chapter 06

72 23 5
                                    

Hanya butuh lima belas menit untuk sampai ke sana. Candra masih berada di sana, dia sibuk memainkan gitar.

"Candra!" kejut Fiona. Candra menghentikan permainannya.

Seolah sudah tau, Candra menoleh perlahan ke Fiona dan David. Dia memasang senyum sinis, seolah kedatangan mereka adalah bagian dari rencananya.

"Terimakasih, teman," ucapnya sambil memejamkan mata.

David mendekat, dan siap-siap memasang borgol di kedua tangan Candra. "Kau ditahan, atas kasus pembunuhan berencana, silahkan panggil pengacara mu untuk diminta pembelaan." Dua borgol sukses terpasang di tangan Candra.

"Sampai disini saja tugasku, master," ucap Candra. Dari tadi dia berbicara ngawur, tapi tentu saja pernyataannya itu memiliki arti tersendiri untuk seseorang yang dipanggil 'master'.

"Bawah dia," perintahnya ke Fiona. Karena David sedang tidak bersarung tangan, dia menyuruh Fiona untuk membawanya ke kantor polisi.

Kini, Candra telah berada di dalam mobil polisi.

"David, benarkah dia pelakunya?" tanya Fiona sebelum David memasuki mobil.

"Kau tak percaya padaku?" tanya balik David.

"Bukan begitu. Hanya saja."

"Jika begitu, cepatlah masuk." Lalu David memasuki mobil duluan. Fiona merasa bingung, di satu sisi, dia ingin penjelasan dari David, disisi lain, dia tak ingin mereka bertengkar seperti dulu lagi.

***

Diruang interogasi, Candra terlihat santai, dia juga bersandar pada kursinya. David dan Tita yang menginterogasinya.

"Katakan, apa motif mu membunuh korban?" tanya Tita.

"Entahlah," jawab Candra singkat.

"Siapa orang yang memberimu racun itu? Teman seusia mu? Atau seseorang dari luar sekolah?"

Candra mengeluarkan suara yang sangat mirip dengan rekaman waktu itu. Sontak saja David dan Tita terkejut.

"Itu, suaramu?" tanya Tita cepat.

"Bukan," jawab David, "jangan mengada-ada. Itu bukan suaramu!"

"Lalu? Perlukah ku ulangi beribu-ribu kali agar kau percaya?" Candra Tersenyum sinis.

"Biar ku beritahu," Candra memajukan badannya, "dia tidak mengeluarkan suara, kami berbicara melalui isyarat." David sedikit kesal mendengarnya.

"Cih ... jadi kau sudah tau kalau ada yang merekam pertemuan itu?" tanya David.

"Tentu saja. Orang yang merekam pertemuan itu adalah Maya. Aku langsung mengetahuinya begitu dia tak sengaja menginjak ranting dibalik semak-semak. Kalian tau sendiri kan apa yang terjadi selanjutnya malam itu," jelas Candra.

"Kau tak ingin mengatakan sesuatu lagi?"

"Ya, kurasa cukup. Aku yang bertanggung jawab penuh atas pembunuhan ini."

"Lalu, kau tak penasaran kenapa rekaman ini dapat ditemukan?" tanya Tita.

"Jangan meremehkan ku. Setelah aku memaksanya meminum racun itu, aku mencoba membuka pola handphonenya, tapi saat aku mencoba membukanya, suara kaki seseorang datang, dan itu membuatku menyembunyikan mayatnya di toilet laki-laki."

"Baiklah, sepertinya sudah cukup bukti." Lalu David dan Tita pergi keluar dari ruang itu.

"Ada satu hal yang masih mencurigakan," kata David setelah keluar ruangan.

"Apa itu?" Balas Tita dibelakangnya.

"Raka. Kukira dia akan membela Candra, tapi dia malah bersikap seolah semua kejadian ini tak ada hubungannya dengan dia."

Si Kucing Hitam[ON GOING].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang