chapter 14

51 7 4
                                    

Raka melaju dengan cepat. Dia penasaran siapa yang mengaku sebagai Kucing Hitam ini. Yang benar saja! Karena melaju dengan cepat, hampir saja Raka menabrak sapi yang sedang lewat!

"Apa-apaan ini! Kenapa ada sapi disini? Sial!" Raka berdecak. Memukul setir mobil sedikit kasar. Raka beberapa kali membunyikan klaksonnya, tetapi yang namanya sapi mana ngerti. Di ujung rombongan sapi itu, ada seorang pengembara yang permisi di depan mobil Raka.

"Maaf, ya Mas." Pengembara itu memberi hormat.

"Singkirkan makhluk tak berguna itu dari jalan!" Pengembara tadi hanya mengangguk.

Mentang-mentang orang kaya, jadi menganggap remeh pengembara sepertiku. Kalau aku orang kaya, sudah lama kupukul wajah tampannya ini.

"Pergi!" Pengembara tadi ijin untuk pergi. Pikiran jahat Raka aktif kembali.

"Polisi, akan kuperlihatkan kucing hitam yang sebenarnya!"

***

"Apa yang kau lakukan!" David bangun dari duduknya dengan memukul keras meja kerjanya.

"Biarkan aku menjalankan rencanaku." Farrel sedikit gemetar.

"Kau tau apa yang barusan kau katakan? Kau membuat pelaku semakin jauh. Sebelum bertindak coba pikirkan dahulu!" David menghembuskan napas beratnya.

"Aku sudah memikirkannya matang-matang." David tak merespon. Suasana hening sesaat.

"Apa yang akan kukatakan saat rapat besar besok? 'kami sudah menemukan pelaku beserta buktinya'?"

"Ya."

"Apa maksudmu? Kau ingin mempermalukanku? Jangan bercanda." David merasa kalau Farrel ini menghinanya secara tak langsung.

"Baiklah, kau boleh melakukannya dengan syarat mengundurkan diri saat rencanamu ini gagal."

"Baik, Ketua." Farrel memberi hormat sekilas kemudian keluar ruangan.

Begitu Farrel keluar, David menerima telepon. Tanpa pikir panjang, dia langsung saja mengangkat telepon tersebut.

"Halo?" sapa David.

"Kepala David." Suara yang tak asing bagi David. Jelas, itu adalah suara Ayahnya. David sudah mengira kalau Ayahnya akan meneleponnya, tetapi tidak secepat ini.

"Ayah."

"Kurasa, aku tak perlu lagi menjelaskan kenapa aku menelepon, 'kan?"

"Aku akan menjelaskan semuanya saat rapat besar nanti."

"Benarkah? Jika kau bertindak bodoh, maka akan ku ambil kembali pangkat yang sudah kuberikan padamu." Mendengar ancaman itu, David tak goyah sama sekali. Namun, dengan lantang dia berkata, "Ambil saja. Lagipula, yang mau aku menduduki posisi ini, agar korupsi Ayah, 'kan?"

"David!!" David hanya tersenyum sinis. Tanpa aba-aba, dia mematikan teleponnya.

***

"Ayah pulang." Pengembara tadi siang yang bertemu Raka baru saja pulang kerumahnya. Di rumahnya, terdapat satu orang istri dan dua orang anak yang masih kecil. Selisihnya sekitar dua sampai tiga tahun.

"Ayah." Anak pertamanya ini memeluk Ayahnya yang baru saja pulang dari mengembara. Sang Ayah langsung mengangkat anaknya sejajar dengan dengan wajahnya.

"Anak Ayah yang manis. Bagaimana hari ini? Tidak menyusahkan Ibu, 'kan?"

"Tentu saja, tidak! Serly kan sudah besar." Serly tersenyum. Kemudian Ayahnya menurunkannya kembali.

"Ibu." Itu adalah panggilan untuk istrinya. Dengan lembut, Istrinya menjawab, "Iya, Mas?"

"Anak-anak tidak nakal kan hari ini?" Istrinya mengangguk.

"Ayo makan," ajak istrinya yang duluan ke dapur. Karena tak ada meja makan, istrinya meletakkan nasi dan lauk serta piringnya dilantai yang sudah dilapisi karpet tipis.

"Ah, mari makan. Serly, Dini, ayo. Kalau telat, nanti dimakan lalat loh." Dengan segera, dua anaknya ini menyusul dia duduk melingkari nasi dan lauknya.

"Maaf ya, Ayah. Hari kita hanya makan telur goreng."

"Tak apa, nanti jika kita punya uang, kita beli ayam." Sang Ayah tersenyum.

Tiba-tiba, suara dua kali ketukan terdengar. Sang Istri yang baru saja mau bangun, ditahan oleh Ayah dan dia langsung berdiri dengan cepat.

"Ibu, siapa yang datang?" tanya Serly polos. Bahkan, ada sisa Beberapa butir nasi di sekitar mulutnya.

"Entah, Ibu juga tidak tahu. Mungkin kenalan Ayahmu," jawab sang Ibu datar. Dia meneruskan makannya

***

"Iya," kata sang Ayah sambil membuka pintu. Begitu pintu terbuka, pria memakai masker hitam dengan jubah panjangnya yang menutupi kepala. Kedua tangannya

"Ada apa?" Tanya sang Ayah. Orang tadi tetap diam. Dia langsung masuk tanpa aba-aba. Mendekati Istri dan anak-anak kecil tadi. Dengan cepat, dia menodongkan pistol. Dia menyuruh sekeluarga ini mengangkat tangan.

"Jangan ada yang teriak. Satu teriakan sama dengan satu nyawa."

"Apa yang kau inginkan!" tanya sang Ayah dengan wajah ketakutan.

"Apa yang kuinginkan? Pertanyaan dasar, tapi menarik. Aku hanya ingin kau mengakui bahwa dirimu adalah Kucing Hitam."

Apa-apaan orang ini. Kukira dia mau mencuri harta.

"Lalu, akan kau melepaskan kami?"

"Tergantung."

"Apa maksudmu!" Sang Ayah merasa dipermainkan.

"Kau ini hanya permainan sekali pakai. Mau tak mau, suka tak suka, kau harus menuruti kehendakku jika ingin semua nyawa di sini aman."

Dia pasti bercanda. Dia menyuruh aku mengaku sebagai Kucing Hitam? Apa-apaan ini. Kenapa aku harus masuk penjara, padahal aku tak berbuat kesalahan apapun.

"Baiklah, aku akan melakukannya. Lalu, apa yang harus ku akui di kantor polisi nanti?"

"Mudah saja, katakan saja kau dalang dari pembunuhan berantai Kucing Hitam. Jangan katakan apapun lagi. Jahit mulutmu bila perlu."

"Jangan, Mas!" tolak Istrinya, "lebih baik kita mati terhormat daripada membusuk dipenjara."

"Diam!"

Dorrr...
Seketika, kepala Istri itu berdarah. Sebuah peluru baru saja menembus jidatnya. Darah keluar dengan derasnya. Dia tergeletak, sudah tak bernyawa lagi.

"TIDAK!!" teriak keras sang Ayah.

"Kau mau selanjutnya? Atau, kusiksa terlebih dahulu anakmu?"

"Ba-Baiklah, baiklah. Aku akan menjalankan apa yang kau suruh tadi." Tangisnya tak tertahan lagi.

"Jika besok aku tak mendengar berita tentang Kucing Hitam. Bisa dipastikan anakmu akan hilang." Dia berlalu pergi dari rumah itu. Sementara sang Ayah langsung memeluk istrinya yang sudah tak bernyawa.

★BERSAMBUNG★

Maaf ya kalo kurang sadis :v Jujur aja, aku gak tega ngebayangin yang sadis². Kepalaku langsung sakit, ditambah badanku gemetaran kalo terlalu sadis. Aku pernah baca cerita gore, dan ya. Aku semalaman gak bisa tidur sama sekali.

Dan maaf juga kalo agak kependekan. Lagi ngerjain 3 Cerita ON GOING sekarang. Mohon maklumi, ya.

|Falufi AS|

Si Kucing Hitam[ON GOING].Where stories live. Discover now