Chapter 16 : Mother

48.5K 3.2K 170
                                    

S I N F U L
--The Beginning--

=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*
S I X T E E N : MOTHER
=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*

[An-Hee]

Aku bangun dan mendapati Gil tidur di samping ku. Aku harus berhenti mengagumi dirinya terus menerus setiap kali aku bangun dari tidur ku.

Aku berjalan turun dari kasur dan masuk ke kamar mandi di dalam kamar Gil. Menghidupkan kran air panas yang mengisi bath tub. Aku segera menanggalkan pakaian ku dan mencelupkan tangan ku untuk merasaka suhu air panas itu. Tidak lama bath tub terisi penuh, aku mematika kran air panas dan berjalan ke wastafel lalu mengambil sikat gigi ku di samping sikat gigi Gil. 

Aku menggosok gigi ku sambil melihat rambut ku yang berantakan setelah tidur semalaman. Dengan membasahi tangan ku, aku mengelus kepala ku untuk merapihkan kembali rambut. Selesai menggosok gigi aku segera membenamkan diri di bath tub, tetapi tidak sampai membasahi kepala ku. 

Sambil merendam diri, aku menatap langit-langit kamar mandi. Kemarin malam aku berjanji pada Gil bahwa aku akan memberitahu ibu soal Gil dan apa yang terjadi pada ku. Lalu apa yang akan ibu lakukan saat tahu yang sebenarnya? Gereja dan peraturan gereja tidak akan menerima ku. 

Aku menangkupkan tangan ku dan mengambil air hangat di bath tub, lalu membiarkan air itu meresap keluar dari sela jari-jari ku. Aku begitu kotor dan penuuh dosa, ibu pasti tidak akan menerima ku. Aku ingin bertobat tapi aku juga tidak ingin meninggalkan Gil. Dia menyukai ku, apa adanya. 

Tapi jika aku dihadapkan pada sebuah pilihan, mana yang akan ku pilih... Gil atau pertobatan Tuhan? Aku masih belum yakin. Aku dibesarkan di gereja, aku hidup hingga saat ini karena kasih Tuhan dan peraturan gereja. Pilihan semacam itu akan menyiksa batin ku tentunya.

Pintu kamar mandi terbuka dan aku melihat sosok Gil yang topless, telanjang dada memarkan otot-ototnya dan porposi badan yang begitu menganggumkan. Aku laki-laki dan aku ingin punya badan seperti badanya. Melihat kenyataannya, ku rasa aku cukup puas memiliki Gil yang punya porposi ideal. 

"Kau sungguh-sungguh akan pergi menjenguk ibu mu hari ini?" tanya Gil. Aku mengangguk lemah, tanpa berpaling menatapnya. Gil berjalan menghampiri ku dan duduk di pinggiran bath tub. "Kenapa kau begitu sedih?" tanyanya. Aku mengernyitkan alis ku, tapi tidak menatapnya. "Aku tidak ingin memberitahu ibu yang sesungguhnya..." gumam ku pelan. Gil beranjak dari duduknya, lalu meninggalkan kamar mandi. 

Kurasa dia sudah tidak ingin lagi memperdebatkan soal itu. Dan aku juga tidak dapat merubah keputusannya. 

Seusai mandi aku menemukan beberapa helai pakaian ganti bersih yang sudah tersedia diatas tempat tidur. Aku mengambil pakaian-pakaian itu dan berganti baju setelah badan ku kering. Aku tidak melihat sosok Gil di kamar. Dia mungkin kesal setelah aku mengungkit-ungkit masalah itu lagi. 

Aku menyelesaikan pakaian ku dan merapihkan rambut ku sekali lagi sebelum pergi meninggalkan kamar. Sebaiknya aku minta maaf, aku tidak bisa membuat Gil terbebani dengan permintaan ku. Dia sudah cukup baik dengan mengijinkan ku menjenguk ibu.

Aku berjalan keluar kamar dan menyusuri lorong yang menuntun ku ke ruang makan. Pagi-pagi sekali tukang masak di perusahaan ini sudah begitu sibuk mempersiapkan sarapan. Begitu aku menghampiri meja makan, aku melihat Riley sedang mengoleskan selai ke roti panggangnya. Ia menatap ku dan tersenyum. "Hei, pagi. Bagaimana tidur mu?" tanya Riley. Aku terkejut saat aku melihatnya tersenyum, karena ia terlihat tampan. Lebih lagi aku ingat perkataan Neo soal Riley dan Ian. 

"Yang lainnya masih tidur?" tanya ku. "Yeah, mereka semua pemalas" ujar Riley lalu menggigit roti panggangnya. Aku mengambil roti tanpa ragi yang sudah disediakan dan mencelupkan roti itu ke segelas susu putih. 

SINFUL [ 1 ] Where stories live. Discover now