Chapter 07

67 21 9
                                    

Lima tahun kemudian ....

Sekarang, David sudah menjadi Kepala Kepolisian, sedangkan Fiona menjadi Ketua Tim Detektif. Walaupun begitu, mereka sudah resmi menikah satu tahun yang lalu. Namun, mereka belum mendapatkan bayi juga. "Mungkin bukan waktunya," pikir mereka dari waktu ke waktu.

Hari ini, Kantor polisi mendapatkan laporan adanya penculikan seorang bayi beberapa jam yang lalu, kronologinya, sang Ibu sedang memarkirkan kereta bayinya diluar pinggir tokoh untuk Menelpon sang Ayah. Namun, sang Ayah sangat susah dihubungi. Ditelpon beberapa kali juga tak diangkat. Akhirnya sang Ibu menyerah. Lalu saat dia melihat ke kereta, sang Bayi sudah hilang. Entah apa yang terjadi, kini sang Ibu hanya bisa menangis, menyesal akan kelalaiannya.

"Fiona disini, ambil, ku ulangi, ambil." Fiona menutup telepon, lalu bergegas menuju mobil yang diikuti beberapa orang rekannya.

Sampai di rumah korban, sang Nona masih saja terus menangis. Air matanya sudah kering sebab sudah beberapa jam tak berhenti mengeluarkan air mata.

"Permisi," ucap Fiona.

Fiona memotong rambutnya sampai ke bahu, agar tidak menyulitkannya saat mengejar penjahat. Rekan-rekannya segera menyelidiki rumah korban. Ya, sesuatu yang tak ada hubungannya sama sekali, David sudah bilang beberapa kali agar melakukan sesuatu yang penting saja saat melakukan penyelidikan, tapi itu hanyalah peringatan lalu lalang. Hanya beberapa yang mendengarnya dengan serius.

Nona yang mendengar hal itu, berusaha menghapus air matanya, dan menyambut Fiona dengan senyum. Walau itu sangat terpaksa.

Nona itu berusia sekitar 26 tahun, sangatlah jelas kalau itu adalah anak pertamanya. Selain itu, sudah banyak sekali persiapan perayaan untuk si bayi.

"Maaf, sebelumnya jika ini agak kelewatan. Apa Nona merasa seseorang dendam kepada keluarga Nona?" tanya Fiona diawal wawancaranya.

"Menurutku tidak ada, kami tidak meminjam apapun dari seseorang, kami tidak melukai seseorang. Aku hanya seorang guru SD, tidak mungkin jika ada yang dendam padaku, sedangkan suamiku, dia hanya pekerja kantoran, kudengar dia juga berbaur dengan siapa saja." Jelas Nona itu, dia tak habis pikir kenapa bisa ada orang yang menculik bayinya.

"Apa ada yang menelpon untuk minta tebusan?" tanya Fiona lagi.

"Sejauh ini tidak ada."

"Begitu. Cobalah pikir-pikir kembali, siapa tau mungkin ada yang tersakiti secara tak sengaja. Sementara kami akan memeriksa CCTV disekitar kejadian." Nona itu mengangguk setuju.

"Farrel, amankan CCTV yang berada 100 meter dari TKP. Jangan lewatkan juga gerak-gerik orang yang mencurigakan." Farrel langsung menjalankan perintah itu.

Farrel, setelah beberapa tahun terakhir, dia akhirnya dipindahkan ke kantor David. Pak Komisaris sendiri yang menyetujuinya. Dan secara kebetulan, tim Fiona sedang kekurangan anggota. Benar-benar suatu keajaiban.

Tak lama, telpon rumah berdering. Fiona menyuruh Nona itu untuk menjawabnya dengan tenang, agar si penculik tak mencurigainya.

"Halo," jawab Nona itu.

"Siapa nama bayi ini?" tanya suara yang keluar dari telpon itu.

"Kembalikan bayiku!" teriak Nona itu. Dia tak dapat menahan emosinya. Fiona memahami perasaan si Nona itu.

"Tenang saja, bayi mu masih aman sekarang. Nama?" tanyanya lagi.

"Raihan. Namanya Raihan, tolong, jangan lukai dia. Dia tak salah apa-apa." Nona itu memohon dengan amat.

"Sudah kubilang, tenang saja, aku akan menjaganya dengan baik. Namun, jika kau menelpon polisi ... aku tak bisa menjamin keselamatannya," ancam suara itu.

Si Kucing Hitam[ON GOING].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang