chapter 17

52 7 0
                                    

"Farrel, darimana saja kau?" tanya Fiona saat melihat Farrel baru saja memasuki rumah itu. Namun, Farrel hanya tersenyum kepada Fiona.

"Tidak kemana-mana, hanya pergi buang air kecil sebentar." Fiona percaya hal itu dan tak menanyakan apa-apa lagi.

Saat ini, Fiona dan lainnya kebingungan karena pelaku sudah pergi sekarang. Mereka menghela napas berat. Karena mereka tak tahu kapan Kucing Hitam beraksi lagi.

Tiba-tiba, ada yang mengetuk pintu. Dengan cepat, semua orang bersembunyi, sedangkan Nenek tadi membuka pintu kembali. Saat pintu terbuka, terlihat orang yang berseragam sama seperti yang sebelumnya. Bedanya, dia memakai masker putih bukan hitam, dan ditangannya ada sebuah kotak paket serta struk tanda terima barang.

"Selamat malam, Nek. Ini ada barang, tolong ditandatangani." Orang tadi memberi struk itu beserta pena.

"Sebelum itu, ini paket dari siapa?" tanya Nenek.

"Mohon maaf, Nek. Pengirimnya tidak mencantumkan nama. Yang tercantum hanya alamatnya." Orang tadi menjelaskan.

"Oh, begitu. Ya sudah." Nenek tadi menandatangani sesaat, kemudian menyerahkan struk itu ke orang tadi, dan menerima paket tersebut.

"Terima kasih, Nek. Selamat tidur." Dia permisi untuk pamit, dan pergi dengan motornya. Nenek itu kembali menutup pintu, dan menunjukkan barang itu ke Fiona dan yang lainnya.

"Polisi, ada barang." Mereka keluar dari persembunyiannya, dan mengerumuni Nenek.

"Ini barang apa, Nek?" tanya Fiona.

"Entahlah, aku tak begitu mengerti. Bisa aku serahkan kepada kalian saja?" pinta Nenek. Fiona mengangguk dan mengambil barang itu.

***

Sudah sekitar sepuluh menit, tetapi Fiona masih ragu untuk membukanya atau tidak. Dia sangat ragu dan curiga, kalau barang ini adalah jebakan dari Kucing Hitam. Farrel mengamati, kira-kira apa langkah yang akan diambil oleh Fiona? Dia ragu kalau Fiona akan membuang barang itu, tanpa memeriksanya terlebih dahulu.

"Ah, baiklah." Fiona sudah memutuskan. Dia langsung merobek bungkus luas barang itu, dan terlihat sebuah kotak yang dikelilingi tali yang berbentuk kupu-kupu.

"Tali kupu-kupu? Mungkin ini hadiah dari seseorang," kata salah seorang anggota. Fiona tak langsung setuju begitu saja, walaupun luarnya terlihat bagus, dalamnya belum tentu sama.

"Apapun isinya, mari kita buka." Fiona perlahan-lahan membuka bagian atas kotak itu. Setelah terbuka, hanya terlihat beberapa kelopak bunga mawar merah beserta surat kecil.

"Apa ini?" Fiona mengambil surat itu. Dan membacanya.

Harap tenang, ada kematian.
Jangan datang jika hanya menyusahkan orang.
Berhenti mengganggu kesenangan orang.
Seseorang yang bersalah, memang seharusnya mati.
Tanyakan pada hatimu, bisakah kau melihat kematian?

Untuk polisi-ku tersayang, aku menunggu borgol-mu.
Keringat yang kau keluarkan saat memikirkan caraku bekerja, sungguh membuat hatiku berdetak tak menentu.

Salam kematian, Detektif Fiona.

Kucing Hitam.

"Apa isi suratnya, Ketua?" tanya salah satu anggota. Pasalnya, sudah lebih dari lima menit Fiona membacanya.

"Surat kematian dari Kucing Hitam. Ternyata dia sudah tau kalau kita disini." Fiona berdecak. Dia tak habis pikir, kenapa Kucing Hitam bisa tahu kalau mereka sedang berada didalam rumah? Ah, Fiona sungguh kesal.

"Ketua, apa pelaku sudah merencanakan mengirim ini kesini? Dia berhadapan dengan Kepala David, tapi dia menulis namamu disini." Fiona terkejut, dia baru saja menyadari sesuatu.

"Benar. Kenapa dia tau kalau aku ada disini? Kenapa dia tak menulis nama Kepala David sini? Bukannya, yang terang-terangan menyatakan perang dengannya itu Kepala David? Kenapa dia bisa tau aku yang menyelidiki."

"Tenangkan dirimu, Ketua." Akhirnya Farrel mengangkat suara. "Itu bukanlah hal yang harus dipikirkan. Dia sengaja membuat Ketua kebingungan seperti sekarang. Cobalah berpikir dengan tenang, dan temukan keganjalan yang terjadi."

"Farrel, tak biasanya kau banyak bicara seperti ini." Farrel hanya tersenyum mendengar pernyataan tadi sambil berkata, "Aku hanya mengembalikan ketenangan Ketua." Dia pergi setelah mengatakan hal itu.

***

"Apa? Surat kematian dari Kucing hitam? Bisa bawah barang buktinya kesini? Aku sangat ingin membacanya." David menutup teleponnya. Dia juga tak habis pikir, apa niat pelaku sampai mengirim surat.

David menelepon seseorang. "Tolong. Amankan semua CCTV paket pengiriman barang secepatnya." Dia kembali menutup teleponnya.

"Sialan, berani-beraninya dia mengirim surat kematian kepada Istriku." Wajah David terlihat sangat geram.

***

"Nay," panggil Raka pada pagi hari di kampusnya. Nay menoleh, dan tersenyum hangat kepada Raka. Dia menghampiri Raka.

"Tumben pagi-pagi udah ke kampus?" tanya Nay begitu sampai dihadapan Raka.

"Tidak apa-apa. Aku hanya sedang luang saja. Makanya, kupikir, bersamamu mungkin bisa menghabiskan waktu seharian ini."

"Syukurlah. Tapi, tolong, jangan ngilang lagi kek kemaren. Aku khawatir tau. Takut kamu jadi korban pembunuhan berantai."

"Hmm, tenang saja. Aku janji, tak akan mengulangi kesalahan itu." Raka menjulurkan jari kelingkingnya.
Dan dibalas dengan jari kelingking Nay yang saling mengunci.

"Aku, Raka, berjanji, tak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi," kata Raka sambil menahan senyumnya. Nay tertawa lepas melihat Raka menahan senyum. Sangat imut, bahkan benar-benar imut bagai boneka. Mereka melepas kelingkingnya masing-masing.

"Ayo, sebentar lagi kelas dimulai." Raka menggenggam tangan Nay erat. Dan Nay membalasnya, "Ayo."

***

Satu toples penuh, isinya hanya Flashdisk yang berisi rekaman CCTV di seluruh provinsi.

"Ketua Fiona, kuharap kau dan timmu bisa menemukan pelaku pengirim barang itu," kata David menaruh harapan tinggi.

"Akan kami usahakan semaksimal mungkin," jawab Fiona tegas. Dia sangat yakin kalau mereka bisa menangkap pelakunya.

★BERSAMBUNG★

Maaf kalo pendek. Lagi sibuk ikut kelas Literasi. Makasih atas pengertiannya, selamat membaca chapter selanjutnya.

Salam hangat, Falufi.

|Falufi AS|

Si Kucing Hitam[ON GOING].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang