chapter 15

41 8 3
                                    

"Aku adalah kucing Hitam!" Mendengar hal itu. Fiona langsung menghampiri orang tersebut.

"Bisa kau ulangi?" tanya Fiona begitu dihadapan orang tadi.

"Aku, Kucing Hitam! Sudah jelaskan." Nadanya membentak, tetapi wajahnya terlihat sedih. Dia masih terngiang-ngiang dengan kejadian semalam.

"Jika kau bekerja sama dengan polisi, dan aku tertangkap. Temanku akan membunuh anakmu hari itu juga. Pikirkan lagi, anakmu atau dirimu."

"Ah... bagaimana mungkin orang tua sepertimu melakukan kejahatan?" Fiona benar-benar tak habis pikir. Dia menyangka kalau si Kucing Hitam ini hanya orang gila yang membunuh karena kesenangan semata.

"Cepat, interogasi dan masukkan aku kedalam penjara."

"Tidak" David tiba-tiba muncul dari belakang kerumunan itu. "Jika memang kau Kucing Hitam, bisa kau buktikan?" David menantang.

"Pengakuanku adalah buktinya."

"Pasti kau sudah bertemu dengan Kucing Hitam itu, 'kan?" Orang tadi sedikit terkejut, tetapi cepat membantah omongan David.

"Tidak."

"Cih... masukan dia ke penjara." Polisi yang bertugas disebelahnya langsung membawa orang tadi ke penjara.

Setelah orang tadi dibawa cukup jauh. "David, apa yang kamu lakukan? Kamu juga berpikir kalau dia dijebak, 'kan?" tanya Fiona.

"Tentu saja, tetapi untuk membuatnya mengatakan apa yang terjadi, kita harus tau ancaman apa yang digunakan pelaku." Kemudian David pergi meninggalkan ruangan itu.

***

"Ih... Raka mana sih, ditelepon kok gak diangkat!" Nay menekan tombol akhiri dan panggil berulang kali.

"Nay...." Terlihat, Raka sedang berlari santai. Dia menuju ke tempat Nay berada. Semua rumah menyalakan lampu, karena mentari sudah hampir tenggelam. Beberapa menit sebelum senja.

"Ih... kamu kemana aja? Seharian hilang kek ditelan bumi." Raka hanya tersenyum sembari menggaruk kepalanya pelan.

"Kemaren ... Nenekku sakit." Raka berbohong. Kedua Neneknya sudah meninggal. Nay yang tak tahu apa-apa tentang keluarga Raka, langsung simpati dan  merasa bersalah, karena sudah meragukan Raka.

"Ah... begitu. Maaf ya, semp--"

"Tidak apa-apa," balas Raka dengan cepat. Kemudian dia langsung menunjuk tempat makanan cepat saji di depan mereka. "Bagaimana kalau makan di sana?" Nay mengangguk setuju.

Setiba di sana, Raka langsung menuju meja pelayan, dan memesan dua piring barbeque yang hanya berisi satu balok irisan daging sapi yang dihiasi. Sedangkan Nay langsung duduk di salah satu meja didalam tempat itu.

"Tunggu, ya. Sepertinya masih banyak yang mengantri juga," kata Raka baru duduk di hadapan Nay.

"Iya, gak apa-apa. Btw, Nenek kamu sakit apa sayang?" tanya Nay. Sebenarnya itu hanya untuk basa-basi, sambil nunggu pesanan mereka datang.

"Kata perawat, Nenekku masuk angin biasa. Maklum katanya udah tua jadi sering masuk angin deh."

"Oh gitu. Semoga Nenek baik-baik aja." Nay menggenggam kedua tangannya, seperti orang yang sedang berdoa.

"Ah iya, terima kasih, sayang."

"Sama-sama." Dan makanan merekapun datang. Seorang pelayan dengan dua piring beserta minumannya. Kemudian dia meletakkan piring itu dihadapan mereka. Tidak ketinggalan juga minuman mereka.

"Terima kasih," ucap mereka hampir bersamaan. Pelayan itu menunduk sebentar, dan pergi meninggalkan meja mereka.

