Chapter 01

279 73 23
                                    

Sunyi, gelap, dan berair.

Adam, ia hanya seorang murid biasa. Saat itu Adam tengah menuju toilet sekolah untuk buang air kecil. Pagi sekali, sebelum jam pelajaran pertama dimulai. Adam berjalan sepertinya biasanya, tapi dengan suasana yang sedikit sepi karena masih sangat pagi. Mungkin sekitar jam enam lewat sedikit.

Namun, saat dia membuka pintu depan toilet ....

Manik matanya membesar ketika dia melihat sesuatu didepannya. Tangannya gemetar ketakutan. "M-m-ma-mayaaat!!!!," teriak Adam keras.

***

Tak berselang lama, Detektif dan Polisi langsung datang ke TKP begitu mendapat laporan 'pembunuhan' dari pihak sekolah. Menyelidiki TKP sambil menanyai siswa-siswi untuk dimintai keterangan. Proses belajar pun terganggu, banyak Guru yang tidak masuk ke kelas saat jam pelajaran mereka dimulai. Itu disebabkan karena para guru dimintai keterangan.

Selang dua jam setelah kejadian, para siswa mulai membicarakan mayat tersebut.

Dikelas dua belas IPA I.

"Gue dengar mayat itu anak IPS kelas sebelas, cewek. Dia sangat mahir bermain piano dikelas musik, tapi sifatnya yang sering menyombongkan diri, membuatnya dijauhi oleh para siswa dikelasnya." Satu siswi berbicara sedangkan yang lain menyimak.

Disisi bagian belakang kelas, seorang siswa duduk di bangku sambil tersenyum senang mendengar hal itu. Dia mulai tak bisa menahan kesenangannya, dia kini merasa sangat puas mendengar obrolan siswa di depannya.

Sambil tersenyum licik, "Akhirnya." Siswa itu mengeluarkan suara tetapi pelan, "penghinaan yang dia lakukan kepadaku mendapatkan balasan, haha!." Sontak saja membuat siswa lain menoleh ke arahnya.

"Candra, jangan-jangan lu ya pelakunya?" tanya murid cewek didepannya.

"Bukan gue. Akan tetapi gue mau mengucapkan terimakasih banyak kepada pelakunya, karena sudah susah-susah mengotori tangannya," ucap Candra.

"Kami semua tau, kalau lu benci banget sama dia. Tapi, gak gitu juga, Can. Sejahat-jahatnya dia, lu gak boleh bahagia di atas kematian orang lain." Siswa itu berusaha menyadarkan Candra kalau dia tak seharusnya bahagia disaat-saat begini.

"Peduli setan dengan itu, yang penting dia mati!." Candra beranjak pergi dari kelas, dia tak ingin mendengar perkataan suci mereka.

Si Candra, dikasih tau malah ngeyel.

Nih anak kenapa dah, paling gak lama lagi jadi gila dia.

Candra emang anak yang kurang ajar!.

Suara hati mereka terdengar oleh Raka. Seorang siswa yang memiliki kemampuan tersembunyi, yakni telepati. Selama tiga tahun sekolah di sana, hanya adik kembarnya yang mengetahui kemampuan tersebut. Namun, adiknya meninggal satu tahun yang lalu.

Raka memiliki manik mata berwarna hitam pekat, rambut mode two block dengan disisir ke depan menutupi jidatnya. Yang unik dari Raka adalah dia memakai satu anting spesial disebelah kirinya yang berlambangkan huruf R di tengah anting tersebut.

Raka tak bahagia sama sekali mendapatkan kemampuan ini. Kini, hanya ada dia di dunianya. Dia sangat kesepian semenjak adiknya meninggal. Raka memang kurang bisa bergaul dengan banyak orang.

"Raka," sapa Aldo. Aldo adalah teman sejak kecil Raka dan adiknya. Raka menoleh ke sumber suara.

Aldo. Dia seperti siswa biasanya. Rambut dibela dua yang dominan kiri, lalu menyisir bagian yang dominan seperti terdorong ke depan. Bagian lainnya dia memiliki banyak sekali gelang tangan. Sejujurnya, itu adalah hadiah dari mantan-mantannya.

Si Kucing Hitam[ON GOING].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang