chapter 12

43 9 0
                                    

Lanjut, say.

***

Di Mall, Nay segera bergegas menuju lantai tiga yang menjual makanan hewan. Nay juga mengambil beberapa vitamin yang bagus untuk hewan. Sementara itu, Raka menunggunya didepan tokoh itu.

"Berapa semuanya? Bisa bayar lewat kartu?" tanya Nay saat didepan kasir.

"Bisa," jawab kasir itu sambil menscan barang-barang yang dibeli Nay.

"Ini," kata Nay memberikan kartu banknya. Dan si kasir pun menggesek kartu itu, dan pembayaran pun selesai.

"Terimakasih. Silahkan datang kembali." Nay mengangguk kemudian pergi. Diluar, nampak Raka yang sedang memejamkan matanya dengan headset di kedua telinganya.

Nay menepuk pundak Raka pelan. Dia takut kalau membangunkan Raka yang mungkin sedang tidur.

"Raka ...," ucap Nay pelan.

"Sudah selesai?" ucap Raka pelan sambil membuka matanya dan menoleh ke Nay.

"Iya. Kamu tidak sedang mendengarkan lagu, ya?" tanya Nay.

"Hmmm. Aku hanya pura-pura mendengar lagu, agar tidak diganggu." Nay memaklumi hal itu, kemudian dia mengajak Raka keluar Mall.

Tentu saja itu bohong, mau dia mendengarkan lagu ataupun tidak, dia tetap bisa mendengarnya dengan Telepati. Kekuatan itu yang membantunya selama ini.

Setelah keluar Mall, Raka dan Tita tak sengaja bertemu. Namun Tita tak mengenali Raka sama sekali.

"Wanita itu? Ah... detektif lima tahun lalu, ya. Tak banyak berubah, bahkan naik pangkat saja tidak."

"Sayang, setelah ini, kita mau kemana?" tanya Raka. Sebenarnya dia hanya membuka obrolan basa-basi. Kemanapun Nay ingin pergi, dia selalu menuruti.

"Mungkin ke Bioskop? Sudah cukup lama aku tidak ke sana," usul Nay.

"Iya juga. Sudah lama kita tak ke sana. Mari, kita tonton satu Film yang sedang trending sekarang," ajak Raka. Dan Nay menyetujuinya.

***

"Kau sudah menyembunyikannya dengan benar, 'kan?" tanya Fiona.

"Iya, Ketua," jawab Levi. Angela berdiri disebelahnya.

"Angela, apa wajah pelaku memang tidak bisa dideteksi?" tanya Fiona lagi.

"Iya. Dilihat sekilas, sepertinya pelaku memakai jubah hitam, sarung tangan, serta masker sekali pakai warna hitam."

"Itu dia. Mari cari masker hitam itu!" Fiona terlihat antusias.

"Tidak!" jawab David. Entah sejak kapan dia berada di pintu ruangan itu.

"Bagaimana jika dia membakar masker dan sarung tangan plastik itu?" tanyanya.

"Itu ... bisa saja terjadi." Antusias Fiona menurun.

"Pikirkan sekali lagi. Apa hanya itu petunjuk yang kalian temukan saat melihat rekaman itu?" Semua terdiam, menunggu jawaban selanjutnya dari David.

"Pikirkanlah, jika kalian menemukannya, maka, aku sendiri yang akan melakukan kasus ini bersama kalian."

Seketika mereka berpikir keras. Mengingat rekaman itu dan berusaha menemukan kejanggalan dari rekaman itu.

"Waktu habis," ucap David setelah beberapa saat, "petunjuknya adalah jenis jubah yang dipakai pelaku. Itu merupakan barang dari Mall sekitar sini. Jubah itu sempat tren beberapa Minggu yang lalu. Yang tidak aku ketahui adalah apakah dia selalu memakai jubah itu setiap melakukan pembunuhan, atau dia hanya mencuri barang itu dari seseorang kemudian membuangnya setelah melakukan pembunuhan?" Semua orang terpukau melihat penjelasan David.

Si Kucing Hitam[ON GOING].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang