Chapter 02 : Blood & Marijuana

61.5K 4.1K 267
                                    

S I N F U L
--The Beginning--


=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*
T W O : BLOOD & MARIJUANA
=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*



"Beep! Beep! Beep!"

Aku meraihkan tangan ku keluar dari selimut tipis milik ku, dan menggapai jam beker usang di atas meja kecil, di samping tempat tidur. Setelah jam beker usang itu berhenti meneriaki ku untuk bangun, aku menaruhnya kembali di atas meja dan menarik kembali selimut ku, menutupi seluruh tubuh ku.

"An-hee, apa kau sudah bangun??" panggil Ibu asuh ku dari luar. "Aku sedang mencoba untuk bangun, Bu" jawab ku sambil menarik bantal ku yang sudah tidak lagi empuk, menutupi telinga ku.

Gara-gara kejadian kemarin, aku merasakan lelah yang tidak biasa. Hingga bangun pagi terasa begitu menyiksa.

"An-hee, kau bisa terlamabt ke sekolah, nak. Ayo bergegaslah!' ujar Ibu lagi. Aku menyerah dan menyibakkan selimut yang menutupi tubuh ku, lalu terduduk di atas ranjang sambil mengusap-usap mata ku.

Tidak lama setelah itu, Ibu masuk ke kamar ku dan membawa segelas susu putih hangat dengan tangan keriputnya. Ia duduk di pinggir ranjang dan menyodorkan segelas susu putih itu kepada ku. "Selamat pagi, nak" ujarnya. Aku mencoba untuk tersenyum sambil membalas sapaannya pagi itu. Tapi yang ada wajah ku begitu kaku, dan mata ku masih mengantuk. Akhirnya aku hanya mengangguk pelan sambil menahan diri dari menguap.

"Hari ini apa kau akan pulang terlambat dari biasanya lagi?" tanya Ibu. Aku menatapnya sebentar sebelum memberi jawaban. Ibu menarik bibirnya yang indah dan membuat garis lengkung manis seperti biasa.

"Aku berjanji hari ini aku tidak akan pulang larut lagi" ujar ku menyakinkan. "Aku tidak keberatan kalau kau akan pulang larut karena semua tugas sekolah mu" balas Ibu sambil membelai kepala ku. Aku mengangguk dan menatap gelas susu yang ada di tangan ku.

"Lekaslah cuci muka mu dan benahi rambut mu. Lihat, rambut mu begitu berantakan, haha" ujar Ibu, sekali lagi membelai kepala ku dan beranjak pergi dari kamar ku. Ia menutup pintu kamar perlahan hingga aku kembali berada di situasi tenang dan sunyi pagi itu.

***

Setibanya di sekolah, berada di depan pintu kelas, Aku menarik napas dalam-dalam dan berdoa bahwa tidak akan lagi penghapus yang melayang ke wajah ku.

Dengan gugup aku membuka pintu kelas dan melihat beberapa siswa sedang bergurau, sedang yang lainnya sibuk dengan ponsel canggih mereka.

"Jihoon! Yeon-hi! Lihat! Lihat!" panggil salah seorang siswa perempuan ketika aku berjalan menghampiri meja ku. Baru saja meletakkan tas ku dan bersyukur tidak lagi ada lem atau perekat yang menempel, aku mengeluarkan buku catatan ku yang rusak karena lem di laci. Tapi sekarang lemnya sudah kering, hingga aman bagi ku untuk memasukkan buku-buku ke laci.

"An-Hee!" panggil Yeon-hi dan gerombolannya. Aku menatap Yeon-hi, melihat betapa tebal make-up yang ia gunakan hari ini.

Aku tidak mengatakan apapun, atau bertanya sesuatu. Hanya memandang ke Yeon-hi, menantinya memulai pembicaraan.

"Bagaimana bisa kau kembali ke sekolah? Bukannya kau ketahuan mencuri?!" tanya Yeon-hi. Dari nadanya bicara ia jelas terdengar kesal dan tidak puas. Tapi apa peduli ku, Tuhan memang adil bukan? Setidaknya aku masih bisa kembali ke sekolah setelah ide gila mereka.

"Aku mengatakan yang sejujurnya. Aku disuruh mencuri oleh teman-teman sekelas ku. Kebetulan mereka meminta ku untuk memberitahu siapa yang menyuruh ku. Jadi aku beritahu mereka dan mereka melepaskan ku" balas ku, mengarang cerita yang ku harapkan, itu adalah kenyataannya.

SINFUL [ 1 ] Where stories live. Discover now