chapter 08

63 20 7
                                    

Fiona dan Farrel pergi ke lantai paling atas. Sedangkan rekannya ke lantai tiga dan dua. Fiona beberapa kali mengetuk pintu depan kamar itu, tapi tak ada jawaban. Fiona berusaha mengintip dari kaca di samping pintu itu. Sangat susah karena tertutup kain gorden berwarna biru tua.

"Kau melihat sesuatu?" tanya Farrel.

Fiona menggeleng. "Susah," jawab Fiona berhenti mengintip. Dia menghela napas panjang dan menghembuskan nya dengan kasar.

"Satu-satunya cara agar kita bisa mencegatnya adalah menunggunya sampai dia pulang."

"Ciri-ciri dari Arfa itu, mempunyai rambut panjang keriting, berkumis tebal, serta ada bekas luka di atas alis kanannya," jelas Farrel.

"Apa tak ada gerakan khusus dari pelaku?" tanya Fiona.

"Hmm ...." Tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi dari dalam kamar. Fiona yang menyadari itu, langsung panik dan berusaha untuk membuka pintunya dengan paksa. Beberapa kali juga dia mendobraknya, tapi nihil. Bulu kuduknya langsung berdiri ketika itu juga, jantungnya berdetak kencang.

"Raihan, kau didalam? Ah ... Sial! Farrel, cari alat-alat keras untuk mendobrak pintu ini. Dari tangisannya, bayi ini sedang lapar. Aku takut dia kenapa-kenapa!" perintah Fiona.

"Baik," ucap Farrel menundukkan kepala beberapa saat lalu langsung bergegas mencari benda yang diperintahkan Fiona.

"Kau pasti bisa, Raihan. Jangan kecewakan ibumu. Kuatkan dirimu, bertahanlah sebentar lagi! Kumohon." Tangisan bayi itu semakin kuat, bahkan bisa membangun orang yang tidur dilantai bawahnya.

"Ini," ucap Farrel yang entah kapan sudah memegang pukul besi. Fiona segera mengambilnya lalu langsung memukulkannya ke gembok pintu itu.

Tak lama setelahnya, kunci berhasil terbuka. Mereka langsung masuk dan mengendong si bayi agar tenang kembali. Di sini, terlihat aura seorang Ibu di diri Fiona, dia mengecup beberapa kali jidat bayi itu agar tidak menangis lagi.

"Cup, cup...." Farrel sangat kagum melihat keahlian Fiona dalam mengurus bayi. "Ayo, sepertinya ini bayi yang kita cari," ajak Farrel agar segera memberikan bayi itu ke Ibunya.

Ketika sudah sampai rumah korban ....

"Ini," ucap Fiona sambil menyerahkan bayi itu dengan lembut. Begitu juga Nona itu, dia mengambil bayi itu dengan lembut, tapi ekspresinya mencurigakan. Pasalnya, seorang Ibu yang benar-benar menyayangi anaknya akan memeluk anak itu duluan, akan mengecup anak itu terlebih dahulu. Namun hal itu tak terjadi di sini, Nona itu hanya menggoyang-goyangkan bayi dengan lembut, Fiona dan Farrel tak mengerti hal itu.

"Terimakasih," ucap Nona itu menundukkan kepalanya sebentar.

"Ah iya sama-sama," ucap Fiona, "kami tinggal dahulu."

"Iya. Lain kali, berkunjunglah kemari," ajak Nona itu dari jauh. Fiona dan rekan-rekannya melambaikan tangan dari jauh sambil tersenyum.

***

Setelah selesai dengan kasus tadi, Fiona langsung menemui David di ruangannya. Saat ini, David sedang membaca koran yang berisikan kasus 'Kucing Hitam'. Ya, kasus ini sudah ada sejak beberapa bulan yang lalu.

Kasus ini adalah kasus pembunuhan berantai. Ciri-ciri dari kejahatan korban adalah menempelkan stiker Kucing Hitam di bagian tubuh korban. Pelaku biasanya selalu membuang jasad korbannya ke dalam kotak sampah ataupun didalam mobil.

Tok ... tok....
"Masuk," kata David tanpa menoleh. Tak lama kemudian, Fiona masuk dengan sopan.

"Ah ...," ucap David ketika tau yang datang adalah Fiona. Dia langsung berdiri dan mempersilahkan Fiona duduk disalah satu kursi ruangan itu.

"Silahkan." Fiona mengangguk kemudian duduk.

"Ada apa?" tanya David awal-awal. Dia sedang menyiapkan sesuatu.

"Aku hanya cukup lelah untuk melawan penjahat hari ini," ucap Fiona.

