Chapter 03

131 49 4
                                    

Langsung aja tanpa basa-basi.

***
Hasil otopsi mayat Maya telah keluar. Fiona dan rekan-rekannya sedang berada di Rumah Sakit untuk memeriksa hasilnya.

"Bagaimana, Dok?" tanya Fiona setelah Dokter keluar dari ruang otopsi dengan membawa berkas hasil otopsi.

"Mayat meninggal dikarenakan racun. Namun, terdapat keanehan dalam racun ini. Racunnya berasal dari luar negeri, begitu juga dengan penawarnya." Sontak saja itu membuat mereka terkejut.

"Bagaimana bisa!?" Begitulah pertanyaan yang pertama kali ada didalam benak mereka. "Lalu, apa efek dari racun ini, Dok?" tanya Fiona.

"Korbannya akan mengalami dilema, karna racunnya sudah menyebar ke otak. Setelah itu, korban merasakan sakit yang teramat perih. Dan ...." Dokter itu tampak seperti ketakutan.

"Katakan, Dokter!" paksa Fiona dengan menggerak-gerakkan bahu dokter.

"... Pada percobaan ilegal, manusia yang terkena racun ini akan memilih mati, daripada mencari solusinya. Dikarenakan otak mereka yang sudah rusak, pemikiran mereka pun tak terkendali." Fiona spontan menutup mulutnya dengan tangan. Benar-benar kaget, Fiona tak sanggup membayangkan apa yang dirasakan korban saat terkena racun ini.

"Kejam! Maya, ku pastikan aku, detektif Fiona pasti akan menangkap pelakunya dan meminta dia sujud memohon ampun di pemakamanmu." Rekan-rekannya nampak mendukung penuh Fiona.

***

Hari Sabtu, biasanya siswa pulang setelah jam satu ke atas. Namun, dikarenakan adanya gangguan pembelajaran, pihak sekolah memutuskan untuk mengajar sampai jam sebelas siang saja.

Bel pulang berbunyi ...

"Kapan pintarnya gue kalau kek gini terus," kata Aldo. Dia mengeluh tepat di samping Raka.

"Bersabarlah, nanti bakal normal lagi," balas Raka.

"Kapannnnn ...," Keluh Aldo panjang.

"Ayo, pulang," ajak Raka tanpa memperdulikan rengekannya. Aldo memasang tasnya dipunggung lalu mengikuti Raka dari belakang.

Saat di gerbang, Mereka di cegat Tita. Entah darimana datangnya tiba-tiba Tita menarik kasar tangan Raka. Mereka tiba di belakang gudang sekolah, di sana nampak seorang pria yang menunggu kedatangan Raka.

"Aneh, telepati ku tak berfungsi dengannya." Dia tersenyum sinis, seolah mengetahui isi pikiran Raka.

"Biar ku perkenalkan, dia adalah David Anderson. Dia adalah ketua regu ku, dan dia ingin bertemu denganmu." Mendengar perkataan dari Tita, Raka merasa sedikit tenang.

David, seorang pria berumur sekitar 25 tahun, dengan rambut mode two block ala Korea yang sedang menggunakan jas putih. Dia akan terlihat keren jika menggunakan kacamata bening.

"Ada dua hal yang ingin ku bicarakan denganmu. Pertama, aku ingin mendengar sudut pandang mu tentang pelaku, kedua, apa kau keberatan jika aku menganggap mu sebagai pelaku? Tentu saja itu hanya dalam sudut pandang ku." David menunggu jawabanku.

"Sebelum aku menyetujuinya, ijinkan aku bertanya juga; kenapa kau mencurigai ku, padahal kita tak pernah bertemu, dan juga benarkah kau seorang David Anderson? Detektif yang melanggar aturannya sendiri?" David tersenyum kecil.

"Semua itu, akan terjawab dalam pembicaraan empat mata nanti," ucap David Dengan nada dingin.

"Empat mata? 50% keberuntungan dan kesialan. Ditambah, aku tak bisa membaca pikirannya. Apa dia memasang semacam mantra penghalang telepati? Cih ... Sialan!"

Si Kucing Hitam[ON GOING].Where stories live. Discover now