Chapter 04

95 35 5
                                    

No basa-basi, langsung lanjut!

***

David sempat kehilangan orang itu, tapi tak berselang lama, dia kembali menemukannya. Orang itu kembali berlari ketika melihat David tak jauh darinya. David kembali mengejarnya. Ditengah pelariannya, tiba-tiba dia berhenti dan menghadap ke David.

"Peng-gang-gu," ucapnya dengan jeda beberapa saat. David menaikkan satu alis kebingungan.

"Akan lebih baik jika kau menyerah sekarang, berlari terus-menerus hanya membuang tenaga." Orang itu malah tersenyum mendengar ucapan David.

"Pelakunya, ada di---" Ucapannya terhenti saat mendengar teriakkan Fiona dari jauh.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Fiona marah, "dia ada didepan mata. Kenapa kau tak menangkapnya?" sambungnya.

"Ada yang ingin dia beritahu," ucap David menenangkan Fiona.

"Pelakunya, benar-benar seorang yang cerdas." Tak lama setelah itu, dia menjatuhkan bom asap. Gumpalan asap keluar beberapa saat. David dan Fiona segera mencari orang tadi di gumpalan asap itu. Namun, hasilnya nihil. Orang tadi berhasil kabur.

"Apa maksudmu, David?" tanya Fiona setelah lelah mencari.

"Sebelum kau datang, dia sempat berbicara keberadaan pelaku, tapi setelah mendengar suaramu, dia seperti menjadi ragu untuk memberi tahu."

"Orang tadi mengenalku?" Tanya Fiona pada dirinya sendiri.

"Dilihat dari kejadian tadi, sepertinya iya. Fiona, apa kau mengenalnya?" tanya David. Fiona menggelengkan kepalanya menandakan 'tidak'.

"Mari kita diskusikan dengan rekan lainnya," ucap Fiona yang hendak memberitahukan ke temannya.

Dengan cepat, David menahan pergelangan tangan Fiona. "Jangan lakukan itu, memberitahu para rekan hanya akan membuat pelaku dan orang tadi mengubah strategi mereka."

Fiona berusaha melepaskan genggaman tangan David. "Bagaimana jika mereka mengetahui sesuatu?" tanya Fiona.

"Itu mustahil. Aku sudah menganalisis segala informasi yang aku butuhkan. Dan jawabannya tidak ada informasi dari siswa yang menandakan petunjuk pelaku. Ada segelintir informasi yang kita lewatkan atau ada siswa yang memberi informasi palsu. Saat ini, aku sedang memikirkan hal itu." Fiona sedikit kagum kepada David. David jauh lebih pintar ketimbang saat David bersamanya dulu.

Tiba-tiba saja Fiona teringat dengan pertemuannya dengan Raka pertama kali. "David. Ada satu siswa yang memberi informasi lengkap kepada kami, dia juga mengetahui tentang BKB. Apa dia mencurigakan Menurutmu?"

"Aku tak tau. Aku harus memeriksa dahulu. Siapa namanya?"

"Raka, anak kelas dua belas jurusan IPA I. Kau sudah menganalisisnya?" Tanya Fiona. Seperti mendapatkan kesempatan, David tersenyum senang kepada Fiona.

"Terimakasih untuk informasinya, Fiona. Aku mempunyai rencana sekarang." David semakin melebarkan senyum liciknya.

***

Pagi ini, Fiona menjalankan rencana pertama dari David. Dia menunggu Raka datang ke gerbang sekolah dan akan mengajaknya ke lokasi Ren meninggal. Namun, ekspektasinya hancur gara-gara dia berpasangan dengan Tita. Dia dan Tita memang susah sekali akrab. Karena sikap mereka berlawanan, membuatnya selalu bertengkar di manapun mereka bertemu.

"Lu pulang aja deh, Raka juga gak bakal percaya sama lu," singgung Fiona. Tita tidak terlalu terusik, dia malah memikirkan kata-kata untuk membalas Fiona.

"Ha. Lalu apa kau yakin lu bisa membujuk Raka untuk ikut dengan lu? Gue 70% yakin dia akan menolak lu mentah-mentah." Disertai dengan tawa Tita.

Fiona merasa sedikit tersinggung. "Liat aja ya lu. Sehabis gue naik pangkat, gue copot mulut lu!" ucap Fiona marah sambil membuang muka.

Si Kucing Hitam[ON GOING].Where stories live. Discover now