga carla dan lilian sering bermain bersama ketika ayah mereka sibuk bekerja.

Hingga pada akhirnya ayah carla meninggal tepat di usianya yang ke 8 tahun. Ia berubah bahkan sangat berubah, ia menjadi pendiam dan jarang mengeluarkan celotehan lagi dari mulut anak kecil seusianya.

Ayah lilian memutuskan untuk merawat dan membesarkan Carla, tetapi hal itu justru membuat carla tidak ingin bermain bersamanya karna ia sedikit iri dengan lilian. pada saat itu lilian masih di kelilingi oleh kedua orang tuanya, sedangkan dirinya tidak. Akhirnya orang tua lilian yaitu, Liam dan Jane memutuskan untuk memberi penjelasan pada carla bahwa orang tua lilian adalah orang tuanya.

Mulai saat itulah carla dan lilian tumbuh bersama sampai saat ini.

"Aku begitu familiar dengan mata gadis ini." Ucap carla merapihkan anak rambut yang menutupi wajah alexa.

Lilian yang mendengar itupun kembali tersadar dari lamunannya lalu menatap carla.

"Apa kau sudah pernah bertemu dengannya?" Tanya lilian merasa ada yang aneh dengan ucapan carla, karna yang lilian tau sedari tadi alexa belum membuka matanya, tetapi carla seolah-olah berkata sudah melihatnya.

Tatapan carla beralih pada lilian yang menatapnya bingung, ia hanya tersenyum lalu berkata, "Aku pernah bertemu dengannya Beberapa bulan lalu." Jawab carla, ia melangkah kan kakinya untuk berjalan ke arah sofa.

Lilian hanya menganggukan kepalanya, ia meletakan ponselnya lalu menaruhnya di nakas kecil di samping sofa. Carla duduk tepat di samping lilian.

"Dan ia juga wanita yang sedang aku cari informasinya sejak awal aku bertemu dengannya." Ucap carla sedikit menundukan kepalanya.

Lilian langsung menoleh mendengar perkataan carla, "bukankah alexa seorang yatim piatu?" Tanyanya.

Pada saat itu lilian sempat mendengar cerita william tentang alexa, karna dirinya tidak ingin anak semata wayangnya jatuh cinta pada wanita yang salah, jadi dirinya tentu harus tau latar belakang seorang alexa.

Carla menggenggam tangan lilian menyalurkan perasaan penasarannya, "Aku tau, Tetapi apa kau tau? Nama alexa tentu sama dengan nama belakang suamiku. Ketika aku berkenalan dengannya ia seperti tampak terkejut hanya saja ia pintar menyembunyikan itu semua." Jelas carla.

Lilian baru sadar jika nama winston adalah nama yang sama dengan suami carla, ia merasa ada sesuatu yang janggal di balik keluarga alexa.

"Tetapi bukan kah nama anakmu itu bukan alexandra? Yang aku tau dulu bayi perempuanmu bernama leandra." Ucap lilian ragu.

Carla menatap lilian, "Aku tetap akan mencari informasi yang jelas tentangnya."

Lilian tersenyum, "Aku akan tetap mendukungmu, dan jika boleh aku memberi saran mengapa tidak kau lakukan Tes DNA? Bukankah itu akan lebih baik?" Ucap lilian kemberi saran.

Carla menggelengkan kepalanya, "Aku tidak yakin anak itu akan percaya jika kita tidak mempunyai data yang jelas tentang dirinya."

"Baiklah aku akan membantumu." Ucap lilian lalu mengucap kedua bahu carla.

-----------------------------------

1 Minggu Kemudian

Morgan tertawa kecil ketika kimberly dengan muka kesalnya, kimberly melempari morgan dengan kulit kacang.

"Kalian membuat kegaduhan di ruangan ini bodoh." Ucap gio kesal menatap dua orang di depannya terus berbicara.

Morgan menaikan sebelah alisnya, "Siapa tahu alexa akan dengan cepat terbangun jika mendengar tawaanku dan kimberly." Ucap morgan asal.

Kimberly menggelengkan kepalanya, "Sudah morgan kau ini cerewet sekali." Ucap kimberly mengingatkan.

Gio menatap wajah alexa yang terus tertidur dengan damainya, ia benar-benar merindukan mata cerah gadisnya yang selalu menatapnya lembut.

Ia mencium telapak tangan alexa cukup lama.

Morgan dan kimberly menatap Gio yang sedari tadi menunjukan sikap manisnya pada alexa yang terus tertidur dengan damainya.

Morgan menoleh untuk menatap kimberly, kimberly pun tentu melihat morgan yang sedang menatapnya dari ekor matanya. Kimberly menoleh seolah bertanya.

Morgan sedikit berdehem mengusir kesunyian yang terjadi beberapa menit tadi, "Hm Gio kurasa ini sudah malam, Aku dan kimberly harus pamit untuk pulang sekarang." Ucap morgan menatap gio dan kimberly bergantian.

Gio menganggukan kepalanya.

"Sampaikan salamku padanya jika ia sudah sadar." Ucap kimberly tersenyum.

Morgan berdiri lalu berjalan ke arah gio yang berdiri di samping tempat tidur alexa. Ia menepuk pelan bahu gio, "Dia wanita kuat. Kau tak perlu khawatir." Ucap morgan lalu di balas oleh senyuman oleh gio.

Gio menatap punggung Morgan dan kimberly yang berjalan meninggalkan ruangan tersebut, lalu tatapannya beralih pada alexa ia menatap wajah wanitanya dengan lekat, tak lama kemudian tatapannya jatuh pada bibir yang tetap terlihat merah alami.

Ia merindukan rasa manis yang murni dari bibir alexa, merindukan sentuhan gadis itu, ia benar-benar merindukan semua yang ada pada alexa.

"Sampai kapan kau akan terus menutup matamu itu sweetheart?" Tanya gio pada alexa yang terus menutup matanya.

Ia mendekatkan dirinya pada alexa lalu membisikan sesuatu di telinga wanita itu.

"Aku sangat merindukanmu sweetheart. Apa kau tidak merindukanku? Jika tidak, kau benar-benar menyakiti hatiku. Namun jika jawabanmu adalah ya, maka aku harap kau membuka matamu untuk-ku sweetheart. Kau pernah berjanji bukan tidak akan meninggalkan ku? Saat ini aku tagih janjimu sweetheart. Bangunlah, Banyak hal yang harus aku tunjukan untukmu dan berikan aku kesempatan agar bisa menunjukan itu padamu, kumohon. I love you more than anything alexa." Bisik gio.

Gio tersenyum menutupi rasa sakit di hatinya karna alexa tidak kunjung membuka matanya. Ia mengecup singkat dahi dan pipi alexa.

"Aku tau kau pasti mendengarnya." Ucap gio pada alexa.

Ia menjatuhkan tubuhnya di bangku lalu menciumi punggung tangan alexa berulang-ulang.

Alexa yang tak kunjung sadar membuat dirinya tidak bisa tertidur dengan nyenyak, ia terus mengisi kekosongannya dengan bekerja dan menemani alexa. Ia sampai tidak mementingkan dirinya sendiri, bulu-bulu halus terlihat dengan jelas memenuhi rahangnya.

Gio melipat kedua tangannya menjadikan kedua tangannya sebagai bantalan, dirinya benar-benar lelah.

Tak lama kemudian rasa kantuk mulai menyelimutinya.

MSB (Sedang Dalam Tahap Revisi) ✅Where stories live. Discover now