***

Diruang interogasi, orang yang diketahui namanya Tamtan atau biasa dipanggil Tam ini sebenarnya seseorang yang bersekolah dengan tamatan S1. Namun sayang, ijazah kuliah serta sertifikat lulusnya hangus terbakar bersama rumahnya.

"Pak Tam, jika kau adalah Kucing Hitam, jelaskan sekarang!" Fiona dan Farrel sedang menginterogasi. Seakan sebuah kebetulan, hari ini berita pelaku Kucing Hitam muncul, besoknya ada yang menyerahkan diri dan mengaku sebagai Kucing Hitam.

"Aku membunuh mereka tanpa alasan," kata pak Tam datar. Wajahnya masih terlihat sedih, walaupun mulutnya kasar.

"Anda mendengar berita Kucing Hitam, dan sekarang Anda mengaku sebagai Kucing Hitam? Bisa jelaskan hal tersebut?" Farrel berusaha memberikan pertanyaan menjebak.

"Tak ada yang perlu dijelaskan. Aku adalah Kucing Hitam. Dan itu adalah hal yang mutlak." Farrel berdecak mendengar jawaban itu.

"Oh iya, Anda bisa dihukum mati atau penjara seumur hidup, loh. Tapi, itu akan berubah jika Anda mengubah pernyataan Anda." Fiona berusaha meyakinkan, tetapi pak Tam tak terlihat merespon sama sekali.

"Lagi pula, istriku sudah tidak ada. Untungnya, anak-anak sudah aku titipkan di Nenek mereka." Pak Tam berbicara sendiri dengan nada lirih.

"Apa? Istri Anda meninggal? Kenapa?" Ternyata Fiona mendengar ucapan lirih tadi. Padahal, Farrel yang disebelahnya saja tidak terdengar.

"Ah...." Pak Tam mulai panik. Dia langsung menyatukan telapak tangannya memohon kepada mereka.

"Tolong, jangan disebarkan. Kalau tidak, anak-anakku akan dibunuh." Pak Tam masih diposisi yang sama.

"Pasti Anda diancam pelaku, 'kan?" tanya Fiona terkejut. Dia mulai, mencari informasi di tengah kepanikan pak Tam ini.

"Iya. Aku diancam, bahkan istriku sudah dibunuh olehnya. Pria yang memakai anting bintang di telinga kanannya itu bukanlah manusia. Jika aku tak mau menuruti kehendaknya, anak-anakku sekarang akan dibunuhnya."

"Bisa kau sebutkan ciri-ciri jelas orangnya?" Fiona menyiapkan pena ditangannya dan ujungnya berada beberapa sentimeter dari kertas kosong.

"Rambut hitam pekat, memakai jubah yang dilengkapi dengan kerudung. Dan ya, dia memakai masker hitam, serta sarung tangan plastik hitam juga."

Titik. Semua ciri-ciri yang barusan disebutkan tadi berhasil dicatat Fiona dalam kertas itu. Dia tersenyum senang melihat catatan yang barusan dia catat.

"Lalu, apa yang harus kami lakukan agar Anda dan anak-anak Anda di posisi yang aman?" Fiona mulai membereskan semua kertas kosong yang sudah disiapkannya sebelum interogasi.

"Pura-pura penjarakan aku. Dengan begitu, anak-anakku akan aman."

"Hmm... Begitu, baiklah, mari."Fiona memberi isyarat untuk jalan duluan. Sementara dibalik layar hitam ruang interogasi itu, terlihat David yang sedikit tersenyum. Sesungguhnya, didalam kepalanya sudah tercipta ide untuk menjebak pelaku.

★BERSAMBUNG★

Maaf ya, kalo kependekan. Biasa lagi nulis 3 naskah sekaligus. Semoga suka dan tidak mengecewakan.

Tunggu chapter selanjutnya!
5 chapter lagi, menuju Ending.

|Falufi AS|

Si Kucing Hitam[ON GOING].Where stories live. Discover now