David kemudian duduk didepan Fiona dengan membawa dua Mog berisi kopi.

"Memang seperti itulah seorang Detektif. Ada kalanya kita sudah muak dengan semua ini," ucap David lalu meminum sedikit kopi itu.

"Oh iya, bagaimana dengan perkembangan kasus 'Kucing Hitam'?" tanya Fiona ditengah David meminum kopinya.

David meletakkan kembali kopi itu, "Tak ada perkembangan sama sekali. Bohong jika kukatakan ada perkembangan. Aku sudah menyuruh beberapa detektif unggulan untuk mengecek stiker itu, tapi tak membuahkan hasil apapun." David menghela napas panjang.

Fiona memaklumi hal itu, biasanya David selalu tau apa yang pelaku inginkan. Namun tidak untuk kasus kali ini. Motif pembunuhannya acak. Setiap korban tak memiliki hubungan apapun. Ini seperti seorang maniak membunuh.

"Sayang," ucap David memecah keheningan sesaat tadi.

"Hmmm?" balas Fiona.

"Aku merekomendasikan mu untuk jadi ketua di team baru nanti. Dan di tim mu yang sekarang, bisa kamu serahkan ke Farrel."

"Tidak. Jika aku mendapat tim baru, struktur timnya harus ada Farrel." Fiona menolaknya mentah-mentah.

"Kenapa dia sangat ingin memisahkan ku dengan Farrel?" tanya Fiona dalam batinnya.

"Kenapa? Kau sangat membutuhkannya? Cobalah mengerti, kita masih kekurangan detektif handal di tahun ini."

"Tidak," jawab Fiona tetap pada pendiriannya. David hanya menghela napas panjang. Fiona berdiri, mendudukkan hormat, lalu bergegas pergi.

"Sayang," panggil David ditengah kepergian Fiona.

"Sekarang jam kerja, tolong, panggil aku Detektif Fiona," ucap Fiona datar tanpa menoleh. Lalu melanjutkan kepergiannya.

David kembali menghembuskan nafas berat. Entah kenapa, dia ingin sekali memisahkan Fiona dan Farrel. Dia merasa tak nyaman jika melihat mereka bersama. Dia tak tahu apa yang terjadi dengannya, tapi dia juga tak bisa mengendalikannya.

"Fiona," panggil Farrel saat Fiona baru keluar dari ruangan David.

"Ya?" jawab Fiona.

"Lihat ini," katanya memberikan Fiona laporan DNA.

Fiona menerimanya. Lalu mengecek bagian inti dari laporan itu. Di sana, tertulis bahwa Arfa dan bayi itu memiliki DNA yang cocok.

"Bagaimana bisa?" ucap Fiona tak percaya.

"Saat kita mendobrak pintu tadi, aku mengambil sikat gigi pelaku, lalu secara tak sengaja, rambut bayi itu rontok. Aku hanya mengada-ada, tapi hasilnya seperti ini."

Setelah mendengar itu, Fiona mencari informasi pribadi tentang Nona itu.

Luna Arasya, tak memiliki catatan anak selama menikah, dia dikabarkan mandul. Suaminya adalah orang yang sibuk, sangat jarang pulang ke rumah. Berdasarkan informasi rumah sakit, Luna tak berkunjung lagi ke sana setelah divonis dokter mandul.

"Farrel, menurutmu, apa yang sedang terjadi?" tanya Fiona setelah membaca informasi itu.

"Orang tuanya menjual bayinya?" jawab Farrel.

"Tidak. Dari kronologi kasus tadi, sudah sangat jelas bahwa Nona itu yang mengambil hak bayi itu. Kau ingat saat dia bilang "sudah banyak yang aku korbankan untuk bayi itu." Maksudnya adalah dia berusaha keras untuk mendapatkan bayi itu."

"Lalu, motif pelaku bagaimana?"

"Aku belum tau, tapi sebentar, kau ingat masalah Luna dengan Arfa? Dia bilang hanya masalah uang, tapi kita tidak tahu apa itu benar atau tidak. Kita juga belum memastikan apa benar Arfa meminjam uang ke mereka."

"Lalu, apa kasus masih berlanjut?" tanya Farrel.

"Tunggu saja, besok, aku akan mengusahakan agar kasus ini mendapatkan investigasi tambahan," jawab Fiona meyakinkan Farrel. Farrel pun mengangguk percaya pada Fiona.

★ BERSAMBUNG★

Lanjut setelah 2-3 hari ke depan. Tunggu ya.
Jangan lupa Vote & Comment.

|Falufi AS|

Si Kucing Hitam[ON GOING].Where stories live. Discover now