Chapter 18 : Madness & Scars

43.1K 3.1K 297
                                    


S I N F U L
--The Beginning--

=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*
E I G H T E E N : MADNESS & SCARS
=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*=*

[ALESSIO]

"Ahnn...Yess...Lebih cepat, Boss...Ahhn.." Aku mendorong batangan ku yang begitu panas dan besar lebih dalam. "Kau menyukainya?" tanya ku seraya menggigit pucuk telingannya. "Ohh...Aahh, Yes..Fuck me harder Boss! Ahhnn! Ahh!" serunya, dengan wajah seperti prostitusi murah. "Ohh, shiittt! Kau benar-benar meremas ku seperti pelacur Aiden" bisik ku. "I am! Aahnn..! I'm your whore and ahhhnn! Ahh I loo...vee..ahh.. moree" serunya. Aku menghantamnya penis ku lebih dalam lagi hilang kepala batangan ku menyundul ke prostatnya. "Thherree!! Ahhh! Moree! Boss! Ahhnn" erang Aiden seraya menghimpit ku dari dalam, kakinya mengunci di pinggul ku dan matanya ditutup untuk menikmati sensasi dorongan dan hantaman yang ku berikan

"Aah! Yesshh! Tumpahkan di dalam...ku mohon! Aku ingin benih mu boss..ahhnn!" Aku membelai penis Aiden yang sudah terlihat memerah. "Mhmm...ahn...ahh" Hingga tidak lama kemudian, Aiden menumpahkan cairannya di tangan ku. Aku mendorong tangan ku ke wajahnya dan ia menjilati cairan yang ada di tangan ku. Sementara aku masih merajam penis ku di dalam lubangnya.

"Ahh! Aiden, fuck..kau begitu nikmat" desah ku tanpa menghentikan dorongan ku. Beberapa saat kemudian, aku melepaskan muatan sperma ku di dalam lubang Aiden. Batangan ku mengeras, kemudian cairan hangat menyembur keluar dan aku menarik batangan ku dari lubangnya.

Napas Aiden tersengal-sengal, keringat bercampur aduk ke precumnya dan menyebabkan ruangan itu dipenuhi dengan aroma yang menggairahkan. Aku mengecup bibir Aiden dan membiarkan Aiden bermain-main dengan lidah ku, menghisap ku kelaparan.

Aku lempar baju milik Aiden dan ia duduk di pangkuan ku bermain game dari ponselnya. Aku menyisirkan jari ku ke rambutnya. Rambutnya yang seperti rambut jagung itu memberikan kesan cantik untuk Aiden.

"Boss, boleh aku masuk" ujar salah seorang anak buah ku dari luar. "Masuklah" jawab ku. Seorang pria bertubuh tinggi kekar masuk ke ruangan dan menatap Aiden dengan dingin. "Ada apa Carlo?" tanya ku. "Gurili, Brad, Elia, dan pemuda kanibal itu mengacau lagi. Mereka membunuh beberapa orang lagi" ujar Carlo. "Hmm..begitu, biarkan saja mereka bersenang-senang Carlo" balas ku. Aiden terkekeh geli di pangkuan ku. "Tapi, polisi dan keamanan lainnya.." Aku menatap Carlo. "Ohh, kau takut pada polisi, Carlo?" Aiden bertanya setelah ia menjeda game di ponselnya. "Faggot.." gumam Carlo, Aiden tersenyum lebar lalu mengambil pistol yang tergeletak di meja ku.

Carlo menatap Aiden tertegun. "Hei, aku tidak ingin ruangan ini kotor. Aiden, Carlo berhentilah main-main" ujar ku seraya menghela napas. Aiden menurunkan pistolnya dan memeluk leher ku.

"Biarkan saja, kalau polisi mau ikut campur biarkan saja. Aku sudah menyuruh Scoot memberi hadiah ke pihak kepolisian kalau mereka main-main" balas ku. Aiden memeluk ku erat dan tertawa pelan.

"Baiklah kalau begitu" ujar Carlo.

"Bagaimana dengan kapal pesiarnya? Kau sudah memastikan kita bisa memakainya nanti malam bukan?" tanya ku.

"Ah, sudah ku pastikan boss. Kita tinggal mengirim undangan saja pada Gilbert" jawab Carlo.

"Bagus. Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya lagi. Dia membuat ku merinding dan aku menyukai tatapan mata itu. Ahh" ujar ku seraya membelai paha Aiden.

"Ahn...Boss, aku juga boleh menemuinya kan? Aku ingin mencicipi penisnya" ujar Aiden. Aku tersenyum dan menatap Aiden, "Lakukan sesuka mu" balas ku.

SINFUL [ 1 ] Where stories live. Discover now